Ujian nasional sedang berlangsung sangat tenang di salah satu ruangan ujian si tokoh utama di book ini melirik ke kanan dan kiri mencari jawaban namun pengawas ujian melototi tindakannya.
"Pak nanti matanya copot lihatin saya mulu sejak tadi," Ucap Fahri melihat pengawas menatapnya sangat intens.
"Kamu mencari contekan Mahendra makanya saya awasi!" Tegas Pengawas ujian.
"Saya kan sudah belajar selama beberapa bulan terakhir untuk apa melakukan kecurangan seperti itu," Ucap Fahri.
"Berisik lu kelas buangan mending mengerjakan soal saja sih!" Kesal Rivaldo yang kebetulan sekelas dengan Fahri.
Kelas IPA dan IPS dicampurkan jadi tidak semua sekelas namun diacak sesuai kemauan pihak sekolah.
"Kalian berdua diam!" Tegas Pengawas ujian.
"Kamu Mahendra lebih baik diam saja!" Tegas Pengawas ujian menatap tajam Fahri.
Fahri berdiri dan membuat semuanya kebingungan akan tindakkan Fahri yang sangat tidak sopan sekali terhadap guru.
"Saya sudah selesai sejak tadi dan hanya memperhatikan yang lain saja karena waktu ujian masih sekitar satu jam lagi," Ucap Fahri.
"Ck sok-sokan banget!" Kesal Rivaldo.
"Kayak ada nyamuk lewat tadi di telingaku," Ucap Fahri melirik meledek kearah Rivaldo.
"Keluar saja Mahendra kau mengganggu yang lain!" Tegas Pengawas ujian.
"Baiklah pak saya keluar sekalian referensi otak juga kan sebentar lagi ujian fisika," Ucap Fahri.
Fahri keluar ruangan lab komputer saat akan duduk ada yang menepuk pundaknya disana ada Pak Dimas yang memberikan minuman dingin untuk Fahri.
"Ujianmu sepertinya mudah ya Fahri," Ucap Pak Dimas.
"Beberapa bulan terakhir sebelum ujian nasional daddy mendatangkan guru privat untukku agar aku lebih mengerti soal pelajaran cukup efektif juga bagiku," Ucap Fahri.
"Tahun ini kau akan lulus dengan mudah Fahri," Ucap Pak Dimas.
"Yah kuharap begitu Pak karena saat kelulusan SMP aku harus mengulangnya sebanyak lima kali itu hal yang buruk bagiku," Ucap Fahri mengingat masa lalunya.
"Peningkatan belajarmu terlihat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya semenjak kau tinggal dengan ayah dan ibumu yang orang luar negeri itu," Ucap Pak Dimas.
"Daddy dan mommy tidak pernah memaksa ku untuk belajar 24 jam nonstop namun hanya menyuruhku belajar selama dua jam saja setiap harinya," Ucap Fahri.
"Kalau weekend kadang hanya 30 menit saja karena sisa waktunya dihabiskan dengan berjalan-jalan atau aku tidur," Ucap Fahri.
"Abang emang baik namun karena kesibukannya sebagai dokter jadi jarang melihatku," Ucap Fahri.
"Aku tidak mempersalahkannya kadang di satu titik aku ingin juga diperhatikan bukan hanya untuk belajar semata lebih ke hal yang lain," Ucap Fahri.
"Bapak Angelo dan ibu Angelina berhasil mendidikmu Fahri aku harap masa kuliahmu nanti tidak jahil seperti masa SMP dan SMA," Harap Pak Dimas.
"Hahahaha tidak janji pak," Tawa Fahri.
"Oi ayo ke kantin!" Panggil Ridho dari kejauhan.
"Yoi bro!" Pekik Fahri.
"Saya duluan ya pak assamulaikum warahmatullahi," Pamit Fahri.
Fahri berlari menyusul sahabatnya dan Pak Dimas tersenyum akan tingkah Fahri yang tidak berubah sama sekali.
"Waalaikum salam anak sholeh," Ucap Pak Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Mahendra Sabil Al Fahri cowok ceria yang menyimpan berbagai luka karena perlakuan tidak adil kedua orangtuanya. Fahri menggunakan topeng ceria di depan semua orang untuk menutup luk...