55

1.7K 48 1
                                    

Pov Jeva

Pagi ini aku tengah makan bersama dengan keluargaku. Mereka nampak bahagia saat berkumpul seperti ini. Di depanku ada Jevian. Keluarga cowok itu datang kesini berniat untuk mengantar kepergianku.

Aku memajukan keberangkatanku ke London. Alasan utamanya aku tidak ingin bertemu dengan Jevian, namun sepertinya itu tidak akan terjadi karena cowok itu tengah duduk di depanku sembari menatapku.

Aku masih kecewa akan kejadian tadi malam. Aku memang sakit hati, tapi aku tidak akan mudah menangisi seseorang yang bahkan tidak pantas untuk ku tangisi.

Haha, jatuh cinta memang menyakitkan. Aku tahu ini adalah hal yang berat. Aku tidak bisa secepat itu melupakan Jevian, tapi aku sudah membuat keputusan.

Bahwa kami, resmi putus. Aku tidak peduli dia setuju atau tidak. Yang pasti aku tidak mau terikat hubungan dengan laki-laki yang bahkan tidak bisa melupakan masa lalunya. Laki-laki yang tidak bisa dipercaya seperti Jevian tentu sudah aku coreng namanya dalam daftar pendamping.

"Kalian kenapa diem-dieman?"

Aku menoleh menatap mama. Seperti orang tua lainnya, pasti orang tuaku juga merasakan hal yang berbeda sekarang.

"Ma, bun dan yang lain. Aku mau bilang sesuatu yang penting sebelum aku pergi ke London, aku harap kalian gak akan kecewa akan hal ini," ucapku.

Sepertinya mengatakan hak yang jujur lebih baik daripada menyembunyikan hal ini, jika nanti tidak diucapkan maka pertunanganku dengan Jevian akan terlaksana. Aku tidak mau mempunyai tunangan yang memberikan hatinya pada dua orang sekaligus.

"Aku.. aku sama Jevian resmi putus. Dan aku gak mau sampe kalian tetep keukeh buat ngajuin pertunangan kami."

Kakekku--Bram menatapku dengan pandangan bertanya. Aku tahu kakek orang yang paling posesif mengenai hal seperti ini. Apalagi kakek tidak memberi restu keseluruhan untuk Jevian.

"Kalian.." Mama menatapku dan Jevian bergantian. Aku tahu mama pasti tidak percaya akan hal ini.

Aku menganggukkan kepalaku saat mama menatapku meminta penjelasan. Kulihat mama menghela napas pelan.

"Kenapa? Kalian ada masalah sampe putus kayak gini? Kalian kan bisa selesain baik-baik gak sampe putus," ucap mama memberi pengertian.

Aku tahu mama memang menyayangkan putusnya hubunganku dengan Jevian. Karena mama berharap banyak akan hubungan kami.

"Ada, masalah kali ini gak bisa diselesain baik-baik ma. Karena ini termasuk ke dalam prinsip aku yang gak bisa diganggu gugat."

"Wow! Ini baru Jeva yang saya kenal."

Aku langsung menoleh menatap kakek yang tengah bertepuk tangan dengan bangga karena ucapanku barusan.

"Apa masalahnya?" tanya Raiden.

Aku menatap Raiden sebentar, kemudian berdehem. "Lo mau kebenaran? Tanya sumbernya langsung."

Sontak saja tatapan mereka yang tadinya mengarah kepadaku langsung tertuju pada Jevian yang tengah diam menyimak.

"Sorry bang, gue udah kecewain Jeje. Bukannya gue udah gak cinta sama Jeva, tapi ada hal yang harus gue tepatin."

"Gak! Bukan itu intinya! Lo bukan ngelakuin hal yang harus lo tepatin, tapi lo masih sayang sama masa lalu lo itu! Gue gak sudi punya cowok yang hatinya buat dua cewek sekaligus!"

Bugh!

"Gue udah restuin lo anjing! Ini yang lo lakuin ke adek gue setelah gue kasih restu?!"

Aku menutup mulut saat melihat Jevian langsung terkapar di lantai akibat pukulan dari kakakku, Jean. Baru pertama kali ini aku melihat Jean seemosi itu.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang