6. Segregasi

556 52 0
                                    

/ség··ga·si/
pemisahan (suatu golongan dari golongan lainnya); pengasingan; pengucilan

***

Some of us are so terribly broken.

― Vannary Rang

***

Untuk pertama kalinya, aku terpekur menatap wajah itu.

Fira. Iya, Fira. Sudah kuduga! Kemarin lusa, ia berkilah bahwa jurusannya Teknik Sipil. Padahal, aku pernah bertemu dengannya di perpustakaan Teknik Kelautan. Saat itu, ia bersama salah satu temannya. Pria. Jika tak salah mendengar, temannya ini jones. Ah, ia pasti malas menjelaskan Teknik Kelautan ke Ibu. Memang tak mudah menjelaskan jurusanku. Kebanyakan orang berpikir bahwa Teknik Kelautan mengurus laut secara umum dan perikanan. Padahal, jurusan ini lebih banyak membahas infrastruktur laut. Oil rig, misalnya. Atau pipa gas bawah laut. Atau breakwater. Atau pelabuhan. Atau dermaga.

Aku berjalan melewatinya. Sungguh, aku ingin menghardiknya. Mengapa ia menatapku seperti itu? Temannya sedang memperhatikannya!

Aku mempercepat langkah. Aku masuk ke ruanganku dan menilai mahasiswa yang kuuji. Aku juga menulis draft paper baru.

Pintu ruangan diketuk. Aku mengatakan, "Masuk!"

Fira mematung. Air mukanya datar, namun matanya menusuk. Aku merinding dibuatnya.

"Maaf, Pak Adi. Anda menjatuhkan ini."

Fira menyodorkan kotak pensilku. Karena aku punya ATK khusus di meja kerjaku, aku tak sadar jika kotak pensilku terjatuh.

Fira maju. Baru beberapa langkah, aku memerintah, "Tutup pintu."

Fira mematuhiku. Ia berbalik, menutup pintu, dan kembali mendekatiku. Gerakannya tak luput dari sorot mataku.

Oh, aku salah. Kukira, ia menyerahkan kotak pensilku langsung. Ia hanya meletakkannya di ujung mejaku. Setelah itu, ia mundur.

"Fir," panggilku.

Ia menoleh. Aku menelan ludah.

"Maafkan perkataan saya kemarin lusa."

Fira membeku. Beberapa detik kemudian, ia menjawab pelan, "Tak ada yang perlu dirisaukan. Saya sendiri setuju dengan perjanjian itu."

Fira pergi. Langkahnya besar dan cepat. Sepertinya, ia tak berniat kembali menemuiku.

Aku menarik napas. Ya sudahlah, nanti ia akan luluh juga. Yah, aku sendiri sudah sering bertemu dengan orang seperti Fira. Luarnya saja galak, dalamnya lembek seperti siput!

***

"Ciee yang baru ketemu dosen ganteng."

"Untung gue sama Kiki cowok ya. Coba kalau gue Adel. Pasti lo udah nggak dapet kesempatan!"

Fira menarik napas. Ia menggelengkan kepalanya.

"Apa sih lo." Ia meninju pelan Haris. "Berasa cowo hot cuma Pak Adi aja."

"Emang bukan cuma Pak Adi sih, tapi kan yang terdekat doi. Mau digimanain lagi? Mumpung deket, ya, kalau gue sih embat!"

"Anjir!" umpat Kiki. "Gue hampir mikir yang aneh-aneh pas lo ngomong begitu! Ini deket ruang dosen. Ke selasar aja, yuk. Yang ambil kelas hidrodinamika kayanya baru keluar deh."

"Oke."

Ketiganya berjalan menuju selasar sembari terkadang tertawa-tawa. Tebakan Kiki benar. Banyak teman-teman mereka sedang duduk manis di sana sambil mengumpat dosen kelas.

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang