61. Lindap

176 15 2
                                    


/lin.dap/
1. redup; samar; (mulai) kabur; berkurang (tentang cahaya, panas, terang)
2. (mulai) padam
3. mendung
4. kurang dapat ditangkap maknanya; kurang jelas
5. sejuk; teduh

***

Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

-- Oprah Winfrey

***

Ponsel Fira bergetar. Ia melirik layar dan mendapati nama Dimas di sana.

"Halo, assalamualaikum," sapa Fira.

Dimas menjawab. "Waalaikum salam. Apa kabar?"

"Baik Kak. Kakak sendiri gimana?"

"Baik baik. Maaf ya mengganggu weekend. Gimana hidup di Batam?" tanya Dimas.

"Nggak apa-apa, Kak, aman kok. Batam panas banget. Lebih panas dari Bandung dan Jogja." Fira tertawa. "Kak Dimas sendiri gimana? Masih di Bandung?"

"Masih dong. Gimana juga kerja? Sibuk?"

"Sibuk banget, Kak. Saya cuma dapet libur hari Minggu."

"Nggak akan balik sama sekali? Bahkan buat ambil toga dan ijazah?"

"Toga sama ijazah udah diambil, kok, Kak, pas periode wisuda bulan lalu. Diambilin sama Arina."

"Oh, saya kira kamu nunda wisuda sampai periode depan." Dimas tergelak. "Jadi nggak ikut wisuda dong?"

"Nggak deh, Kak. Nanti gajinya dipotong."

"Emang, ya. Udah pegang uang sendiri mah keasikan kerja."

Fira tersenyum simpul.

"Oh, iya, perusahaan kamu bisa fabrikasi pipa nggak? Saya tahu kalau jacket bisa, tapi saya nggak tahu kalau pipa."

"Bisa dong. Untuk apa, ya, Kak?"

"Ada proyek ini, di Surabaya. Mau bikin dermaga untuk kapal tanker, tapi Owner-nya minta metode distribusi minyak ke daratnya dengan 1 dermaga dolphin lepas pantai tanpa trestle, jadi pipanya harus di bawah laut."

"Wah, menarik, Kak. Nanti saya berikan kontak orang Marketing di perusahaan saya, ya, Kak."

"Oke. Terima kasih banyak, ya, Fira."

"Sama-sama, Kak."

Senyap.

"Halo?" tanya Fira.

"Oh, ya, saya nggak apa-apa." Suara gemerisik terdengar dari telepon. "Kamu apa kabar?"

"Baik, Kak?" Fira mengerutkan dahi. "Ada masalah?"

Dimas menghela napas. "Kamu bikin saya susah, tahu."

"Mohon maaf, Kak. Ada apa, ya?"

"Orangtua kamu ke rumah, nangis-nangis minta lokasi kamu. Bilangnya kehilangan anak perempuannya." Dimas menghela napas kembali. "Saya juga nggak bisa membantu karena saya nggak tahu kamu di mana. Kamu ga ambil proyek yang saya tawarkan."

"Mohon maaf, Kak."

"Akhirnya orangtua kamu pagi ke kampus, nangis-nangis nanya mahasiswa lain. Saya sampai nggak masuk hari itu karena takut orangtua kamu membocorkan 'pertunangan' kita. Untungnya, mereka memang kacau mau nyari kamu."

"Siapa yang ngasih tau, Kak?" tanya Fira.

"Ada temen seangkatan kamu. Ngambil data dari database alumni."

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang