44. Semai

130 17 0
                                    

/se·mai/
benih tumbuhan (yang sudah berkecambah) yang akan ditanam lagi sebagai bibit di tempat lain

***

Victory comes from finding opportunities in problems.

― Sun Tzu

***

Akhir pekan merupakan waktu yang paling tepat untuk bertualang keliling Bandung. Setelah satu minggu bergumul dengan penat, mengangkat telepon dan bercengkerama di kafe hits adalah mimpi bagi pegawai-pegawai yang selalu unjuk gigi di media sosial.

Tidak bagi Sherlina.

Biasanya, matanya baru terbuka saat mentari sudah naik. Biasanya, waktu dapat disisihkan sedikit untuk melihat post kawan-kawannya serta mencari tempat populer di Bandung untuk disinggahi. Biasanya, ia mampu mengintip Tinder sembari mensyukuri pria tampan yang berkutat di sana.

Tapi, pagi itu, ia tetap bangun sepagi hari kerja. Tapi, ia disambut dengan sepupunya yang memintanya untuk salat dan bergegas jika ingin mengawasinya. Sepupunya yang bandel. Sepupunya yang luar biasa berantakan dan tak taat aturan. Sepupunya yang tak pernah bermain dengan aturan yang ada.

Seharusnya ia diam dan patuh saja!

Alhasil, akhir tahunnya yang berharga dihabiskan dengan mengekor sepupunya ke kampus. Padahal, ada diskon besar-besaran di mall favoritnya. Sayangnya, ia malah terjebak dengan jadwal Fira.

"Kenapa lo harus di Bandung pas liburan sih? Gue kan jadi ga bebas," keluh Sherlina.

"Kalau Mbak Sher mau, pergi aja. Nanti aku mintain orang di sini ambil foto candid aku." Fira memasang jas laboratorium dan masker. "Mbak mau ikut masuk? Tapi harus pakai jas sama masker."

Sherlina menggeleng.

"Ogah. Masker bikin muka gue berjerawat," tolak Sherlina.

Fira berujar, "Berarti Mbak ga bisa masuk. Ini laboratorium bahan bangunan. Mbak ga bisa masuk kalau ga pake jas sama masker."

Sherlina menggerutu.

"Tau gitu mending shopping," ungkap Sherlina.

Fira membalas, "Silakan, Mbak."

Sherlina mengamuk, "Terus kalau keluarga besar video call gimana? Lo mau tanggung jawab?"

Fira tak menjawab.

Sherlina menutup muka.

"Keluarga lo anjing banget," maki Sherlina.

"Keluarga kita, Mbak," ungkap Fira. Ia menarik napas. "Jadi Mbak mau masuk atau nggak?"

Sherlina tegak di tempatnya.

"Oke, fotonya dari jauh aja." Fira menunjuk gedung di ujung jalan. "Di gedung situ ada kantin, Mbak. Tunggu di situ aja."

Sherlina geram. Fira berlaku sesukanya, sedangkan keluarga besar menekannya untuk mencengkeram Fira.

Tanpa sadar bahwa perlakuan itu turut melukainya.

Sherlina berjalan lunglai ke kantin. Ia memesan jus di tengah mahasiswa yang bergemuruh membicarakan tugas.

***

Jam makan siang dimulai. Fira bergegas ke kantin. Sherlina masih di sana, memegang ponsel sembari menopang muka.

"Mbak bosen?" tanya Fira.

Sherlina menggerutu.

"Maaf banget laptop aku dipakai kerja. Kalau nggak, udah aku pinjemin ke Mbak." Fira duduk di depan Sherlina. "Mbak udah makan?"

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang