hii!!!
alur cerita gak berubah, palingan cuma chapternya yang lebih panjang dari sebelumnya.semoga sukaa!!!
HAPPY READING^^
----
“BUNDAA!!!” itu sudah teriakan ke sekian kali yang terlontar dari bibir ranum gadis bernama Ranum itu.Jam sudah menunjukan pukul 06.45, yang berarti 15 menit lagi bel untuk upacara akan berbunyi namun gadis itu masih setia mencak mencak dikamarnya entah mencari apa
“teriak teruss, kenapa sih?” tanya Vania—Bunda Ranum-- yang baru saja membuka kamar anak gadisnya
“bunda liat topi aku gak? Bisa dihukum aku kalau gak pakai topi” ucapnya membeberkan alasannya berteriak serta mencak mencak sejak tadi
“bunda kemarin kan udah bilang, cari kemarin semua keperluan kamu” ucap Bundanya seraya ikut mencari topi upacara sang putri
“nanti ngomelnya ya, cariin dulu” ucapnya ikut membantu bundanya
“jangan pakai topi deh, ini kamu kalau nyari terus bisa terlambat” ucap pasrah sang bunda karena pencariannya tak membuahkan hasil
“tapi nanti aku dihukum bundaa” rengek Ranum pada sang bunda
“daripada sekarang nyari terus tapi gak ketemu, nanti nyampe sekolah malah di hukum karena telat sama gak bawa topi” jelas panjang sang bunda
“yaudah deh, aku berangkat aja” pasrahnya
“yaudah sana berangkat, hati hati yaa” ucapnya mencium kening sang putri
-----
Ucapan bundanya benar, dia datang tepat waktu ke sekolah, namun pikirannya tetap gelisah karena masalah topi tak kunjung mendapat solusi.
“kenapa sih muka lo ditekuk kaya gitu?” ucapa gadis yang kini merangkul Ranum itu
“topi gue entah kemana berkelana” ucapnya sok melonkolis
“aajibb hari ini ada yang dihukum” ucap Rara gadis yang kini masih setia merangkul Ranum
“goblok eta mah, bukannya dibantu malah seneng” balas ketus Ranum
“Maya, lo ada topi lebih gak?” tanya Rara pada gadis kuncir kuda yang baru datang itu
“idihh lu pikir aing kopsis nyimpen topi lebih dari satu” ucapnya berjalan sejajar dengan kedua temannya itu
“nih sobat lo topinya raib ditelan samudra” ucap Rara yang lagi lagi sangat hiperbola
“ohh santuy aja, paling disuruh hormat bendera” ucap Maya santai
“punya dua sahabat gak guna semua” gumam Ranum masih tetap memikirkan topi yang akan membuatnya hormat bendera seperti penuturan Maya tadi
Lapangan SMA ANUGERAH sudah sangat ramai akibat bel sudah lama berbunyi, hati Ranum semakin cemas, karena ini juga kali pertama bagi Ranum tidak memakai atribut lengkap saat akan melaksanakan upacara.
“nih” ucapan itu mendadak bersamaan dengan uluran topi tepat didepan Ranum dan kedua sahabatnya
“Apa?” ucap Ranum masih cengo lalu menatap sang pemberi
“topi” ucap laki laki yang kini penampilannya sudah sangat acak acakan itu
“kok topi?” lagi lagi pertanyaan dodol itu keluar dari bibir Ranum
“kok dodol sih” ucap laki laki itu lalu memasangkan topi yang tadi ia sodorkan pada kepala Ranum
“gue mau bolos, pake itu aja daripada di hukum” ucapnya lalu berjalan meninggalkan Ranum dan kedua sahabatnya
“itu tadi Farel kan?” tanya Maya yang sama cengonya seperti Ranum dan Rara
“kesambet apa ketua kelas lo tuh” ucap Rara pada Ranum
“Setannya Joni kali” ucap Ranum lalu berjalan menuju barisan kelasnya, hatinya sudah tak segelisah tadi.
Farel Prasetya Aduel, ketua kelas XI IPA 2 yang tak lain adalah kelas Ranum dan kedua Sahabatnya, murid pemalas yang bisa dihitung jari mengikuti upacara dan pelajaran kelas. Namun kenapa dia bisa menjadi ketua kelas? Alasannya cukup unik, karena dia tampan.
Laki laki dengan tiga antek antek yang selalu bersamanya yaitu, Joni dan Jodi kembar tak seiras itu julukan mereka, bukan wajahnya yang tak seiras namun kepribadiannya.
Joni dengan segala keributan kejahilannya dan Jodi dengan segala kejeniusan keseriusannya. Dan satu lagi teman Farel yang tidak dapat dilupakan adalah Diaz, sikapnya sebelas dua belas dengan Joni.
----
“JONII!!!” kini teriakan Maya terdengar sangat cempreng membuat semua penghuni kelas menatapnya sinis
“maya lo bising banget sih, lo pikir nih sekolah punya opa buyut lo?” tanya Joni yang kini sibuk duduk di meja guru
“iya punya opa buyut gue, mau apa lo?” nyolot Maya yang sedari tadi ingin mengambil pulpen kesayangannya yang berada di saku baju Joni
“kalau ni sekolah punya opa buyut lo, kenapa timbang pulpen di ambil aja mulut lo kayak panci bising?” ucap menohok Joni
“tapi kan itu pulpen kesayangan gue” ucap Maya berjalan ke arah Joni
“pulpen kok dijadiin kesayangan, gue dong jadiin kesayangan” ucap Joni yang memang sangat gencar menjaili Maya saat baru duduk dikelas X
“bapak lo tuh gue jadiin kesayangan” ucap Maya sensi
“Aduhh telat sayy, bapak gue udah jadi kesayangan Tuhan, makanya dipanggil duluan” ucap Santai Joni yang malah membuat Maya merasa bersalah
“yaudah deh tu pulpen buat lo aja” ucap Maya mengalah karena tidak enak sudah menyinggung bapak Joni yang ternyata sudah mendahului bertemu Tuhan
“ah elahh rebut lagi dong” ucap Joni mengeluh
“Joni udah deh, lama lama gue buat lo nyusul bapak lo ye” kesal Rara yang sedari tadi memang menonton perdebatan Joni dan Maya
“jangan dong, Maya ntar jadi janda muda” ucap Joni lalu mengerlingkan sebelah matanya untuk menggoda Maya yang dibalas muka mual seolah ingin muntah
“Selamat pagi anak anak” ucap pria setengah baya yang berprofesi sebagai guru matematika kelas XI
“selamat pagi pak” ucap murid serentak lalu kembali pada kursi masing masing
“hari ini Farel tidak masuk lagi?” tanya pak Dayat setelah melihat bangku belakang Ranum hanya ada Jodi yang mengisi
“bolos pak” ucap ceplos Joni yang duduk bersama Diaz tepat disamping meja Farel dan Jodi
“gak ngajak saya lagi bolosnya, gak seru si Farel” lanjutnya yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Pak Dayat dan saudara kembarnya—Jodi
“Ampun boss” ucapnya sambil menyatukan tangannya didepan wajah saat melihat tatapan tajam dari kakaknya, ternyata takut akan tatapan kakaknya.
“ya sudah kita lanjutkan saja pelajaran kita hari ini ya” ucap Pak Dayat lalu membuka bukunya
Disisi lain kini gadis itu tengah menatap topi yang berada di pangkuannya, pikirannya berkelana pada sang pemilik topi yang tiba tiba menjadi baik padanya.
----
lebih panjang kan?
semoga gak bosen yaa:)udah mulai ada shipper belum nih?
jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir(tak)Indah
Teen FictionDua insan manusia yang di persatukan dengan pernyataan konyol lalu dipisahkan dengan takdir yang menurut mereka konyol Apakah mereka tetap bersama dan melewati takdir itu atau berpisah karena takdir?