/sin.tas/
terus bertahan hidup, mampu mempertahankan keberadaannya***
Write to save yourself ... and someday you'll write because you've been saved. You will feel terrible shame for this. Let your humility grow larger than your shame.
― Anne Michaels
***
Semester delapan adalah semester unik. Semua mahasiswa melewati jalur berbeda tergantung ke bidang penelitian. Di tengah tugas akhir yang menggila, semester itu pun merupakan tuan rumah dari tugas kelompok. Mau tak mau, Fira tinggal di sekretariat kampus untuk menuntaskan satu dari puluhan tugas kelompok pada semester itu.
"Ini, gue udah mulai input modelnya di SACS. Ada yang mau ngelanjutin?" tanya salah satu teman Fira.
Fira mengulurkan tangan. Temannya bergeser ke samping dan menyalakan rokok.
"Ah, gue nyambi ya," ungkap temannya.
Fira mengangguk.
Di tengah Fira yang berfokus pada tugasnya, pintu sekretariat dibuka. Beberapa mahasiswa (yang sepertinya adik tingkat Fira) memanggilnya.
"Ada yang namanya Teh Fira? Dicari Pak Adi."
Fira menoleh. "Pak Adi nyariin?"
"Iya, Teh."
Mau tak mau, Fira berdiri. Ia menyerahkan hasil pekerjaannya ke rekannya yang lain, kemudian pergi ke ruang dosen.
Ruangan Dimas penuh mahasiswa semester empat. Terlalu banyak mahasiswi yang bertanya perihal mata kuliah dan jelas-jelas mereka bukan bertanya karena belum paham. Sebelumnya, Adimas memang mengajar mahasiswa semester lima dan tujuh untuk percobaan. Sayangnya, pada semester berikutnya, ia dilemparkan ke mahasiswa semester dua dan empat.
Dengan sabar, Fira menunggu adik tingkatnya berebut tanya dengan Dimas. Dimas pun kewalahan dengan perhatian anak muda nan polos itu.
Tak lama kemudian, Dimas mengangkat muka. Ia menangkap Fira berdiri di depan pintu. Adik-adik kelasnya bubar seketika tatkala Dimas menginstruksikan untuk keluar.
Fira masuk, menutup pintu, dan duduk di hadapan Dimas.
"Ada apa, ya, Bapak?" tanya Fira
"Saya nggak enak ngusir mereka. Ganjen amat."
Fira tergelak. "Namanya uga anak muda. Siapa yang nggak mau diajar sama dosen kaya Bapak?"
"Kamu?"
Fira menjabab, "Fair point."
Dimas mengalihkan pandang.
"Saya udah--udah kehilangan segalanya. Saya diputusin semua cewe-cewe saya, uang tambahan dari orangtua dihentikan, dan diminta pulang tepat waktu."
Fira tak menjawab.
"Gara-gara kamu!" hardik Dimas.
"Jadi saya yang bikin Bapak dimarahin ibu Bapak? Bukan Bapak yang keluar main perempuan?"
"Kamunya juga kenapa mau?"
"Karena saya nggak peduli. Saya nggak ngerasa mau sama Bapak juga."
"Karena kamu ga mau, makanya saya nyari cewe lain."
"Kalau saya mau sama Bapak, paling-paling sama kaya perempuan lain yang dijodohkan sama Bapak, kan?"
Dimas hendak membalas, namun ia terdiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1/3] Prasamaya
ChickLitBuku pertama dari trilogi Wanantara. . Dalam Bahasa Sansekerta, Prasamaya berarti 'perjanjian'. Rata-rata manusia tersenyum pada dunia. Gelak tawa dan canda menggema di seluruh penjuru. Sayangnya, tawa itu hanya tampak dari luar. Jika ditilik lebih...