/bi.dai/
1. jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dan sebagainya)
2. jalinan bilah bambu (kulit kayu randu dan sebagainya) untuk membalut tangan patah dan sebagainya
3. tempat menjemur ikan, terbuat dari bambu, berbentuk persegi
4. penutup atap seperti kanvas atau bahan sejenis, digunakan sebagai pelindung dari terik matahari, hujan dan lain-lain
5. batas atau tempat berhenti dalam beberapa permainan
6. kepercayaan masyarakat Talang Mamak tentang adanya ular yang mulutnya terdapat di tengah badannya***
It is better to offer no excuse than a bad one.
― George Washington
***
"Belum dibuka juga ya."
Fira melirik ke samping. Kiran, kawannya yang juga mengejar S2 diluar, memicing ke arah mading.
"Lo nungguin apa?" tanya Fira.
"Seminar!" Kiran berdecak. "Gue udah nungguin dari akhir semester kemarin. Periode seminar belum dibuka juga! Padahal semester udah mulai!"
Fira mengangguk. "Emang lo udah mau daftar dari kapan?"
"Ini gue udah di-ACC! Capek gue! Mau lulus!"
Fira tergelak. "Emangnya kalau lo udah lulus, lo mau ke mana?"
Kiran menggumam. "Kalau ga dapet beasiswa, Kayanya gue punya kenalan di perusahaan BUMN. Gue mau coba daftar ke situ."
"Emang masuknya harus kenalan-kenalan gitu ya?" tanya Fira.
Kiran mengangkat bahu. "Gue juga ga tau. Pinginnya sih diterima dengan jalur jujur ya, cuma kalau dengan gini masa depan gue bisa terjamin, kenapa nggak?"
"Iya sih."
Seketika, pundak mereka ditepuk. Ucup terkekeh.
"Aduh aduh, neng geulis kenapa ya udah ngomongin seminar lagi? Hidup terlalu ribet buat mikirin masa depan kali," canda Ucup.
"Lo aja!" seru Kiran. "Gue mau buru-buru lulus!"
Ucup tergelak. "Ga tau sih. Gue ngerasa waktu cepet berlalu aja."
"Kalau cepet ya lo juga ngebut dong biar ga ketinggalan," usul Karin.
"Ga segampang itu, Rin," Ucup mengalah, "Gue belum siap."
"Udah-udah." Fira menengahi. "Jalan orang beda-beda. Ga ada yang tau masa depan, kan?"
Ketiganya mendesah.
"Sedih amat jadi mahasisa," keluh Ucup. "Rasanya langkah manapun salah aja."
Ucup beranjak ke kelasnya. Fira dan Karin ditinggal sendirian.
"Apa kita ngusulin aja ke kaprodi ya?" tanya Karin.
(Kaprodi: ketua program studi)
"Gue sih belum dapet ACC. Lo aja deh."
"Temenin gue dong," sahut Karin.
"Ogah," Fira tergelak.
"Oke, minimal tungguin gue di sini. Boleh?"
Fira menghela napas, lalu mengangguk. Setidaknya, ia tak ada kelas hari itu.
Karin menghilang ke ruang dosen. Tak lama kemudian, ia melangkah keluar dengan murung.
"Lagi pergi ke luar kota." Karin menghela napas. "Nanti aja deh."
Keduanya berjalan beriringan.
"Lo mau ke mana?" tanya Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...