/le·kat/
sangat erat menempel jika diraba (seperti lendir, kanji)***
Surround yourself with only people who are going to lift you higher.
― Oprah Winfrey
***
Senyap.
Fira dan Dimas bersitatap. Fira tampak lebih rapi dengan kemeja—padahal ia selalu mengenakan kaus. Ia juga menanggalkan sepatu karetnya dengan sepatu pantofel.
Sebelum Dimas sempat bertanya, Fira masuk ke ruangan Dimas. Ia membuka laptop dan terdiam di sana. Dimas terpaku dengan tindak-tanduk gadis itu, namun ia tak menyela keheningan.
Mereka lama terkukung dalam senyap. Fira akhirnya berujar, "Saya mendengar bahwa Pak Firman meminta saya untuk menyerahkan data lapangan ke Bapak."
Dimas tersentak. Malam sebelumnya, Pak Firman telah mengatakan bahwa Fira akan datang pada hari berikutnya. Sayangnya, ia melupakan instruksi dari Pak Firman.
"Pak Firman berkata bahwa Bapak lebih senang mentransfer data lewat flashdisk, ya?"
Dimas menjawab, "Ah, ya. Flashdisk saya saja."
Dimas buru-buru mengambil flashdisk dari tas. Fira menunggu dengan tenang.
Saat Dimas mengangkat kepala, sesosok gadis lekat menatapnya dari celah pintu. Ia terkejut dengan kehadiran Fira hingga ia lupa mengingatkan Fira untuk menutup pintu. Namun, gadis itu menghilang saat Dimas mulai mengenalinya.
"Adel," tutur Dimas.
Matanya masih tak lepas dari pintu. Fira, yang tergelitik dengan ucapan Dimas, membalikkan badan.
"Ada Adel tadi," bisik Dimas.
Hening.
Fira langsung bangkit dari kursi. Sebelum Dimas sempat menyela, Fira sudah keluar dari ruangannya dengan laptop terbuka di tangan. Namun, tak lama kemudian, Fira kembali muncul dari balik pintu.
"Tutup lagi ruangannya," perintah Dimas.
Fira menurut.
"Pak Adi liat—liat Adel tadi?" bisik Fira.
Dimas mengangguk.
"Kurus. Kantung matanya hitam sekali. Sepertinya, ia stres." Dimas diam sebentar. "Kau melihatnya?"
Fira menggeleng.
"Saya—ah, bingung. Entah hendak bersikap seperti apa padanya," aku Fira.
Dimas tak menjawab.
Fira sibuk dengan flashdisk Dimas. Dimas mendongak dan tenggelam dalam pikir.
"Ini, Pak Adi." Fira menyerahkan flashdisk Dimas. "Ada yang perlu saya tambahkan lagi?"
"Tunggu sebentar."
Dimas membuka flashdisk Fira. Sesungguhnya, ia tak terlalu memperhatikan data personal, namun untuk pertama kalinya, ia melihat flashdisk kosong. Isi flashdisk Fira memang hanya data yang hendak diserahkan pada Dimas. Padahal, sepenglihatan Dimas, orang biasa jarang mengosongkan flashdisk-nya.
"Fira," panggil Dimas.
"Ya, Pak Adi? Ada data yang kurang ya?"
Benak Dimas gatal. Ia hendak mengungkit masalah flashdisk Fira yang kosong, namun ia mengurungkan niat. Akhirnya, ia berdeham dan bertanya, "Ini datanya sudah diolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...