/sên·dat/
1 sempit (tentang cincin dan sebagainya); ketat; tidak longgar2 tidak lancar (tentang berlangsungnya sesuatu, misalnya lalu lintas dan upacara)3 terhenti atau tertahan (di dalam liang, pipa, dan sebagainya)
***
Hard is trying to rebuild yourself, piece by piece, with no instruction book, and no clue as to where all the important bits are supposed to go.
― Nick Hornby, A Long Way Down
***
Tak ada yang aneh hari itu. Ucup baru saja menuntaskan kelas penggantinya. Untuk Ucup, mekanika tanah adalah momok. Ia harus lulus kelas itu tahun ini. Jika tidak, ia akan terus mengulang kelas dan menunda kelulusannya.
Pundaknya ditepuk. Ia melirik ke samping. Rupanya, Aan dan Nara tengah mengantri untuk bimbingan di depan ruangan Bu Ilma. Sembari menyapa bebas, ia merasa iri pada kedua temannya yang mungkin lulus tepat waktu itu. Ia ingin kuliahnya selancar mereka juga. Ucup lelah duduk bersama adik tingkatnya; perlahan mencerna seluruh materi yang sudah ia ulangi sebanyak tiga kali. Setidaknya, jika ia berhasil menuntaskannya semester itu, ia bisa lulus tiga semester lagi. Tidak tepat waktu, memang, tapi itu lebih baik daripada lulus terlalu lama.
Ia melepas sepatu dan berjalan santai ke sekretariat himpunan. Sembari menyapa adik tingkatnya yang, sepertinya, ribut mempersiapkan lomba, ia bergegas mendekati sofa—
Oh.
"FIRA!" seru Ucup.
Yang disapa menggeser jaket dari atas kepala. Tak terlihat perban di dahi.
"Udah sembuh?" tanya Ucup.
"Ga tau. Masih pusing. Ga enak di kosan."
Ucup tergelak.
"Minimal lo udah bisa ke kampus ya." Ucup meletakkan tas di lantai, lalu duduk di depan sofa. "Lo udah mulai kuliah dan ngerjain TA lagi?"
"Belum sih."
"Udah kuat ngerjain lagi tapi?" tanya Ucup.
Fira mengangguk.
"Boleh deh bareng gue di sini. Sekalian bantuin gue nugas mektan ya."
"Oke."
Ucup mengeluarkan kertas dan mulai mengerjakan tugas. Di sisi lain, Fira berusaha bangkit, duduk, dan membuka laptop.
"Ah, jadi kangen nugas tulis tangan," Fira mengaku. "Terakhir begituan di semester empat."
"Udah, Fir, jangan. Gue capek ngulang mulu."
Mereka mulai bekerja. Sesekali, pekerjaan mereka terganggu oleh adik tingkat yang meminta bantuan untuk membuatkan persyaratan lomba.
"Rajin amat ya bikin jembatan mini kaya gini," komentar Ucup.
Fira mengangguk.
Mereka kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Fira yang termenung mencari publikasi ilmiah dan Ucup yang sesekali meminta Fira memeriksa hasil pekerjaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...