🎭
Meski hari itu aku berhasil menyelematkan Taehyung dari percobaan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya sendiri, bukan berarti aku telah menyembuhkan duka yang diterima oleh pria itu. Bahkan sekarang, keadaan Taehyung jadi berkali-kali lebih memprihatinkan setelah menerima surat perpisahan dari kekasihnya.
Perpisahan yang tidak terucap dengan baik, membuat Taehyung kehilangan selera untuk makan. Ia sering memforsir pekerjaannya dan selalu menangis dalam tidurnya karena menyalahkan dirinya sendiri. Sekarang, setiap kali mendapati Taehyung meracau menyebut nama kekasihnya, membuatku tanpa sadar menaruh berang pada sang dara. Meskipun aku tahu ia sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Sudah seminggu sejak insiden di laut waktu itu. Dan kini untuk kedua kalinya aku dalam perjalanan untuk menjemput Taehyung. Kali ini karena lelaki itu mendadak pingsan saat jam makan siang, sesuatu yang sempat aku prediksi ketika mendapatinya demam sejak tiga hari yang lalu. Ketika kami tidak sengaja bersentuhan langsung.
Jika ada hal yang tidak ku mengerti tentang antusiasme akan cinta yang dimaksud orang-orang selain perasaan menggelitik, seakan ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perut. Maka itu juga adalah bagaimana cinta juga dapat meninggalkan luka.
Maksudnya, bagaimana bisa seseorang membuat orang yang sedemikian dicintainya menderita? Bukannya mereka harusnya saling mengasihi? Lalu, mengapa malah meninggalkan lara?
Orang-orang bodoh. Aku membatin.
Setelah bergumul dengan kemacetan yang tiada putusnya, aku akhirnya sampai di depan ruangan bertuliskan Chief Executive Officer di salah satu perusahaan besar.
Begitu masuk, aku langsung mendapati Taehyung yang tengah berbaring tidak berdaya di atas sofa dengan hanya berselimutkan jas kantornya. Luka-luka di wajahnya yang sampai sekarang belum aku ketahui asal muasalnya mulai mengering dan perlahan memudar. Namun, hal itu tidak bisa menutupi penampilan Taehyung yang semakin hari semakin terlihat urakan. Itu di karenakan ia seolah lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Meskipun aku telah mengingatkannya namun ia tetap acuh.
Pembohong. Kata pertama yang terlintas dalam benakku, saat aku kembali mengingat perkataan Taehyung soal membutuhkan diriku agar tetap tinggal di sisinya untuk selamanya. Padahal, jika memang dia membutuhkan diriku. Harusnya ia mendengarkan ku untuk tidak menyakiti dirinya sendiri. Bukan malah sebaliknya kan?
"Noona... Apa yang kau lakukan disini?" Aku yang tengah berjongkok di sampingnya sembari mengusap lembut puncak kepalanya berhasil mengusik tidurnya. Aku tahu Taehyung terlihat tidak nyaman akibat demam dan dihantui mimpi buruk.
"Aku datang untukmu. Ayo kita pulang.." Jawab ku lembut dan mengajak Taehyung untuk pulang lebih awal agar ia bisa beristirahat.
"Noona, aku baik-baik saja." Taehyung sekilas melirik jam dinding, sebelum ia kembali mendebat ku "Sekarang juga masih jam kerja".
Taehyung tidak tahu betapa keras kepalanya seorang Jung Eunji. Aku adalah orang yang pernah kabur dari rumah karena mempertahankan mimpi ku. Maka, jika hanya menyeretnya agar ia mau pulang bukan sesuatu yang sulit bagiku.
"Lagipula siapa yang akan melarang? Perusahaan ini milik mu.." aku merengut.
"Sungguh aku baik-baik saja.." tolaknya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
JOENG EUNJI
Kısa HikayeBerisi cerita pendek terinsipirasi dari beberapa film dan ide author dengan main castnya Jung Eunji.