8

805 88 112
                                    

Dua bulan kemudian Fahri bersama Roy sudah berada di depan gerbang sekolah kondisi Fahri sudah membaik bahkan sudah bisa menjahili Roy seperti biasanya.

"Abang bilang ke kepala sekolah ya kan sudah dua bulan tidak bersekolah." Ucap Roy.

"Baiklah bang." Ucap Fahri.

Fahri hanya mengikuti Roy saja kedatangan Fahri ke sekolah membuat lorong kelas langsung ramai.

"Yo semuanya si ganteng Fahri kembali!" Sapa Fahri.

"Si biang masalah kembali!"

"Hahahaha." Tawa Fahri.

Roy berbicara dengan kepala sekolah sementara Fahri hanya diam saja melihat hal tersebut.

"Kejiwaan Fahri sudah kembali normal." Ucap Roy.

"Fahri yakin ingin bersekolah?" Tanya Kepala sekolah bernama Budiman Sudjatmiko.

"Yakin pak saya sudah rindu dengan semuanya." Ucap Fahri sambil tersenyum lebar.

"Ya sudah nanti ke kelas bersama saya saja biar kejutan." Ucap Pak Budiman.

"Siap pak!" Pekik Fahri.

"Nih uang jajanmu." Ucap Roy.

Roy langsung memasukkan dua lembar uang seratus ribu ke kantong baju sekolah Fahri dan kabur begitu saja.

"Teman-temanmu menanyakan keadaanmu hampir setiap hari kepada saya." Ucap Pak Budiman.

"Hanya bang roy dan sahabat saya saja yang tahu soal kejadian kemarin." Ucap Fahri.

"Sebentar lagi ada lomba melukis antar sekolah dan hadiahnya lumayan besar." Ucap Pak Budiman.

"Saya boleh ikut pak bud?" Tanya Fahri.

"Sudah diikutsertakan juga." Ucap Pak Budiman.

"Eh seriusan?!" Kaget Fahri.

"Iya lha bapak serius." Ucap Pak Budiman.

"Kau kan dari dulu menang terus kalau lomba melukis." Ucap Pak Budiman.

"Padahal lukisanku abstrak semua." Ucap Fahri.

"Bagi yang mengerti seni berbeda pandangannya." Ucap Pak Budiman.

"Kebetulan sebulan lalu bapak juga dapat surat beasiswa dari salah kampus ternama di dunia." Ucap Pak Budiman.

"Bahkan hingga lulus S3 disana bebas biaya." Ucap Pak Budiman.

"Untuk siswa pintar ya pak bud?" Tanya Fahri.

"Ya benar ucapanmu." Ucap Pak Budiman.

"Beruntung sekali dia mendapatkan beasiswa." Ucap Fahri.

"Pak bud bagi kopi dong jenuh saya disini." Ucap Fahri.

"Bikin sendiri sana ada mesinnya juga tuh." Ucap Pak Budiman.

Pak Budiman mengambil kertas tersebut dan Fahri hanya diam melihat hal itu setelah selesai membuat kopi kembali duduk lagi dengan tenang.

"Siapa yang mendapatkan beasiswa tersebut pak bud?" Tanya Fahri.

"Kamu yang mendapatkannya Fahri." Ucap Pak Budiman.

Fahri langsung menyemburkan kopi yang baru saja diminumnya ke wajah Pak Budiman sementara Pak Budiman jengkel akan ulah Fahri.

"Fahri kau!" Kesal Pak Budiman.

"Pak bud tidak salah kan?" Tanya Fahri memastikan.

"Tidak saya memastikan itu untuk namamu." Ucap Pak Budiman.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang