57

489 44 28
                                    

Motor gede matic Yamaha TMAX DX melaju dengan kecepatan 100 km/jam membelah kepadatan kota Boston, Fahri orang yang mengendarai motor ingin segera tiba di rumah tanpa memperdulikan kondisi sahabatnya di jok belakang seperti hampir mati saja terlihat dari wajah Wiwit pucat pasi.

"Lu kalau mau mati jangan ngajak gue oi, belum juga malam pertama!" Kesal Wiwit.

Fahri menggunakan helm full face tidak terlalu mendengar ucapan Wiwit, ditambah dengan angin kencang akibat dia menggebut motor.

Fahri membuka sedikit kaca helm agar bisa dengan jelas mendengar ucapan dari Wiwit.

"Lu ngomong apaan sih? kagak denger gua!" Pekik Fahri.

"Jangan ngebut oi!" Pekik Wiwit.

"Urgent ini harus segera nyampe di rumah!" Pekik Fahri.

"Ri lu udah dapet restu tenang aja sih, ngebut kagak baik, lu jawara jalanan gua tidak masalah, nah masalahnya lu boro-boro menang lomba trial motor lomba sepeda 17 agustusan kalah mulu tiap ikutan," Ucap Wiwit.

"Ngehina mulu lu!" Kesal Fahri.

"Manusia tidak luput dari kekurangan dan kelebihan kawan, jadi terima saja hinaan dari gua ya," Ucap Wiwit.

"Gua maunya nerima beban tanggung jawab untuk menjaga Bella, Fahri melirik kearah Wiwit sejenak. "Nerima hinaan dari lu ogah bener," Ucap Fahri.

"Nyesek sumpah tapi gak papa," Wiwit mengelus dada dengan gaya alaynya, "tapi kalau lu patah hati jangan curhat di grup gembel ya buat notif jebol," Ucap Wiwit.

"Noh kelakuan Ridho bukan gua," Bela Fahri.

"Bacot!" Pekik Wiwit.

"Dahlah gua mau cepet nyampe rumah, malah debat sama lu jadi makin ngaret, kan!" Kesal Fahri.

Fahri mempercepat laju motornya agar segera tiba di apartemen, membutuhkan waktu yang cukup lama sampai di apartemen jaraknya sangat jauh dari kediaman Bella.

Fahri tiba di gedung apartemen memasukkan motor ke parkiran bawah tanah, dan pergi ke lift menuju lantai kamar apartemen tanpa melepaskan helm miliknya.

Fahri menekan tombol lift menuju ke lantai tempat tinggal dia selama di Boston, sementara Wiwit berada di belakang dia bermain game online sendirian.

Lift berhenti di lantai lima dengan tergesa-gesa Fahri berlari menuju ke kamar bernomor 120, untuk memberitahu soal keputusan Wilson beberapa menit yang lalu.

Fahri membuka pintu kamar apartemen menggunakan kartu akses, saat terbuka matanya melebar melihat seseorang disana.

"Lho Karerina!" Kaget Fahri.

"Al!" Panggil Nadira.

Fahri berlari menjauh dari Nadira mencari keberadaan kedua orangtuanya mencari perlindungan, firasat Fahri tidak enak melihat kehadiran Nadira di dekat dia.

"Mommy!" Panggil Fahri.

Angelina keluar dan terkejut ada tamu tidak diundang, yah dia itu Nadira dengan seorang gadis kecil berumur sekitar tiga tahun.

"Kau pencuri," Ucap Angelina.

"Mommy dan Fahri mengenal dia?" Tanya Isma yang keluar dari kamar sepertinya habis menidurkan Nisa.

"Kak kok bawa dia sih?" Tanya Fahri.

"Cuma menolong saja kok, tadi kulihat ibu muda ini kedinginan tanpa arah tujuan jadi kutawarkan ke apartemen kita saja," Ucap Isma.

"Dia punya suami kak!" Pekik Fahri.

"Karerina bilang suami dia hanya pria tidak bertanggung jawab, sering meminum alkohol, bahkan melakukan kdrt dengannya," Ucap Isma.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang