43

908 50 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu murid SMA Juanda. Hari ini perlombaan yang akan diadakan adalah duet.

Jeva sendiri menghela napas lesu, partner duetnya mengundurkan diri tadi. Ia jadi bingung akan berduet dengan siapa.

"Emang nyusahin."

Joya yang berada di samping Jeva pun menenangkan gadis itu. Dia juga merasa kesal karena partner duet Jeva mengundurkan diri karena katanya takut suaranya tak bagus.

Alasan klasik, Joya tentu tahu anak kelas sebelah selalu menyusahkan kelasnya. Seperti saat ini, saat perlombaan hendak dimulai kelas sebelah malah berbuat ulah.

"Gimana dong Joy?"

Joya menghembuskan napas pelan, matanya melirik ke segala arah untuk mencari siswa yang cocok untuk dijadikan partner duet untuk Jeva.

"Bentar, gue cariin nanti."

Jeva mendengus, "Jangan nanti-nanti. Bentar lagi giliran gue," ujar Jeva.

Joya menonyor jidat Jeva dengan kesal. Memangnya mencari partner duet segampang itu?

"Sabar dong, gue aja belum nemu orangnya," ujar Joya dengan ketus.

Jeva rasanya ingin menangis sekarang, dua peserta lagi lalu dirinya yang akan tampil. Jeva melirik ke arah lain untuk mencari orang untuk menjadi partnernya.

"JEJEP!"

Sang empu yang dipanggil pun lantas menoleh, kaki jenjang Jevian melangkah mendekat ke arah Jeva.

"Ada apa?" tanyanya saat sampai di dekat Jeva.

Melihat raut wajah pacarnya yang terlihat gelisah, Jevian diam-diam mengelus tangan pacarnya agar Jeva merasa tenang.

Kebiasaan Jeva ketika gelisah pasti tidak akan bisa diam, Jeva juga bisa menangis ketika ia sedang gelisah.

"Kenapa hm? Kamu butuh sesuatu?" tanya Jevian.

Jeva tanpa menjawab langsung memeluk cowok itu, Jeva menangis.

"Hiks.. anak kelas lo nyusahin, masa tadi dia ngundurin diri jadi partner duet gue nanti. Gue bingung mau sama siapa duetnya, hiks."

Jevian mengangguk-angguk. Dia mengerti apa yang membuat pacarnya gelisah sampai menangis seperti ini.

Anak kelasnya memang menyebalkan, dia tentu tahu sikap mereka terhadap kelas Jeva. Karena cewek itu kerap kali curhat padanya pasal mereka, juga ia melihat sendiri sikap mereka terhadap kelas Jeva.

"Yaudah, lo jangan nangis lagi. Nanti gue jadi partner duet lo, udah ya jangan nangis lagi," ucap Jevian menenangkan.

Joya yang sedari tadi melihat interaksi keduanya memutar bola matanya malas, tapi tak urung tersenyum lega.

Yang bisa menenangkan Jeva saat sedang gelisah hanya Jevian dan Jean seorang. Beruntung tadi gadis itu memanggil Jevian, jika tidak pasti Jeva akan semakin gelisah.

"B-bener ya?" tanya Jeva terbata.

Jevian mencubit pipi Jeva dengan gemas, wajah Jeva ketika bertanya seperti itu membuatnya ingin memakan cewek itu.

"Iya sayang."

Jeva tersenyum senang kemudian melepaskan pelukannya pada Jevian, Jeva dengan sengaja menggandeng lengan Jevian.

"Cowok gue peka dong, cowok lo gimana?" tanya Jeva sambil mengejek.

Joya memutar bola matanya malas.

"Suara lo belum bener gausah ngejek gue," ucap Joya.

Memang benar, karena habis menangis tadi suara Jeva menjadi serak. Niatnya memang ingin mengejek Joya malah ia sendiri yang diejek.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang