Chapter 141 : Seseorang Berwajah Gelap Penuh Amarah

381 60 2
                                    

Tertegun mendengar kata-katanya, Pei Qian Hao hanya bisa terus menyeringai selagi ia memerhatikan Su Xi-er yang pingsan.

Aku barusan saja berpikir kalau wanita ini tampak jauh lebih baik saat ia sedang mabuk, tetapi aku tidak menyangka ia akan sekurang ajar ini sampai berani mencaciku sebagai 'dasar jalang kecil'.

Namun, kenapa kata-kata meremehkan ini tidak terdengar seperti itu sama sekali saat mereka terlontar dari mulutnya? Benar-benar konyol.

Dengan seberapa mabuknya Su Xi-er, mencoba membaca pikiran Pangeran Hao akan sia-sia saja. Yang diketahuinya adalah ia merasa pusing dan agak panas.

Ia menarik-narik bajunya, tetapi karena Pei Qian Hao yang begitu dekat, sama sekali tidak menyejukkan dirinya. Pada akhirnya, ia sungguh mendorong Pei Qian Hao. "Pergilah. Panas sekali."

Pei Qian Hao lengah, dan mendadak merasakan sisi tubuhnya menabrak lantai kereta kuda. Walaupun tidak terasa sakit, ketidaksenangan terbukti di roman mukanya.

Ia memandangi Su Xi-er, hanya melihat gadis itu terus menarik-narik bajunya dengan tidak nyaman.

Anggur kuat menghangatkan tubuh. Karena wanita ini sudah mabuk, tubuhnya juga pasti terbakar seperti orang gila.

Pei Qian Hao memeriksa wajahnya dengan hati-hati. Aku tidak berpikir kalau ia akan minum tanpa memikirkan kesehatannya saat aku memintanya mencoba sedikit.

Beruntungnya kapasitas alkoholnya tinggi, dan kualitas anggurnya juga tidak buruk. Kalau ia terus muntah dan dengan ceroboh membuat keributan, aku akan meninggalkannya jauh, jauh sekali.

Saat Pei Qian Hao memerhatikan, mau tak mau ia pun maju ke depan, menangkap tangannya. Akan tetapi, mana mungkin orang mabuk mudah untuk dihalangi? Su Xi-er meronta, membebaskan dirinya, dan mendorongnya.

Tiba-tiba saja, kereta kudanya tersentak. Thud! Dagu Pei Qian Hao bertumburan dengan gigi Su Xi-er.

Merasakan sakitnya, Pei Qian Hao mengerutkan alisnya.

"Ada apa?" Ia bertanya dengan amarah dalam suaranya.

Suara bergetar terdengar dari luar sana. "Membalas Pangeran Hao, tiba-tiba saja muncul batu di jalan, dan roda keretanya kebetulan menggelindasnya, menyebabkan sentakan dadakan. Mohon maafkan aku, Pangeran Hao."

Pei Qian Hao memandangi Su Xi-er, yang berada dalam pelukannya, dan tidak berkomentar lebih jauh.

Kereta kudanya terus berjalan cukup jauh sebelum akhirnya tiba di rumah pos.

Pesuruh dan pelayan buru-buru keluar menyambut mereka, hanya melihat Pangeran Hao membantu Su Xi-er yang mabuk turun dari kereta.

Para pengawal kekaisaran memandangi Pangeran Hao yang memapah Su Xi-er sebelum saling tatap dalam kebingungan.

Ada begitu banyak hal yang melintas dalam benak mereka saat ini, tetapi mereka tidak berani menyuarakan pemikiran mereka. Su Xi-er benar-benar berbeda dari dayang lainnya. Pangeran Hao benar-benar memapahnya sendiri sewaktu ia turun dari kereta kuda. Bahkan seorang Dayang Selir Kamar saja tidak akan menerima perlakuan semacam ini, kan? Mereka semua berjuang keras mempertahankan ekspresi natural selagi mereka menonton adegan di hadapan mereka.

Setelah menyaksikan adegan semacam ini, pelayan baru di rumah pos maju untuk membantu, tetapi ditolak dingin oleh Pei Qian Hao, "Tidak perlu. Pangeran ini bisa memapahnya."

Dua pelayan itu merasa sangat canggung dan menarik tangan mereka, dengan malu mundur ke satu sisi sewaktu mereka memerhatikan Pangeran Hao membantu Su Xi-er masuk ke dalam.

Consort of A Thousand Faces 1 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang