/nis.bi/
hanya terlihat (pasti; terukur) jika dibandingkan dengan yang lain; dapat begini atau begitu; bergantung kepada orang yang memandang; tidak mutlak; relatif***
You never know how strong you are, until being strong is your only choice.
-- Bob Marley
***
Arina menatap muram.
Fira telah terjaga dan bersiap. Kemarin malam, ia tiba-tiba bertandang. Matanya berair, namun tangis tak turun.
"Lo kemarin ninggalin kosan gitu aja?" tanya Arina.
Fira mengangguk.
"Ada yang ketinggalan?"
"Botol air sih. Sama mau ngembaliin kunci. Sama mau ambil laundry."
Arina mendesah. "Kan sepupu lo udah baikan sama lo?"
Fira mendesah. Tanpa kata, Arina bangkit dan mengambil kunci di nakas.
"Ayo, gue anter."
Keduanya melintas shubuh Bandung. Tatkala mendekati indekos Fira, Arina tak turut turun. Gadis itu menghilang ke dalam dan kembali dengan dua botol air kemasan.
"Gue kira botol minum beneran anjir," maki Arina.
Fira tak langsung naik. Ia mendekat ke binatu, mengetuk pintu, dan mengambil baju.
"Kok lo bisa ambil pagi-pagi?" tanya Arina.
"Emang udah janjian kemarin kok," ungkap Fira.
Usai sudah urusan Fira di Bandung. Keduanya naik ke mobil dan melenggang kembali.
"Mau gue anter ke bandara?" tawar Arina.
"Nggak usah. Naik bis aja."
Arina menurut. Ia menyetirkan Fira ke pool bis terdekat dan menurunkannya di sana.
"See you later." Arina melambaikan tangan.
Fira ditinggalkan sendirian. Ia menghela napas dan masuk ke bis.
***
Tatkala membuka mata, Fira mendapati langit-langit putih dan dinding kuning. Di sebelahnya, rekan kerjanya tengah mempersiapkan diri.
Perjalanan ke Batam tak semulus yang Fira kira. Setidaknya, perjalanannya memang lancar, namun ia tak menyangka bahwa perjalanan akan semelelahkan itu. Ia yang tak pernah naik pesawat nyaris tersasar di bandara besar. Untung saja ia datang jauh sebelum jam penerbangan. Ia menunggu beberapa jam hingga pesawatnya tiba.
Sejujurnya, gugup menyerang. Kakinya tak pernah terangkat lebih tinggi di langit. Untungnya, ia dihadapkan dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi. Ia terkagum-kagum menatap awan putih di bawah kursi.
Karena ia tak membawa apapun, ia langsung memanggil taksi dan bandara ke lokasi mess. Barang-barangnya sudah menunggu di lobi mess.
Sesungguhnya, Fira cukup kagum atas penerimaan sosok-sosok di sana. Kebanyakan pegawai di sana jelas-jelas sepuluh tahun lebih tua dari Fira. Beberapa pegawai bahkan tak bisa berbahasa Indonesia.
Fira tak menyalakan ponsel saat di jalan. Baru pagi itu, ia memeriksanya.
Grup keluarga heboh akan Fira yang lenyap. Orangtuanya meneleponnya berkali-kali. Fira mendesah dan mengabaikan seluruh pesan. Yang ia balas hanyalah pesan dari adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...