45

486 38 0
                                    

Fahri dan semua teman sekelasnya keluar menuju ke lapangan sekolah untuk menyambut kelulusan bersama-sama.

Lima orang yang mendapatkan piala dan sertifikat di kelas Fahri menitipkannya kepada Pak Didi karena takut terjatuh.

Di lapangan banyak yang memandang mereka dengan senyuman kecuali kelas IPA karena bagi mereka kelas IPS itu menyebalkan sekali.

"Lihat kelas buangan tidak mendapatkan piala satu orangpun!" Ledek Rivaldo.

"Diamlah kau!" Kesal Putra.

"Untung sahabat kita anak IPS semua jadi aman deh," Ucap Fahri.

"Iya anak IPA pada sombong semua," Ucap Bisma.

"Baiklah semuanya bisa diam," Ucap Pak Budiman di atas podium.

Semua kelas langsung berbaris dengan rapih sesuai dengan urutan kelasnya masing-masing dan kebetulan Fahri bersebelahan dengan Ridho.

"Gua dapet peringkat dua puluh ri," Ucap Ridho.

"Hebat lu gua kira gak bakalan dapet," Ucap Fahri.

"Danel seperti biasa peringkat pertama dan Ali kedua," Ucap Ridho.

"Yah mereka emang paling pinter diantara kita semua," Ucap Fahri.

"Kepsek bilang mau umumkan peringkatnya membuat malu saja menurutku," Ucap Ridho.

"Pak Bud bangga sama kita semua makanya begitu," Ucap Fahri.

"Dengar-dengar sekolah kita jadi sekolah unggulan karena berhasil mendidik 20 siswa dan siswi nya sebagai lulusan dengan nilai terbaik di seluruh Indonesia." Ucap Ridho.

"Gua kira cuma seluruh sekolah," Ucap Fahri.

"Wali kelas gua bilang seluruh Indonesia jadi kepopuleran sekolah ini semakin meningkat," Ucap Ridho.

Pak Budiman berpidato banyak hal namun Fahri malah mengobrol dengan Ridho tidak peduli soal pidato Pak Budiman.

"Fahri! Ridho!" Panggil Pak Budiman.

Mereka berdua yang dipanggil malah cengengesan tidak jelas dan Pak Budiman kembali melanjutkan pidato.

Pak Budiman memberitahu urutan prestasi para siswa dan siswi dari yang kedua puluh sampai kesatu.

Di satu sisi Rivaldo kesal karena kalah dari Fahri yang berada di posisi kesepuluh sementara dia posisi tujuh belas.

"Dia pasti melakukan kecurangan saat ujian!" Batin Rivaldo kesal.

Selesai pidato pak Budiman semua murid mulai mencoret-coret seragam sekolahnya bahkan Fahri bersenang-senang dengan yang lainnya.

Acara coret-coretan selesai jadi mereka semua ke kantin untuk makan-makan bersama.

"Pak ketu traktir gua untuk terakhir kalinya sebagai murid!" Pekik Fahri.

"Ya!" Pekik Bisma.

"Danel lu seperti biasa jenius sekali," Ucap Fahri merangkul pundak Danel.

"Aku usaha dan doa makanya bisa menjadi juara umum," Ucap Danel.

"Tidak gua sangka kebanyakan dari kelas IPS daripada kelas IPA," Ucap Wiwit.

"Kelas IPA kebanyakan sombong jadi guru yang mengajar sedikit kesal juga kepada mereka," Ucap Santo.

"Padahal lu sama Ali pinter malah milih jurusan IPS," Ucap Ridho melirik kearah Danel.

"Gua sejak dulu males menghitung jadi lebih baik menghafal saja lagipula kata bokap lebih seru IPS," Ucap Danel.

"Aku cuma ikuti kalian saja habisnya semua ambil jurusan IPS masa aku sendirian di kelas IPA kan tidak seru," Ucap Ali.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang