HAPPY READING^^
------
Baru membuka album foto itu, Ranum sudah disuguhkan dengan foto bayi laki laki yang tampak tak asing di matanya.
"ini gue, agak butek sih dulu" ucap Farel dengan tawa renyahnya
"foto ini!?" ucap Ranum terkejut setelah mengingat foto ini.
"iyaa kenapa? ini foto bayi gue" ucap Farel bingung atas keterkejutan Ranum
"gue gak asing sama foto ini" ucap Ranum menyampaikan keterkejutannya
"ohh ini mah dulu lo paling ditunjukin sama malaikat, kalau ini tuh foto jodoh lo" jawab Farel bercanda tak lupa dengan senyuman
"gue gak lagi becanda" ucap Ranum kesal
"iya iya, terus lo liat foto itu dimana?" tanya Farel mulai serius
"udah deh lupain" lama tak mengeluarkan suara akhirnya ucapan itu yang Ranum sampaikan
"kok gitu?" tanya Farel penasaran
"ini lo umur berapa? imut" ucap Ranum menunjuk foto yang ada dilembar berikutnya dari album itu
"ulang tahun pertama" ucap Farel
"boleh tunjukin hal lain yang menurut lo gak penting dalam hidup lo?" tanya Ranum dengan tawa membuat Farel memutar matanya malas
"kayaknya semuanya gak penting" ucap Farel membuat Ranum menoleh
"kecuali lo" lanjutnya
"gak jelas"
"ini apa?" tanya Ranum menunjuk toples hitam seperti dibalut dengan lakban
"pingin tau aja atau pingin tau banget?" ucap Farel lalu mengambil dan memeluk toples yang Ranum maksud
"lo nyembunyiin narkoboy ya?" tuduh Ranum sambil menunjuk Farel
"sembarangan tu mulut" ucap Farel kaget
"ya makanya sini liat" ucap Ranum merebut paksa toples itu
"iya sini gue bukain" ucap Farel lagi lagi merebut toples itu
Tak lama dari itu dengan wajah terpaksa Farel membuka tutup dari toples di pelukannya, wajah Ranum yang semula ditekuk kini sumringah melihat isi toples itu.
"aaa mauuuu" teriak Ranum mencoba merebut toples itu, namun tak semudah itu Farel memberikan.
"idihh, ini sisa dikit, gak boleh dibagi bagi" ucap Farel lalu menutup kembali toplesnya
"pelit banget lo" ucap Ranum menekuk wajahnya
"emang" ucap Farel lalu berjalan menuju lemarinya untuk menyimpan toples itu
"satu doang Farel" ucap Ranum kembali merengek
"gak, lo gak liat itu sisa lima biji? lagi krisis ini" ucap Farel
"pelit" ucap Ranum lalu berjalan keluar kamar
"woi mau kemana?" teriak Farel mengikuti langkah Ranum
Perdebatan mereka itu hanya di sebabkan oleh lima biji permen caramel di dalam toples yang sejak tadi di perebutkan.
-------
Hari sudah menggelap, Ranum kini bersantai di atas ranjangnya. Sebelum pulang tadi dia dan Farel masih banyak drama yang diakhiri dengan Farel membawanya ke mini market untuk membeli permen caramel.
Kini pikiran Ranum kembali terisi oleh foto yang ditemukan di kamar bundanya dan foto masa kecil Farel.
"itu beneran sama banget"
"kenapa Bunda nyimpen foto kecil Farel?"
"padahal itu jauh banget sama hari gue jadian sama Farel"
"jawaban satu satunya menurut gue sih kalau Farel itu saudara gue"
"saudara kandung gue, yang mungkin bunda titip karena bunda gak punya uang ngurus dia"
"tapi kenapa gue dan Farel umurnya sama? Apa kita kembar? Gak gak gak mungkin"
Ucapan monolog terus ia lontarkan, entah itu benar apa tidak dua tak peduli. Tetapi yang pasti Ranum akan menyelidikinya, tentunya tanpa bantuan Farel.
------
"selamat pagi dunia penuh misteri" teriak Ranum ketika menuruni anak tangga
"aduh misteri apa itu?" tanya sang Bunda yang tengah menyiapkan makanan di meja makan.
"Bunda masak apa hari ini?" tanya Ranum mengalihkan pertanyaan sang Bunda
"hari ini masak Nasi goreng cumi kesukaan kamu dan Roti bakar untuk Farel" jawab Vania
"emang Farel udah dateng?" tanya Ranum karena tak melihat batang hidung Farel disini
"belum, paling 5 menit lagi sampai"
Belum selesai dari hitungan tiga detik setelah Vania berkata seperti itu, suara pintu terbuka terdengar.
"assalamualaikum" ucap seseorang yang suaranya sudah pasti itu Farel
"waalaikumsalam" ucap keduanya
"wahh makan apa ni? kayaknya enak" ucap Farel sambil menyalami Vania di hadapannya
"ini Roti bakar untuk kamu, karena kamu gak suka cumi kan" ucap Vania menyodorkan Roti bakar dengan segelas susu pada Farel
"tau aja, terima kasih Bunda" ucap Farel lalu memulai makannya
"kenapa? gak makan?" tanya Farel pada Ranum yang sejak tadi tak berhenti memandangnya
"makan" ucap Ranum membalas
"yaudah makan, jangan liatin gue mulu nanti Nasi gorengnya jadi manis" ucap Farel membuat Ranum memutar matanya malas.
Tak selang berapa lama, mereka telah menuntaskan sesi makannya. Ranum segera beranjak untuk memakai sepatu dan Farel menyalami Vania yang berada di dapur.
"ayo" ucap Farel pada Ranum yang kini terduduk di teras tengah memakai sepatu
"gak liat nii masih masang sepatu?" tanya Ranum kesal
"eh ngapain?" tanya Ranum reflek saat Farel memasangkan sepatunya pada sisi kiri
"gak liat ni masih masang sepatu?" ucap Farel menduplikat perkataan Ranum tadi
"nahh udah, ayo" ucap Farel lalu membantu Ranum berdiri
"Bunda aku berangkat, assalamualaikum" teriak Ranum
"waalaikumsalam, hati hati ya" ucap Vania yang juga berteriak
--------
"rel boleh gue nanya?"
"kenapa engga boleh?"
Kini keduanya tengah dalam perjalanan menuju sekolah, pertanyaan Ranum tadi membuat Farel sekilas melihat spion.
"lo ulang tahun tanggal berapa?" tanya Ranum pelan
"gue gak denger Ranum" keluh Farel
"lo ulang tahun tanggal berapa?" tanya Ranum kali ini dengan suara lebih ditinggikan
"ohhh, 2 hari lagi" ucapan Farel membuat Ranum terkejut
"kenapa? mau kasih kado? hadir lo aja udah jadi kado terbesar dan terindah" ucap Farel membuat Ranum memukul bahunya
"gr banget sih, gue cuma nanya" ucap Ranum dibalas tawa oleh Farel
"kalau lo ulang tahunnya kapan?" tanya Farel
"lo kan suka gue, kok gak tau apa apa soal gue sih?" ucap Ranum
"aduh salah ni gue nanya, gak jadi nanya num" ucap Farel membuat Ranum tertawa
Tawa Ranum berbanding terbalik dengan hal yang tengah dia pikirkan kini.
"lama lama bisa tekanan batin gue mikirin ini" ucap Ranum membatin
-------
Haiiii!!Jangan ikut tekanan batin kayak Ranum yaa!
semoga gak bosen yaa
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir(tak)Indah
Teen FictionDua insan manusia yang di persatukan dengan pernyataan konyol lalu dipisahkan dengan takdir yang menurut mereka konyol Apakah mereka tetap bersama dan melewati takdir itu atau berpisah karena takdir?