5. Larut

555 56 0
                                    

/la·rut/
1. hanyut makin jauh
2. bertambah lama (jauh dan sebagainya)
3. makin bertambah
4. menjadi cair; luluh; hancur
5. asyik; tenggelam

***

I believe that, by and large, people are good and everybody you meet is more likely to surprise you in a positive way than in a negative way.

― Anthony Horowitz

***

"Di kampus, kita pura-pura nggak kenal, ya? Saya nggak mau nama saya tercoreng karena membela atau punya affair sama mahasiswi."

Mata Fira membulat. Pipinya memerah.

"Memangnya, menurut Kak Dimas, saya orang serendah itu ya?"

Dimas membeku.

"Saya juga nggak mau, kali, keliatan sama dosen! Kata-kata Kak Dimas tadi mengesankan bahwa saya orang hina! Rendahan! Seolah-olah hubungan ini dimulai karena saya tergoda dan ingin menikahi Kakak!"

Mata Fira memanas. Ia mendongak, berusaha menahan air matanya jatuh. Rupanya, hati mengkhianati perintah otaknya. Ketika air matanya tak dapat dibendung, ia langsung pergi.

Fira mendorong rak buku kecil ke belakang pintu kamar. Ia mengunci jendela. Ia tutup tirai. Setelahnya, ia membenamkan wajah ke bantal.

Karena kelelahan, ia terlelap.

Entah berapa lama ia terlelap. Ketika terbangun, hari sudah gelap. Ia melihat pintu kamarnya. Pintu kamar masih utuh. Kelihatannya, usaha orang-orang untuk membuka kamarnya nihil tadi.

Bukannya Fira senang berangan-angan, tapi ia tahu persis sifat keluarganya. Ketika ia mengurung diri atau tak sengaja mengunci kamar (ia sedang belajar sambil memutar lagu lewat earphone), pintu kamarnya didobrak. Sudah empat kali keluarga Fira mengganti engsel pintu Fira. Setiap kali hal itu terjadi, ayahnya mengamuk. Pipinya ditampar. Kali itu, ketika mendapati pintunya baik-baik saja, Fira tersenyum

Ia melongok ke jendela. Ada kertas menempel di jendela luarnya. Fira berusaha mengambilnya. Rupanya, kertas itu adalah surat dari Cinta.

Jangan nangis terus, Kak.

Tadi Om Indra sama Om Wahyu berusaha dobrak kamar Kakak, tapi gagal. Seenggaknya, Ayah nggak menggerutu lagi.

Kak Dimas dan pasukan udah balik. Kakak harus liat wajah Kak Rian! Dia kesel banget liat aku dingin ke dia. Salah sendiri ganjen ke orang yang biasa dimodusin!

Oh iya, kayanya kita harus mulai ganti kode deh. Ayah udah mulai nanya ke Nana (ngapain juga sih sepupu kita itu masuk informatika?!) tentang IP address.

Kalau Kakak udah bangun, ketuk dinding, ya. Kita ngobrol lewat jendela aja.

Fira tersenyum. Ia mengetuk dinding pemisah kamarnya dan kamar Cinta pelan, kemudian ia membuka jendela. Untung saja jendela kamarnya dan kamar Cinta dekat.

Tak lama kemudian, ia mendengar Cinta membuka jendela. Ia melongokkan wajah dan menyapa Fira.

"Kakak belum ganti baju?"

"Males," sahut Fira.

"Iya sih." Cinta menarik napas. "Tadi, pas balik, keliatan banget mamanya Kak Dimas kecewa. Papanya Kak Dimas keliatan nahan marah."

"Kak Dimasnya gimana?"

"Biasa aja."

Fira tak berkomentar apapun.

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang