Awalnya, saya hendak mem-publish chapter ini dan chapter depan dalam satu chapter, namun hasil akhirnya terlalu panjang. Kelakuan dua karakter yang muncul di sini memang banyak. Maafkan mereka 😂
Akhir kata, selamat membaca.
***
/be·nam/
masukkan ke dalam air, lumpur, dan sebagainya.***
True friendship comes when the silence between two people is comfortable.
— David Tyson
***
Segalanya bermula dari Arina.
Arina memang bukan sosok yang melontarkan sumpah serapah, namun, jika Arina kalut, Fira dan Marvin akan sigap membantu. Gadis itu memang lekat dengan rencana-rencana, sehingga ia kelabakan acapkali kejutan melanda.
Kala Dimas menghubungi Arina, cemas terbit. Marvin menjadi sasaran omelannya.
Arina Rahmaningrum: Look at what this disgusting human being has done
Arina Rahmaningrum: (send photos)Satu jam. Dua jam. Marvin tak juga membalas pesan Arina. Akhirnya, Arina memeriksa status pesannya.
Terkirim. Belum dibaca.Arina tengah mempertimbangkan untuk memaki Marvin ketika pria itu menelepon. Tanpa pikir panjang, Arina menyambar ponselnya.
"Ke mana aja?" serang Arina.
Marvin menghela napas, namun ia mati-matian menahan protes.
"Ini Kamis, Rin." Marvin benar-benar melembutkan suaranya. Ia berharap emosi Arina turut surut. "Gue asistensi. Lo juga tau kan?"
Harapan Marvin disambut. Di ujung telepon, Arina menghela napas.
"Maaf," aku Arina. "Gue cuma—"
Senyap. Tiba-tiba, riuh terdengar dari belakang Marvin.
"Marvin teleponan sama cewek?"
"Halo cantik."
"Ciee."
Marvin menyipitkan mata. Pria itu mengubah mode telepon menjadi loud speaker.
"Rin, gue loud speaker," kata Marvin.
Arina tergelak. Ia berseru, "Sumpah ya! Kalian masih sampah."
Terdengar koor kecewa. Akhirnya, sahutan itu terdengar menjauh. Rupanya, Marvin telah beranjak dari tempat itu.
"Gue udah pergi nih." Marvin terdiam. "Gimana?"
Arina memekik, "Lo ga baca chat gue sama Pak Adi?"
"Baca." Marvin memberi jeda. "Kenapa lo panik?"
"Karena orang itu maksa gue, Vin!" Napas Arina tersengal. "Gue ga tau apa yang bakal dia lakukan sama Fira. Cara ngomong sama gue aja begitu, apalagi ke Fira!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...