24

1.3K 57 0
                                    

Malam harinya kediaman Lalubis diramaikan oleh beberapa kolega bisnis Lalubis, serta teman-teman anak Lalubis.
Malam ini adalah malam perayaan ulang tahun nyonya Lalubis, Ivyana Saaera Lalubis.

Beberapa kolega Ivy dan Bara sudah mulai berdatangan. Mereka datang lebih awal, padahal acara akan dimulai satu jam lagi. Bagi keluarga Lalubis, mereka tidak masalah. Toh mereka memang orang-orang yang tepat waktu.

Jeva yang tengah menggendong Jaxon pun mengedarkan pandangannya. Dia mencari Devan, karena mamanya menyuruh dia memanggilkan Devan. Arsya sedari tadi rewel karena Devan tidak ada di sebelahnya. Gadis kecil itu masih manja pada kakak pertama Jeva.

Jeva menghembuskan napas pelan. Kakak pertamanya ini kemana sih? Dia kan jadi kesusahan mencari kakaknya itu. Jika bukan disuruh mamanya, dia tidak akan melakukan hal yang membuatnya membuang tenaganya.

Tatapan Jeva terjatuh pada seorang pemuda yang tengah merapikan jasnya. Ruangan dalam aula tidak diisi banyak orang, karena papanya mengusulkan agar para tamunya bersantai lebih dahulu. Bahkan laki-laki paruh baya itu mengizinkan mereka untuk berkeliling dahulu di kediaman Lalubis.

Merasa diperhatikan, pemuda itu menoleh menatap Jeva yang sedari tadi menatapnya. Jeva berdehem sejenak, merasa canggung saat bertatapan dengan pemuda itu. Apalagi ia dengan terang-terangan menatapnya duluan.

"Ngapain?"

Hah?

Jeva merasa dungu. Pasalnya ia tadi tengah melamun dan sekarang laki-laki itu bertanya padanya. Ia jadi merasa nyawanya baru saja terkumpul.

"Gue nyari Devan," ucap Jeva tanpa menggunakan embel-embel kak saat mengucapkan kata Devan.

Pemuda itu nampak berpikir kemudian mengangguk paham. Dia melangkah mendekat ke arah Jeva yang tengah berdiam di tempatnya. "Gue liat dia di taman," jawabnya.

Jeva menatap pemuda itu dengan tatapan rumit, namun kemudian mengangguk sembari mengatakan terimakasih.

Jeva melangkah mundur, mencoba meninggalkan pemuda yang kini sudah berada di hadapannya. Pemuda itu tersenyum tipis melihat tingkah gadis di depannya. Tangannya segera menahan lengan Jeva saat cewek itu hendak meninggalkannya.

Jeva terkejut, tatapannya tertuju pada tangan yang menahan lengannya. Detik kemudian mata gadis itu berkilat, dia merasa kesal karena laki-laki itu tidak sopan memegang lengannya.

Berbeda dengan pemuda di hadapanya Jeva, kini cowok itu menatap anak kecil yang berada di gendongan Jeva. Dia merasa penasaran pada anak itu, apalagi wajahnya mirip seperti Jeva.

"Sorry, gue harus samperin Devan."

Alansky Mahesh. Anak pemilik M'Company, perusahaan yang menempati urutan kelima terkaya se-Indonesia. Alan adalah laki-laki yang menyukai Jeva, sejak ia kelas XII dia sudah mengejar Jeva.

Saat itu Jeva masih kelas X. Jeva yang memang suka menggoda laki-laki pun merasa heran pada dirinya sendiri. Pasalnya, ia merasa risih saat Alan mendekatinya. Bahkan cowok itu selalu mengikutinya. Untung saja cowok itu sudah tidak bersekolah di SMA Juanda.

"Kenapa buru-buru Jenie?"

Fyi  Jenie adalah panggilan kesayangan dari Alan ke Jeva. Cowok itu memang suka memanggil Jeva dengan nama itu. Jenie diambil dari Jevanie, tentunya kata 'va' dihapus.

Jeva tentu tidak masalah ada yang memanggil namanya dengan panggilan yang berbeda. Tapi ia risih karena perhatian Alan padanya, padahal cowok itu sudah tahu Jeva berpacaran dengan Jevian Altheir. Namun Alan sepertinya tidak kapok saat Jevian memberinya bogeman mentah.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang