44

470 39 22
                                    

Hari pengumuman kelulusan sudah tiba Fahri belum bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya namun melihat pantulan dirinya di depan cermin.

"Aku memang merasa kalau mampu mengerjakan semua soal ujian sangat mudah di satu sisi hatiku kecil bilang aku akan gagal lagi," Ucap Fahri ragu.

Fahri duduk di bawah lantai kamarnya dan menundukkan kepalanya merasakan kalau akan mengecewakan kedua orangtuanya lagi sebab tidak lulus sekolah.

"Aku takut tidak lulus," Lirih Fahri.

Angelo yang berniat mengantarkan Fahri ke sekolah menunggunya di ruang tamu setelah sarapan selesai Fahri izin ke kamarnya mengganti pakaian tapi tidak kunjung keluar kamar.

Angelo bangun dari sofa menghampiri kamar Fahri di lantai dua mengkhawatirkan keadaan Fahri.

Angelina dan Roy pergi ke supermarket untuk berbelanja bulanan meninggalkan mereka berdua di rumah.

Di sisi Fahri masih diam saja bahkan dering hp diabaikannya Fahri hanya menatap kosong dinding kamarnya.

Angelo yang sudah tiba di kamar Fahri hanya melihat Fahri diam saja tanpa mengucapkan satu katapun.

Angelo mendekat dan mengelus surai rambut Fahri yang masih acak-acakan pasti belum disisir.

"Ayo bersiap-siap nanti namamu dipanggil malah tidak ada lagi," Ucap Angelo.

"Tapi daddy jangan marah padaku apabila aku gagal," Ucap Fahri.

"Daddy akan marah kalau kamu melakukan hal yang membahayakan nyawamu saja," Ucap Angelo.

"Seperti bulan lalu kau naik keatap rumah dengan santainya bilang mau simulasi jadi stuntman," Ucap Angelo.

"Hehehe," Tawa Fahri.

"Habis itu daddy malah potong uang jajanku pula," Keluh Fahri.

"Agar kamu tidak melakukan tindakan berbahaya seperti itu lagi," Ucap Angelo.

"Hehehe aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi," Ucap Fahri.

"Daddy tunggu di luar masalah kelulusanmu tidak perlu dipikirkan lagi," Ucap Angelo.

Angelo menepuk pundak Fahri dan pergi dari kamar Fahri begitu saja membiarkan Fahri berganti baju.

Fahri tersenyum akan ucapan Angelo secepat kilat Fahri berganti baju dan mengambil jaket merah dengan tulisan Putra Angelo di belakangnya.

Fahri turun dari tangga menghampiri Angelo yang stand by di sofa ruang tamu lalu bersiap-siap pergi ke sekolahnya diantar Angelo yang kebetulan sedang luang.

"Pakai jaket merah itu tidak masalah nak?" Tanya Angelo melihat Fahri memakai jaket merah yang di desain khusus Angelo untuk ketiga putranya.

"Bang Axelo bilang aku diizinkan memakainya," Ucap Fahri dengan senyuman khasnya.

"Nak ganti saja ya," Ucap Angelo.

"Daddy masih trauma soal kematian bang Axelo ketika menggunakan jaket ini ya?" Tanya Fahri memastikan.

"Ya Axelo tiada saat menggunakan jaket merah yang kau gunakan nak," Ucap Angelo mengingat hari kematian Axelo.

"Ayolah daddy aku tidak mungkin tiada hanya karena barang peninggalan almarhum bang Axelo," Ucap Fahri.

"Kematian dan jodoh sudah ada yang mengaturnya jadi jangan percaya dengan hal-hal tidak masuk akal," Ucap Fahri.

"Ya sudah kita berangkat ke sekolahmu nanti terlambat kalau masih mengenang kejadian lama," Ucap Angelo.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang