Anodyne

118 13 5
                                    

🎭

Saat tahu aku akan mempertahankan si kecil, Bomi terus berusaha keras membuat ku senyaman mungkin dan menggantikan perang Taehyung sebagai support sistem dalam menghadapi gejolak emosi yang sering kali membuat ku kewalahan.

Bisa dibilang, selama trimester pertama kehamilan adalah masa-masa paling buruk bagi seorang wanita yang sedang hamil.

Pada masa itu, aku selalu menangis di tengah malam karena sering tiba-tiba merindukan Taehyung hingga harus merepotkan Bomi untuk menyetir semalaman sampai kami berdua berakhir terlelap di dalam mobil di tempat antah-berantah.

Lalu Jungkook, selain mengurus jadwal pemotretan dan jadwal manggung ku. Ia juga sering membantuku mengambil alih pekerjaan rumah karena aku jadi lebih muda lelah. Apalagi saat pria itu tahu jika kandungan ku sempat melemah karena stress berlebihan. Ia menjadi lebih overprotektif padaku, sering mengomeli ku jika ketahuan melakukan pekerjaan. Pria ini sempat menawarkan diri untuk menjadi ayah dari anak yang ku kandung. Namun, hati kecilku menolak. Aku cukup sadar diri untuk tidak melibatkannya dalam benang merah kehidupan ku. Ia pria yang baik, tidak pantas bersanding dengan perempuan seperti ku.

Untunglah ia mengerti, dan kamipun memutuskan untuk berteman. Dan ia selalu setia menjadi sandaran ku saat aku merasa lelah.

Setelah masuk trimester kedua, kondisi ku jauh lebih baik. Bomi dan Jungkook juga menjadi lebih santai karena aku hanya akan rewel soal punggung ku yang terasa nyeri.

Memiliki orang-orang yang cukup pengertian seperti mereka berdua. Membuat ku menjadi sosok yang selalu mengucapkan rasa syukur karena masih diberi nikmat kebahagiaan meski sedang berada di tengah-tengah kesengsaraan.

Namun satu hal yang tak bisa ku tahan adalah rasa rinduku yang membuncah kepada Taehyung.

"Bomiya.." rengekku.

"Kenapa Jiya ? Si kecil menginginkan sesuatu ?"

Aku menggeleng dengan mata berkaca-kaca.

"Aku mau pulang.." cicitku.

"Kan kita sudah ada di rumah Ji.."

"Pulang bomia, ke apartemen.. dengan Taehyung.." aku merajuk layaknya anak kecil.

Aku pikir Yoon Bomi akan menolak mentah-mentah keinginan ku. Tetapi entah bagaimana kami sudah berada di depan pintu apartemen milik Taehyung.

Aku hanya terdiam mematung menatap pintu besi yang ada di depanku. Melihat ku yang tak kunjung bergerak, Bomi lebih dulu memencet bel apartemen Taehyung. Membuat jantungku tiba-tiba berdebar tidak karuan. Gadis di sebelah ku bahkan harus merangkul bahuku agar aku tidak terjatuh karena aku merasa pening dan mual.

Begitu aku kembali nyaris mengambil langkah untuk melarikan diri, sebuah suara berat lebih dulu menyerukan namaku. Membuat setiap langkah yang hendak aku ambil terasa begitu berat.

"Eunji Noona..."

Aku yang tidak siap dengan serangan mendadak dari Taehyung hampir terhuyung ke belakang waktu laki-laki itu dengan semena-mena menghambur dalam pelukan ku. Membuat ku tanpa sadar meringis karena himpitan pada si kecil yang sedang tumbuh di dalam perut ku.

JOENG EUNJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang