33

1K 34 0
                                    

"Kalo gak bisa ya gak papa.."

Jay menatap Jeva sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

"Asal lo harus mau dicap jadi pengecut," sambung Jay dengan tatapan meledek yang diarahkan pada Jeva.

🐧

Jeva menatap kesal ke arah Jay yang tengah menatapnya dengan tatapan meledek.

Hey?! Cowok itu berani mengatakan hal seperti tadi di depan Jeva? Apakah Jay sudah bosan hidup??

"Siapa yang setuju sama pendapat Jay?" tanya Joya kepada teman sekelasnya.

Jeva mengepalkan tangannya. Ayolah! Kenapa temannya ini malah setuju akan pendapat dari Jay? Apa cewek itu juga bersekongkol dengan Jay?

"Kok lo malah setuju sama Jay si?"

Joya terkekeh kecil melihat raut menyedihkan Jeva. Jujur saja ia sangat setuju jika Jeva mendapat dare seperti yang Jay ajukan tadi.

Selain itu, dia juga merasa kesal saat Jeva tidak pernah mendapatkan dare ataupun truth dari permainan itu, makanya ia lebih setuju mendengar pendapat yang diajukan oleh Jay.

"Gak papa lah, lagi pula kapan lagi bisa jahilin lo lewat anak kesayangan lo itu?" guyon Joya.

Jeva mendelik, "Kesayangan pantat lo! Durhaka dia tuh."

Adil bertepuk tangan dengan bangga saat Jeva mengatakan bahwa Jay itu adalah anak durhaka.

Kalau beginikan ia jadi punya kesempatan menjadi anak kesayangan Jeva. Ya, usia Adil dan Jay adalah yang termuda. Tentunya Jay yang paling muda.

"Kalo Jay durhaka gue jadi anak kesayangan dong?" tanyanya dengan mata berbinar penuh harap.

"Anak syaiton lo," guyon Reza.

Adil menatap Reza tajam, namun berikutnya ia tidak peduli akan Reza. Adil malah mendekat ke arah Jeva yang kebetulan duduk di samping Jay.

Adil menggeret tubuh Jay hingga cowok itu dengan amat terpaksa duduk di kursi yang tadi di tempati oleh Adil.

"Lah?! Gak bisa gitu dong njrit! Mana ada lo manja-manjaan sama my mom," ucap Jay pada Adil saat cowok itu menyender di bahu Jeva.

Bahkan Jeva nampak tidak masalah, ia malah mengelus kepala Adil dengan lembut seolah ia sedang memanjakan anaknya.

"Udah lah Je, lakuin dare lo sekarang sebelum jam istirahat abis," ucap Abdul.

Jeva menghentikan aktivitasnya, ia dengan sangat amat terpaksa langsung melakukan apa yang tadi Jay suruh.

Jeva berdehem sejenak sambil menatap beberapa murid yang nampak bersliweran di kantin, mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

Jeva langsung mengambil salah satu kursi kosong dan meletakkannya di depan meja anak kelas XI Mipa 4.

Jeva lagi-lagi berdehem saat tenggorokannya rasa gatal ingin digaruk dengan secepatnya.

"HALO TEMEN-TEMEN! BOLEH MINTA WAKTUNYA SEBENTAR GAK?"

Teriakan itu membuat para pengunjung kantin langsung menoleh ke sumber suara. Betapa mengejutkannya kalau yang berbicara adalah Jeva. Ratunya XI Mipa 4.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang