/trak.tat/
1. bercak putih pada kulit yang tidak merata akibat sengatan sinar matahari
2. perjanjian antarbangsa (seperti perjanjian persahabatan, perjanjian perdamaian)***
Sometimes it takes a meltdown to cool down.
― Evinda Lepins
***
"SELAMAT TAHUN BARU!"
Tahun itu, Dimas diberikan kesempatan untuk berkumpul dengan rekan-rekannya di villa. Aroma jagung bakar merekah di langit berbintang.
"Akhirnya, tahun membosankan ini lewat! Gue udah bosen sama sialnya tahun ini!' keluh teman Dimas.
Dimas tergelak. "Makanya ngadain acara ini juga, kan. Biar kita-kita bisa lepas."
"Iya sih." Teman Dimas mengangguk. Ia mengambil jagung bakar dan menggigitnya. "Mana cewe-cewe sewaan kita, by the way?"
"Kayanya di dalem. Dinginlah ga pake baju di luar."
"Iya sih." Kawan Dimas mengangguk. "Siapa yang milih?"
"Siapa lagi selain Popo bangsat." Dimas tergelak. "Harusnya ga mengecewakan sih. Kalau lo mau, ke dalem aja."
"Sebentar lagi." Kawan Dimas menuang segelas alcohol. "Lo sendiri kenapa masih di sini? Biasanya udah mabuk dan ngegilir cewe-cewe di dalem sebelum tahun baru."
Dimas merenung. "Laper. Pengen jagung bakar dulu."
"Anjing, bohong!" Kawan Dimas menepuk punggung. "Pasti ada sesuatu! Lo ga bisa bohong!"
Dimas mengangkat bahu. "Lagi ga mood?"
"Ada pikiran ya? Cewe? Mantan lo itu?"
Dimas menggeleng. "Udah mau nikah doi."
"Sayang banget. Siapa yang ga mau sama lo. Padahal yang mau ngantri banyak, mengingat stamina lo yang luar biasa."
Dimas menenggak gelas alkoholnya. "Nggak. Nggak semua cewe mau sama gue."
"Iya sih. Jangan lanjut sama mantan deh. Ga move on itu ga baik."
Dimas tak menyahut. Menatap Dimas yang tak berkutik, kawannya terperanjat.
"Wait, ini lo bukan lagi ngomongin mantan lo itu? Beda cewe?"
Dimas mengelak, "Nggak, bukan gitu, anjing."
"Cerita kalau gitu."
"Nggak." Dimas mengambil jagung bakar. "Gue cuma kepikiran hal nggak penting."
"Sampe adek lo ga bangun juga ngebayangin cewe-cewe di dalem? Ini penting, Dim. Ini penting."
Dimas mengangkat bahu. "Ga tau, ah."
Dimas mengunyah jagung bakar tanpa menghiraukan kawannya. Dalam senyap, ia membayangkan Fira.
Gadis itu-aneh.
Tak ada pola pikirannya yang terdeteksi oleh Dimas selain kehidupan profesionalnya. Ia terlalu sempurna untuk jatuh menangis di hadapan pria yang pernah tak sengaja menghantamkan kepalanya ke dinding.
Dimas mendongak. Kelip bintang menyambutnya. Herannya, enigma dalam diri Fira tak memantik penasaran dalam diri Dimas. Malah, frustasi berkecamuk.
Nggak seharusnya lo bersikap begitu, kan?
Dimas melihat kerumunan di sekitarnya. Cukup banyak pria lajang (dan beristri) yang berkumpul di sana. Dimas bahkan tak mengenal sebagian besar sosok-sosok itu lebih jauh dari nama. Walaupun, tentu saja, pria-pria itu berkerumun karena kawannya yang lain menjanjikan wanita sewaan seharian.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...