Jika kawan-kawan butuh versi full Bahasa Indonesia, ada di bagian bawah, ya. Scroll langsung saja.
***
/ru.muk/
duduk mendekam seperti orang sakit***
Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
—Winston Churchill
***
Arina menghela napas.
Fira melangkah seolah pening tak membuat kepala terantuk-antuk.
"Gue tetep ga setuju lo ke kampus," aku Arina.
Fira tak menyahut. Gadis itu terus berjalan ke arah pintu.
Arina kembali memperingatkan, "Gue seri—"
Keseimbangan Fira lenyap. Kepalanya terantuk ujung daun pintu.
Fira menjerit.
Arina membeku. Telinganya tertusuk pekik nyalang. Matanya membulat. Tangannya cepat meraih telinga.
Fira jarang menunjukkan emosi berlebihan, namun lengkingannya mengundang jantung Arina untuk berdentum lebih keras. Arina sampai tertunduk karena takut.
Seketika, pintu kamar depan terbanting. Lydia berlari ke kamar Fira. Karena gadis itu ditarik paksa ke alam sadar, langkahnya oleng. Ia tersandung sepatu di depan kamar.
"Fira! Arina!" panggil Lydia.
Panggilan Lydia membuat Arina mengangkat wajah. Napanya tersengal-sengal. Tatapnya nanar.
"What happened?" tanya Lydia.
Gadis itu bangkit. Arina masih tak bergerak.
Lydia membuka lebar pintu kamar Fira, namun daun pintu terantuk sesuatu yang keras. Lydia mengintip dan-
"Fira!" pekik Lydia.
Lydia mengangkat bahu Fira. Fira masih sadar, namun ia tak bergerak. Darah mengalir dari dahi. Lantai tergenang bekas luka yang belum tertutup.
"Arina! Get the first-aid box on my dresser!" perintah Lydia.
Arina tak menjawab.
Lydia membaringkan Fira di kasur. Gadis Filipina itu memalingkan muka pada Arina di tepi kasur. Ia mengangkat tangan.
Lydia menampar Arina.
"I know you're in shock right now, but please. Fira is bleeding."
Arina pelan berdiri. Ia berjalan ke kamar Lydia.
Di sisi lain, Lydia mengambil sapu tangan dari laci baju Fira. Ia cepat menekan luka di dahi Fira.
Arina kembali. Langkahnya gontai. Lydia merenggut kotak P3K dari genggaman Arina.
"Thank you. Would you please clean up the mess? Just take the tissue if you don't want to stain a cloth."
Untungnya, akal Arina telah kembali. Ia mengambil tisu dan mengelap lantai.
Lydia mengambil sarung tangan. Ia mengelap darah dari wajah Fira.
Berbeda dengan Lydia yang cekatan, Arina tak mempercepat gerak-geriknya. Lolongan Fira masih membangkitkan bulu kuduknya.
Fira tak pernah selemah itu. Ia terus melaju acapkali usahanya tersandung nasib. Kali itu, nasib menang.
Di tengah sunyi, ponsel Fira bergetar. Panggilan masuk dari Pak Mirza tertangkap mata Lydia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...