36. Cerobong

211 19 7
                                    

Mohon baca chapter ini saat tenang.

Semoga kita semua sehat selalu.

***

/ce·ro·bong/
pipa untuk menyalurkan asap ke luar; pipa asap (pada kapal, lokomotif, pabrik, dan sebagainya)

***

Staying alive with a brain bent on self-annihilation, in a world that doesn't necessarily value your worth, is the ultimate radical act.

― Faith G. Harper

***

Yogyakarta Sherlina: Wah wah coba liat ini
Yogyakarta Sherlina: (send photos)
Yogyakarta Sherlina: Ada cowo keluar dari kosannya Fira

Yogyakarta Tante Wina: Bukannya itu kosan khusus perempuan? Kok cowok boleh masuk ya?
Yogyakarta Tante Wina: Coba jelaskan @Ibu @Ayah?

Yogyakarta Dira: Fira udah dikasih cowo seganteng Dimas masih main serong sama yang lain?
Yogyakarta Dira: Wah wah wah

Yogyakarta Tante Sari: Fira, ga boleh ngelonte ya

Fira memicingkan mata. Banyak orang di sekitar indekosnya yang mengetahui perihal Sherlina. Sepupu Fira yang satu itu selalu membuat ulah. Gadis itu acapkali menggunturkan jerit acapkali bertandang. Ketua RT dan RW dipanggil. Gadis itu dilarang menjejak sekitar indekosnya lagi.

Sudah lama sejak gadis itu datang. Seingat Fira, Sherlina telah direkrut oleh perusahaan game. Mengapa gadis itu sempat datang untuk meremukkan orangtuanya?

Fira menatap jam. Ia tak berani menghubungi mereka sebelum jam kelasnya selesai. Riak gosip akan tumbuh menjadi badai. Ia memang tak pergi ke kampus, namun ia meletakkan ponselnya di meja. Fira memilih untuk tenggelam dalam lelap.

Kala ia bangun, mentari hampir terbenam. Ia bersiap untuk salat sembari memeriksa ponsel. Ia meringis melihat 10 panggilan tak terjawab dari ibunya dan ratusan pesan di grup keluarga.

Akhirnya, Fira memberanikan diri. Ia menelepon ibunya.

"Halo—"

"FIRA, KAMU KENAPA?"

Ibunya menjerit-jerit. Fira memijat pelipis.

"Maaf, Bu, Fira baru pulang." Fira menghela napas. "Kenapa?"

"Dari tadi kamu di mana?" cecar ibunya.

"Kelas," jawab Fira.

"Kok ada cowo boleh masuk kosan kamu?" pekik ibunya.

Fira menjelaskan, "Kayanya temennya temen sekosan Fira. Fira kurang tahu."

"Emang sekarang di situ boleh seks bebas ya?" tanya ibunya.

Fira pelan berbisik, "Nggak, Bu. Mungkin teman Fira minta diantarkan barang. Atau mungkin pacarnya titip beli pembalut? Itu kan barang yang harus cepat dibeli. Hampir semua anggota kosan masih kerja atau di kampus."

Helaan napas ibunya panjang dan kasar.

"Awas aja kalau kamu bohong. Udah ada Dimas. Jangan mau jadi bayaran cuma karena butuh uang."

Fira menggumamkan persetujuan. Ibunya lekas menutup telepon.

Fira menatap langit-langit indekos. Tawaran Ucup kembali mengudara. Jika ia mengiyakan, Sherlina bisa saja tiba saat rekan-rekan satu jurusannya bertandang. Fira meringis membayangkan kemungkinan itu.

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang