61

7 3 9
                                    

HAPPY READING^^

-----

tokk tokkk

Ketukan pintu itu membuat Vania mengistirahatkan tangannya yang tengah memotong sayur di dapur.

Langkahnya terburu buru karena suara ketukan yang semakin terburu buru juga, dia takut itu adalah ketukan penting.

Nafasnya masih memburu ketika mengetahui siapa yang datang, kaget dan tak tahu harus bagaimana. Vania masih mengatur nafasnya ketika seseorang di depannya mulai membuka suara.

"Ranum mana?" Tanya orang itu

Tak ingin terlihat gugup, Vania mencoba tenang untuk membalas perkataan itu.

"Mama kok gak bilang bilang kesini, ayo masuk dulu" ucap Vania mempersilakan

"Mama cuma cari Ranum, dia mana?"

Betul seseorang di depan Vania kali ini adalah Kanya, Oma Ranum dan tentu saja Mertuanya

"eee Ranum masih keluar Ma" ucap Vania kini tak bisa untuk tetap tenang seperti keinginannya tadi

"Kamu gak usah bohongin Mama ya Vania, sekarang Ranum dimana?" Tanya Kanya kini lebih tegas

"ayo masuk dulu Ma, aku jelasin di dalam" ucap Vania menggenggam tangan sang Mama Mertua

"Sekali lagi Mama tanya, Ranum sekarang dimana?" Tanya Kanya yang seolah olah sudah tau semuanya

"Omaa, aku disini" suara itu menyelamatkan Vania yang akan tenggelam di lautan fakta

"Ranum?" Tanya Kanya setelah melihat cucunya datang bersama teman temannya dibelakang

"Omaaa" teriak Ranum berlari memeluk sang Oma

"Kamu sehat sayang?" Ucap Kanya yang hanya dibalas anggukan gembira oleh Ranum

Setelah melepaskan pelukannya dengan sang cucu, Kanya terdiam menatap koper di samping Ranum, jelas itu milik sang cucu.

"Kamu habis dari mana? kok segala bawa koper gini?" Tanya Kanya pada sang Cucu

Ranum tak menjawab, dia memegang erat kopernya lalu berjalan beberapa langkah tak lupa menyeret koper bersamanya.

"Kalau oma mau tanya, oma bisa tanya sama dia" ucapnya saat berdiri persis disamping Vania yang masih terdiam

"Aku gak bisa jelasin Oma, aku capek, mau tidur"

Setelah mengucapkan itu, Ranum menyeret kopernya masuk ke dalam rumah dan sepertinya menuju kamarnya.

"Permisi" ucap Rara berjalan cepat menyeret Maya tentu untuk menyusul Ranum.

"jadi kamu bisa jelasin?" Tanya Kanya kini menatap Vania yang masih setia termenung.

"Ayo masuk ma" ajak Vania pada sang mertua.

Hati Vania saat ini sangat cemas dan panik, terlihat dari raut yang bisa Farel baca.

"Dijelasin pelan pelan ya bun, tenang aja, ada aku" ucapan Farel membuat Vania menoleh dan mengangguk pelan tak lupa tatapan tajam Jodi disebelahnya

"Bro lo juga hutang cerita sama gue" ucap Jodi mengingatkan Farel

"Kok lo inget sih?" Tanya Farel pasrah saat Jodi mulai menyeretnya untuk kembali masuk mobil

Dilain sisi kini Rara dan Maya masih terdiam melihat Ranum juga terdiam di ujung kasurnya.

"Belum mau cerita sama kita?" Tanya Rara memecah keheningan kamar ini.

"Gara gara lo gue batal beli cilok mang Dika" ucap Maya murung

Benar, tadi setelah dari rumah Mamanya yang memang sekomplek dengan Oma Ranum dan rumah lama Opa Ranum, Maya berniat untuk membeli cilok kesukaannya yang memang harus melewati rumah Opa Ramun untuk sampai kesana.

Takdir(tak)IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang