9

27 3 5
                                    

HAPPY READING^^

----

“MAMAAA” teriak laki laki yang kini tengah mengobrak abrik laci dapur dirumahnya

“kenapa sih?” tanya wanita paruh baya yang kini berjalan menuju wastafel

“permen caramel aku mana?” ucapnya masih mengobrak abrik laci itu

“ya mana mama tau” ucap sang Mama yang kini berjalan menuju ruang makan

“kok gak tau?”

“tugas mama itu cuma beli, kalau nyimpen itu kan tugas kamu” ucap sang Mama

“lohh kok gitu sih ma, terakhir mama beli kan gak ngasi aku buat nyimpen” ucapnya mengikuti jalan sang Mama

“heh bro, kenapa?” itu suara pria paruh baya yang kini duduk di meja makan

“permen caramelnya ilang”

“masa laki laki bucinin permen caramel” remeh sang Papa

“ini masalah semangat gak semangat papa” ucapnya membela diri

“kalau gak ada permen itu mana bisa semangat sekolah” tambahnya

“ada gak ada permen itu kamu tetep bolos juga kan” tidak heran karena sang Papa sangat mengetahui kelakuan sang putra

“kurang kurangin deh tu bolosnya” ucapnya lagi

“iya tuh, gimana mau duduk di kursi CEO” remeh sang Mama yang kini telah kembali dari kamarnya

“bisa bisa kamu malah jadi supir di perusahaan Papa” ucap sang Papa lagi lagi meremehkan

“pamali doain anak kayak gitu” ucapnya kini menatap sang Papa

“ya gimana ya, makanya kamu tu belajar yang rajin” nasihat sang Papa

“jangan malah sampahin rooftop pake bungkus permen karamel kamu Farel” ucap sang Mama memarahi putranya itu

“loh kok mama tau?” tanyanya pada sang Mama

“jangankan hal kecil kayak gitu, hal besar aja papa dan mama tau” ucap Surya Aduel –Papa Farel—

“akhir akhir ini kamu gak pernah bolos lagi kan?” tebak Surya yang sangat tepat sasaran

“ikut acara keagamaan dan ikut upacara bendera dengan atribut lengkap” lanjut Nanda sang Mama

Jangan heran kenapa kedua orang itu bisa mengetahu aktivitas anaknya, karena mereka memiliki koneksi kuat di sekolah tempat sang putra menimba ilmu.

“kenapa?” ucap Surya mulai mengintrogasi anaknya

“kan itu yang papa mau” ucapnya jengah mendengar pertanyaan sang papa

“karena apa?” ucapnya meragukan sang putra

“ini kan tadi pembahasannya permen karamel aku, kenapa jadi menjalar kemana mana” ucapnya bangkit

“aku berangkat aja deh, telat ni” ucapnya kemudian menyalami kedua orang tuanya

“permen caramel gak dapet, malah dapet siraman rohani dan introgasi, dikira gue napi apa” dumelnya mengeluarkan motornya dari garasi rumah

-----

“kamu yakin mau turun disini?” tanya laki laki itu menatap sang kekasih

“iya”

“aku turunin didepan gerbang aja deh” ucapnya tak tega melihat sang kekasih

“iyaa kak ipar, sekolah juga masih lumayan jauh”kini suara penumbang di jok belakang yang terdengar

Yaps benar, itu adalah percakapan tiga orang yang kini tengah berhenti tepat di pertigaan sebelum menuju sekolah mereka.

siapa lagi kalau bukan Joni, Jodi dan sang kekasih, Rara.

“terlalu beresiko kalau di depan gerbang, apalagi jam jam segini waktunya Maya atau Ranum dateng” ucapnya sambil melirik jam putih ditangan kanannya

“atau gue aja yang turun bareng lo kak ipar, biar nemenin lo” ucap Joni

“ogah” ucap Rara

“idih dibantu juga lo ya” ucap Joni

“yaudah kamu turun disini, tapi aku harus liat kamu masuk gerbang sekolah dulu” ucap Jodi

“kelamaan bang, gimana kalau kita telat” ucapnya menatap tak mau pada sang kakak

“gak bakal” ucapnya yakin

“yaudah aku turun, byee”

“hati hati sayang” ucap Jodi sebelum Rara menutup pintu mobil yang dibalas senyum manis oleh gadis itu

“gue boleh pindah depan gak bang” ucap Joni yang kini sudah bersiap menuju jok depan

“ gak boleh” ucapnya menghalangi

“busett”

----

“tumbenan lo gak bareng Rara?” tanya Ranum yang kini duduk di samping Maya

“katanya mau berangkat bareng supir” ucap Maya

“PAGII SEMUA” teriakan itu berasal dari gadis yang tengah memasuki pintu kelas dengan cengiran di bibirnya

“masih pagi dah gosip bae mbaknya” ucap Rara menduduki bangkunya

“katanya mau berangkat sama supir biar gak lama nyampe sekolah, ujung ujungnya juga gue yang duluan nyampe” dumel Maya yang sedari tadi sibuk pada ponselnya

“biasalah pak Danial ceramah paginya panjangggg banget” keluhnya pada kedua sahabatnya

“bikin kesalahan apalagi lo sampe diceramahin om Danial” ucap Ranum

“nilai aing teh turun dua biji” balasnya

memang itu bukan kebenaran karena ia telat karena menunggu Joni yang super ngaret.

“bisa bisanya ya om Danial, syukur syukur anaknya gak kaya Diaz” ucap Maya

“Diaz mah dah kaga ketolong” jawab Rara

“padahal om Daniel kan pinter ya” ucap Ranum membicarakan kembaran dari om Danial yang sedari tadi mereka bicarakan

“tetep pinteran papi gue” ucap Rara membela Om Danial yang memang adalah Papinya

“loh kok udah disini aja Ra?” itu suara dari laki laki yang kini berdiri di dekat meja Rara

“hah?” beo Rara terkejut

“perasaan tadi gue ngeliat lo jalan kaki di pertigaan deket sekolah” ucap Farel yang kini makin intens menatap Rara

“loh?” gumaman itu tercetus dari mulut Maya yang juga ikut cengo menatap Farel.

jangan lupakan Ranum yang juga berekspresi demikian

“ohh itu, tadi ban mobilnya bocor, makanya gue jalan” ucap Rara

“ohhh gitu” ucap Farel

“i-iyaa” ucap Rara gugup

“kok lo gak nawarin tumpangan sih rel, jahat banget” ucap Maya melihat Farel berjalan menuju tempat duduknya

“gue pikir bakal dibantuin sama si kembar, soalnya mobil si kembar ada di deket situ” ucapan Farel membuat Rara seketika menghadap belakang mengarah pada Farel yang duduk tenang memainkan ponselnya

-----
Haii!!!!

bakal ketauan gak ya?

Kalau kalian jadi Rara kalian bakal ngapain?

Semoga ga bosen yaa:)

Jangan lupa vote dan komen

Takdir(tak)IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang