/ké·lok/
lengkung; belokan; tikungan; keluk***
Cinderella never asked for a prince, she asked for a night off.
― Kiera Cass
***
Ada yang bisa menjelaskan cara menghilangkan awkward padaku? Masalahnya, aku terkukung dalam kondisi itu sekarang.
Fira duduk di hadapanku. Bahkan, ia tak sempat mengganti bajunya. Wajahnya yang hitam berminyak di hidung dan pipi. Bibirnya memang dipoles lip gloss, tapi apa untungnya menggunakan lip gloss jika warna dasarnya saja hitam? Lebih baik ia langsung menggunakan lipstick!
Fira sendiri tak risi dengan pandanganku. Ia malah asyik membaca buku menu di hadapannya. Bukumenu terangkat hingga hampir menutupi seluruh mukanya. Hanya matanya yang terlihat olehku. Oh, ya, dan dahinya juga. Dahinya mengerut.
"Pak Adi, kita benar-benar makan malam di sini?" bisik Fira.
Aku mengangguk dan menjawab, "Ada masalah? Dan jangan menggunakan kata-kata baku."
"Baiklah."
Fira tampak meringis. Akhirnya, ia berujar, "Bagaimana, ya? Ini akhir bulan."
Seingatku, ini masih tanggal dua puluh awal. Dia sudah kehabisan uang?
"Kamu boros, ya? Tanggal dua puluh awal sudah tak ada uang."
Fira tersenyum miring.
"Saya tak datang ke sini untuk dihina Anda."
"Tapi nyatanya begitu."
"Saya tidak boros, Pak. Saya terlalu banyak bolak-balik Yogyakarta-Bandung. Uang beasiswa saya terbatas."
"Memangnya tak diganti oleh orangtuamu?"
Fira menggeleng.
Jujur, ini kejutan menarik. Maksudku, aku tahu bahwa rumah Fira tak bisa dibilang kumuh. Cukup luas dan nyaman, menurutku. Rumah itu muat menampung keluarga besarnya dan keluargaku. Bahkan, aku tak menyangka Fira menggantungkan hidup pada uang beasiswa. Sekarang, melihat Fira sudah tak bisa makan bebas di dua per tiga bulan, aku jadi bertanya-tanya. Ada apa dengannya? Ada apa dengan keluarganya?
"Kau tak apa-apa?"
"Maksud Bapak?"
Lama-lama, aku tak nyaman dengan panggilan 'Bapak'. Oke, itu boleh berlaku di kelas, tapi di acara makan malam seperti ini? For God's sake, rasanya seperti menikahi anak di bawah umur!
"Dimas saja, jangan 'Bapak'." Aku berdeham. "Kau yakin kau baik-baik saja? Maksudku, kau sudah aneh sejak awal."
Fira memiringkan kepalanya. Ia berujar, "Dimas jujur, ya. Blak-blakan pula."
Aku menjawab, "Sudahlah, jawab saja!"
Fira tampak menimbang-nimbang sebelum berkata, "Ada masalah dengan Ayah."
"Oh?"
"Sepertinya belum saatnya kau tahu, Dimas. Kita baru mengenal selama tiga hari."
Aku tak tahu apa yang terjadi dengan air mukaku, yang jelas Fira melanjutkan, "Jika kita memang jadi menikah, Kak Dimas akan tahu. Jika, ya."
Aku menyindir, "Memangnya tak jadi?"
"Kak Dimas ingin jadi, ya?"
"Tidak," tegasku.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...