HAPPY READING^^
-----
Setelah drama keterkejutan Farel akhirnya disinilah mereka, makan di salah satu restoran dekat komplek rumah Ranum.
"rel" panggil Ranum pada Farel yang tengah memakan mi ayam di depannya
yang dipanggil hanya mendongak karena mulutnya penuh dengan sumpalan mi yang menjadi favoritnya itu
"gue boleh nanya sesuatu?" tanya Ranum hati hati
"boleh, kenapa engga?" ucap Farel setelah selesai mengunyah dan menelan mi nya
"kenapa lo bisa suka sama gue sih?" tanya Ranum membuat Farel terbatuk karena kaget
"minum nih" ucap Ranum sambil mengulurkan minumannya
"tadi katanya gue boleh nanya, pas nanya malah batuk batuk" omel Ranum
"kok nanya kayak gitu?" tanya Farel setelah menyelesaikan minumnya
"ya gapapa, gue pingin tau aja" ucap Ranum pelan
"lo gak kesambet apa apa kan?" tanya Farel was was
"ih gak jelas" ucap Ranum lalu menyuap nasi goreng di depannya
"lo itu mirip Mama gue" ucap Farel tiba tiba membuat Ranum menoleh
"dari wajah, sikap, sampai kebiasaan pun mirip" ucap Farel lagi
"Mama gue suka banget ngomel, sama kayak lo" ucapannya kali mendapat pelototan dari Ranum
"sikap egois dan keras kepala lo sama kayak bokap gue"
"setiap ngeliat wajah dan kelakuan lo, rasanya nyaman aja, kayak ngeliat Papa dan Mama gue" ucap Farel lalu melanjutkan suapan mi nya
"lo mau ketemu mereka gak?" tanya Farel melihat Ranum terdiam menatapnya
"emang boleh?" tanya Ranum seakan kata itu keluar begitu saja dari mulut Ranum yang biasa sarkas itu
"kenapa engga? Mereka jinak" ucap Farel membuat Ranum mendelik
"mau sekarang? Mumpung papa juga di rumah" ucapan Farel mendapat anggukan dari sang lawan bicara
-----
Pintu dari bangunan putih tinggi itu kini ada di hadapan Ranum, Rumah ini seperti sangat nyaman, tampak depannya sudah menggambarkan itu semua.
"ayo, mau sampai kapan lo berdiri di situ?" tanya Farel yang kini sudah diambang pintu
"Assalamualaikum Farel pulang" teriak laki laki itu saat sudah memasuki rumahnya
"waalaikumsalam" ucapan itu terdengar seperti suara perempuan
"aduhh bujang, bawa siapa nih?" ucapan itu berasal dari pria yang baru saja di salami oleh Farel
"Ranum om" ucap Ranum lalu ikut menyalami pria paruh baya itu
"di ancam apa sama Farel? kok mau dibawa ke sini?" tanya pria yang Ranum pastikan itu adalah Papa dari Farel itu
"Papa ah, malu maluin" ucap Farel lalu menarik tangan Ranum melewati sang Papa
"ketemu Mama aja ya, Papa gak waras" ucap Farel membuat Ranum sedikit tersenyum
"Mamaaaa" teriak Farel membuat wanita paruh baya keluar dari dapur lengkap dengan apron di badannya
"teriak mulu, ini rumah bukan hutan" ucap wanita itu lalu menerima uluran tangan Farel yang akan bersalaman
"kenalin nih, temen Farel" ucap Farel lalu bergeser agar sang Mama bisa melihat Ranum
"lohh kamu!?" ucap Nanda seperti mengenali gadis yang dibawa putranya
"hehe iya tante, kenalin Ranum" ucapnya lalu berjalan menyalami Nanda
Ranum sangat canggung dengan keadaan ini, pasalnya yang berdiri di depannya kini adalah tante tante yang ia hindari ceritanya tempo hari di Mini Market.
"loh Mama tau?" tanya Farel melihat sang Mama
"ini cewek yang di mini market itu kan?" tanya Nanda pada Ranum yang dibalas senyum dan anggukan oleh gadis itu
"Mini market?" ucap Farel bingung
"iya, ee siapa tadi namanya?"
"Ranum"
"ah iya Ranum cewek yang Mama ketemu di Mini market, dia cewek yang suka permen itu juga, sama kayak kamu" ucap Nanda menjelaskan
"aduhhh gak nyangka ya kamu itu pacar anak tante" ucap Nanda membuat keduanya saling tatap
"saya sama Farel gak pacaran tante" ucap Ranum cepat agar tak terjadi salah paham yang akan membuatnya rugi
"loh?" beo Nanda terkejut
"dia cuma temen Farel ma" ucap Farel
"baru aja tante mau bilang, kok kamu mau sama Farel, ternyata cuma temen toh" ucap Nanda mendapat cibiran dari Farel
"gak emak gak bapak sama aja" ucap Farel geram
-----
"oh jadi kamu yang udah nolak Farel ya?"
Pertanyaan itu terlontar saat Farel baru selesai menyelesaikan ceritanya tentang gadis yang kini duduk dihadapannya.
Ranum diam dan tersenyum canggung mendengar Mama Farel mempertanyakan hal itu. Dilain sisi Farel malah tersenyum penuh makna.
"bagus dong, emang dia gak ada usaha banget"Ucapan selanjutnya dari Nanda mendapat senyum manis Ranum dan ekspresi terkejut Farel
"gak ada niat gitu mau belain anaknya?" tanya Farel
"emang kamu salah, kalau suka cewek itu ya di perjuangin" ucap Nanda menjawab
"ini lagi proses loh ma" ucap Farel membela diri
"ehh Mama itu anak orang gak dikasi minum apa kek, seret tuh" ucap Surya yang baru datang
"oh iya, Ranum mau minum apa?" tanya Nanda mengingat dia belum menyediakan apapun untuk tamu nya
"apa aja tante" ucap Ranum tersenyum canggung
"disini gak boleh bilang apa aja" ucap Farel
"es teh aja kalau gitu" putus Ranum enggan untuk berdebat dengan Farel di depan orang tua laki laki itu
"mau aku bantu buat gak tan?" tanya Ranum ketika melihat Nanda berdiri dari duduknya
"aduh gak perlu repot repot num" ucap Nanda menolak
"yaudah ayo aja kalau kamu maksa" lanjut Nanda membuat Farel menatapnya kaget
"kagak ada yang maksa deh perasaan" ucap Farel di barengi dengan tawa Surya
"diem kamu Farel"
"ayo Ranum" ucap Nanda lalu menggandeng Ranum menuju dapur
-----
"tante rapi banget sih" puji Ranum ketika sudah lama berada di dapur milik Nanda ini
"rapi gimana? Ini berantakan tau" ucap Nanda sambil mengambil gelas di laci
"bisa tolong cuciin teko airnya gak num?" tanya Nanda sambil tetap sibuk pada gula dihadapannya
"boleh boleh" ucap Ranum lalu mengambil teko disebelah Nanda
Ranum mulai dengan melepas jaket yang dikenakan, lalu tahap kedua membenarkan kunciran rambutnya dan mulai menyalakan keran air
Pergerakan Ranum menjadi pusat perhatian Nanda apalagi tangan Ranum yang lihai mencuci teko dihadapannya, namun fokus Nanda terhenti saat melihat titik hitam besar pada siku Ranum.
"ini tanda lahir kamu?" tanya Nanda agar tak penasaran
"iya tante, kata Bunda sih dulu ini lebih besar" cerita Ranum
"ohh gitu bagus" puji Nanda
"nih tekonya tan" ucap Ranum menyerahkan teko ditangannya
------
Haii!!!!aduh udah lama ya gak liat Jodi-Rara
semoga gak bosen ya
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir(tak)Indah
Genç KurguDua insan manusia yang di persatukan dengan pernyataan konyol lalu dipisahkan dengan takdir yang menurut mereka konyol Apakah mereka tetap bersama dan melewati takdir itu atau berpisah karena takdir?