Extra Part (III)

1.9K 43 3
                                    

Hai hai aku kembali lagi, mohon maaf ya karena jarang banget buat update. Minggu lalu aku ada PTS akhirnya gak bisa buat update, sebelumnya juga fokus lanjutin cerita yang niatnya mau aku publish setelah cerita ini. Saking fokusnya yang ini malah kelupaan huhuu, maaf banget yaa..
Makasih banyak yang udah mau nunggu aku update cerita ini, selamat membaca!















__________

Tidak ada yang menyangka bahwa jodoh kita adalah orang yang selalu bersama kita baik suka maupun duka. Mencintai memang tidak harus memiliki, seperti yang dirasakan Jayden Danubrata. Laki-laki yang sepenuh hati mencintai Jeva hingga wanita itu dimiliki oleh laki-laki lain.


Ia memang pernah memiliki Jeva seutuhnya, ia yang pertama dan ia merasa bangga memiliki Jeva. Namun, ia tidak bisa memiliki Jeva hingga akhir hayat.

Wanita itu. Wanita yang ia cintai, masih mencintai laki-laki lain. Selama menikah pun Jeva hanya berlaku sebagai istri yang baik, meskipun begitu hati Jeva masih terdapat nama Jevian. Jay tidak bisa masuk ke dalam hati Jeva.

Hingga akhirnya, keduanya memilih untuk berpisah. Perpisahan yang meninggalkan lara di hati Jay. Ingin rasa Jay menggapai Jeva kembali, namun apa dikata?

Jeva bukan lagi miliknya. Dan Jeva.. wanita itu bukan jodohnya. Jay berusaha merelakan namun hatinya menolak.

Setiap kali melihat raut bahagia Jeva, hatinya kembali menghangat. Senyuman Jeva adalah kebahagiaan tersendiri baginya, apalagi perut buncit  itu adalah hasil dari benih yang ia tanam. Ia bangga karena Jeva mengandung anaknya.

Tapi, ia tidak bisa leluasa menemui Jeva. Nyatanya Jevian menutup akses dirinya untuk bertemu dengan Jeva. Tidak hanya rindu pada Jeva, ia juga merindukan anaknya. Keinginannya hanya harapan semata, lantas apa ia tidak bisa bahagia?

"Mas, ngelamunin apa?"

Jay rindu. Ia rindu setiap hari mendengar panggilan itu dari bibir manis wanita yang menjadi ibu dari anaknya. Ia rindu segalanya tentang Jeva.

"Ah enggak," elak Jay.

Jeva tidak menjawab namun masih menatap Jay. Laki-laki yang pernah menjadi suaminya itu terlihat begitu berantakan, raut wajahnya suram tak sebahagia saat mereka menikah.

Jeva menghela napas. Ia mengaku salah. Gurat sedih di wajah Jay adalah kesalahannya, ini salahnya yang tidak bisa melupakan Jevian. Ini salahnya yang memilih Jay tapi hatinya masih bertahta nama Jevian.

"Mas, maaf ya."

Jay menoleh, ia tersentak saat melihat air mata menggenang di mata Jeva. Jujur saja ia benci melihat wanita yang ia cintai menangis, terlebih menangisinya.

Refleks, Jay memeluk Jeva dengan erat. Ia lupa statusnya yang bukan lagi suami Jeva.

"Enggak, kamu gak salah. Kita emang ditakdirkan kayak gini Je, aku gak bisa milikin kamu selamanya. Karena aku.. aku bukan jodoh kamu," ucap Jay lirih di akhir.

Jeva semakin menangis mendengar ucapan Jay. "Aku yang salah mas, harusnya aku lupain Jevian tapi aku gak bisa. Maaf."

Jay melepas pelukannya, ia menatap Jeva dengan tatapan berkaca-kaca. Wanita di depannya adalah wanita pertama yang membuat dirinya jatuh cinta. Jatuh cinta sedalam-dalamnya hingga ia sulit untuk berpaling dan melupakannya.

Jay masih berharap, ia bisa memiliki Jeva lagi. Jika tidak di dunia ini, apa bisa ia memiliki Jeva dan wanita itu juga membalas perasaannya ini?

"Jangan nangis Je," ucap Jay.

Jay menghembuskan napas pelan, tatapannya beralih para perut Jeva yang membuncit. Tangannya secara refleks menyentuh perut Jeva.

"Ah maaf!" ucapnya setelah sadar.

Jay menjauhkan tangannya dari Jeva, namun tangan Jeva dengan cepat menahannya. Jay terkejut.

"K-kamu--"

"Ini anak kamu mas, dia pasti kangen sama papanya. Aku gak mau egois, dia juga butuh papa kandungnya."

Jeva terdiam sejenak.

"Mas, aku emang bukan wanita yang baik buat kamu. Tapi aku sangat berharap kamu bahagia dan menemukan wanita yang lebih baik dari aku," ucapnya.

Jay tidak menjawab, tangannya masih setia mengelus perut Jeva. Jeva memang benar, ia harus bahagia tapi tidak dengan menemukan wanita yang lain.

Bahagia aku itu, kamu.

[]

Jay pulang dengan keadaan kusut, langkah pria itu berhenti tepat di depan kursi ruang tamu. Ia terkekeh pelan melihat potret pernikahan dirinya dan Jeva. Iya, dia secinta itu pada Jeva. Foto pernikahan pun masih ia pajang di ruang tamu.

Foto itu sengaja ia cetak dengan ukuran besar dan memajangnya di ruang tamu. Saat itu ia dan Jeva sangat senang melihat foto tersebut dipajang. Namun sekarang, sepertinya hanya Jay yang merasa senang.

"Aku selalu berharap kamu bahagia. Tapi kenapa harus sama orang lain? Aku gak rela Je, kata orang benar kalau mencintai tidak harus memiliki. Tapi mereka gak tahu rasanya akan sesakit ini."

Tangan Jay memukul dadanya dengan kuat, tangis laki-laki itu sudah keluar sejak tadi. Ia tidak menyalahkan tuhan, ia hanya merasa mengapa ia harus sedalam itu mencintai seseorang?

Tidak. Ia tidak menyesal mencintai Jeva. Karena baginya, mencintai Jeva adalah kebahagiaan tersendiri baginya.

Drrt Drrt

"Halo?"

"Jay! Jeva masuk rumah sakit, lo kesini sekarang. Dia gak berhenti manggil nama lo."

Deg

Jay langsung berlari menuju mobilnya dan menjalankannya menuju rumah sakit. Mengapa? Mengapa setelah ia merasa rindunya terobati kini Jeva masuk rumah sakit? Apa gadis itu begini karenanya?

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang