1. Mula

1.8K 88 4
                                    

/mu·la/
1. asal; awal; pokok asal;
2. yang paling awal; yang dahulu sekali; waktu (tempat, keadaan, dan sebagainya) yang menjadi pangkal;
3. lantaran; sebab

***

I wanted a perfect ending. Now I've learned, the hard way, that some poems don't rhyme, and some stories don't have a clear beginning, middle, and end. Life is about not knowing, having to change, taking the moment and making the best of it, without knowing what's going to happen next.

― Gilda Radner

***

Fira menutup pintu ruang dosen. Untung saja dosen walinya akrab dengannya. Ia dibantu memilih dosen pembimbing yang tepat untuk tema TA-nya.

Dari ruang sebelah, Lisa keluar dengan wajah pucat.

"Kenapa, Sa?"

"Fir, masa dosbing gue Bu Ilma! Udah tau kegalakan doi melebihi galaknya dekan!"
(Dosbing: dosen pembimbing tugas akhir atau skripsi)

Fira terkekeh. Tangannya menepuk pundak Lisa.

"Udahlah, Sa, berarti itu yang terbaik. Daripada gue. Enak sih dosbing gue, Pak Firman, cuma ada resiko diuji sama Bu Ilma!"

"Sumpah?"

"Ya bidang gue sama doi kan sama, Sa! Mana kemungkinan besar TA gue berkisar di breakwater lagi."

"Sumpah? Sabar, ya, Fir."

Fira mengerutu. Kali itu, Lisa yang menepuk pundak Fira.

Ponsel Fira bergetar. Seseorang meneleponnya. Jelas bukan teman kampusnya, karena mereka lebih sering berhubungan lewat aplikasi chatting.

"Ada telepon, Sa. Gue cabut duluan ya!"

Fira melambaikan tangan sambil berlari sepanjang lorong. Lisa menjeritkan, "Fir, curhatan gue belum selesai!" sebelum pengurus TU menatapnya dengan sinis.

Saat Fira sudah mencapai pintu depan gedung program studinya, ia merogoh tas. Ponselnya masih bergetar. Rupanya, Tante Sari meneleponnya. Fira mengerutkan alis.

"Halo."

"Fir, kenapa ngos-ngosan? Kamu demam?"

"Oh, nggak, Tante. Fira baru keluar ruang dosen pas Tante telepon, jadi Fira lari keluar gedung dulu."

"Oh, begitu." Fira mendengar gumaman tak jelas dari seberang telepon. Tante Sari pasti sedang berbicara dengan orang di dekatnya. "Fir, Tante punya kenalan buat kamu."

Karena Fira belum bisa berpikir jernih setelah berlari, ia menanggapi, "Kenalan perusahaan, ya, Tan? Persyaratannya apa aja? IPK-nya nggak perlu sampai 3,5 kan?"

Lagi-lagi, Tante Sari berbicara dengan orang lain. Fira menghela napas. Untung bukan dia yang menelepon. Jika iya, apa kabar pulsanya? Kantung matanya saja masih lebih tebal dari dompetnya!

"Ini kutukan aksel, ya, Fir? Tapi kok Regis dan Elma nggak seserius kamu, ya?"

Fira tersenyum kecut. Regis, Elma, dan dirinya adalah cucu di keluarga besar pihak ayah yang SMA-nya masuk kelas akselerasi. Walaupun sama, ialah yang paling serius di antara mereka. Tentu saja! Ayah Regis dan Elma masih sehat dan bersemangat.

"Nggak usah dibahas, Tante. Ada apa sebenarnya?"

"Jadi gin–"

Fira mendengar suara keras dari seberang telepon. Otomatis, ia menjauhkan ponsel dari telinganya. Saat ia mendekatkan ponsel ke telinga yang lain, Omanya sedang berbicara.

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang