/par.si.al/
berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan***
I am a slow walker, but I never walk back.
― Abraham Lincoln
***
Kunci dari kehidupan adalah persiapan.
Sesungguhnya, simpul seminar Fira adalah mengesankan. Ia bukan pemecah telur pertama, namun namanya tertoreh dalam lima orang pertama yang menuntaskan separuh tugas akhir. Bahkan, ia hanya perlu menuntaskan revisi yang tak banyak sekaligus sidang karena ia telah menyelesaikan pengambilan data. Jika ia memiliki waktu kosong, ia akan mampu menuntaskan revisi dan maju sidang dalam satu bulan berikutnya.
Sayangnya, ia harus berbagi waktu dengan tugas menggunung.
Alhasil, dengan segala hal yang mengerubungi kepalanya, ia keluar dari ruang seminar. Di depan, Arina menunggu.
"Selamat seminar!" Arina menepuk pundak Fira. "Nih, gue beliin nasi goreng. Lo belum sarapan atau nyiapin makan siang, kan?"
Fira menghela napas.
"Cuma lo yang tau gue." Fira tergelak.
"Jangan salah! Gue liat lo lari ke sini kaya orang gila tadi pagi, ya! Gue ga tau jadwal lo, tapi aneh aja liat lo pake kemeja ke kampus. Pas dicek, eh seminar!"
Fira tersenyum.
"Nanti Marvin ke sini, tapi katanya dia nge-lab dulu. Ga tau keluar kapannya."
Fira mengangguk.
Mereka berjalan ke sekretariat himpunan. Di sana, Fira disambut kawan-kawannya.
"Revisi lo aneh emang, Fir?" tanya kawannya.
"Nggak juga, cuma ya sebulanan lah kalau nggak ngapa-ngapain," ungkap Fira.
"HAHAHA, jawaban mapres beda ya." Mereka tertawa. "Doain gue nyusul!"
Fira duduk. Baru sekilas, kawan-kawannya sudah sibuk mengejar deadline lain. Fira pun terduduk; turut melirik tugas orang dan melanjutkan tugasnya sendiri.
Ruangan riuh rendah dengan bisik-bisik tugas. Akhirnya, pintu sekretariat jurusan diketuk.
"Ada Fira?"
Fira menoleh. Marvin melambaikan tangan.
Mereka keluar dan berjalan ke kampus sisi jurusan Marvin.
"Lo nggak ada kelas lagi?" tanya Fira.
Marvin menggeleng. "Gue juga mau seminar sih. Paling mingdep? Liat dosen gue dulu sih."
Fira mengangguk.
"Gimana kabar lo? Katanya lo sekarang jadi kuncen sekre himpunan ya?"
Fira tertawa masam. "Jujur, ga suka. Ga enak ga mandi beberapa hari karena ga ada waktu. Ga enak makan di luar dan ngabisin duit. Tapi jujur juga, ini gue bisa cepet karena gue ngurung diri di kampus. Rasanya cepet banget, bentar lagi UTS. Abis ini sidang. UAS. Wisuda."
Marvin menepuk pundak Fira. "Yang sabar, ya." Marvin terdiam. "Oh, ya, yang dulu kenapa?"
"Yang mana?"
"Dulu lo bilang gue ga boleh ngehubungin lo? Kayanya pas libur?"
"Ah, sepupu gue nginep di kosan."
"Sepupu lo yang di Bandung juga?"
"Yap. Untungnya dia jadi netral sama gue sih. Nggak baik juga, netral aja. Ga ikut ngejelek-jelekin di grup keluarga."
"Okelah kalau gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...