Dua jam waktu yang di butuhkan Reygan untuk pergi ke tenda PMI. Mila turun dari motor Reygan dan senang melihat kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam acara transfusi darah . Sementara Reygan masih sibuk memarkir motornya yang tak jauh dari lokasi.
Mila melihat sekitarnya lalu menoleh saat anak kecil dengan alat bantu dengar di telinganya menarik ujung bajunya.
"Kakak,apa aku boleh memberikan darahku padanya?"tanya anak kecil itu yang menatap gadis kecil yang lumpuh dan sedang membutuhkan pertolongan.
Mila tersenyum sambil menekan tombol hidungnya,"kamu masih belum cukup umur sayang"
"Kenapa hanya orang dewasa yang boleh sementara aku tidak boleh"
Mila tersenyum,"emm kenapa ya?mungkin kalau darah anak kecil di ambil dia tidak akan bisa berlari sangat cepat"
"Lalu kapan aku bisa melakukan nya"
"Saat kamu sudah setinggi....."ucap Mila terpotong karena Reygan yang memanggilnya,"setinggi Kakak ini"ucapanya membuat anak kecil itu mengerti lalu pergi bersama ibunya.
"Ada apa?"tanya Reygan bingung.
"Bukan apa apa"jawab Mila sambil mengeluarkan ponselnya yang akan ia buat untuk mengambil gambar. Refleks wajahnya langsung kesal saat melihat hapenya mati tanpa daya.
"Ada apa?"tanya Reygan melihat Mila terus menggoncang hapenya.
"Kenapa Lo suka banget nanya!"ucap Mila membuat Reygan menatap nya kesal,"Karena gue takut Lo malu maluin gue "ucap Reygan lalu pergi.
Selepas Reygan pergi, seorang pria mendatangi Mila yang masih sibuk di tempat dengan ponselnya. Ahh,ternyata kak Evan,rekannya.
"Nur"sapanya.
"Ada apa dengan hapemu?"
Mike menghembus kesal,"lowbat"
"Emm ada charger di tenda ,kamu bisa menggunakan nya"
Kemudian Mila pergi bersama Evan tanpa memedulikan Reygan yang selalu meninggalkan nya.
Mila mencharger hapenya di tenda dan membuka chat paling atas dari nomor yang tidak dikenal.
"Ini nomor siapa?"lirih Mila pelan,"Ah paling orang iseng"batin nya lalu pergi saat mendengar ajakan dari Evan.
🌼🌼🌼🌼🌼
Selepas bertugas, Rizal di bingung kan oleh kedatangan Rasya di rumahnya yang duduk sambil meminum kopi di tangannya. Padahal Rizal selalu ingat kalau dirinya tidak pernah menyediakan pembantu di rumahnya. Lalu siapa yang membuatnya?.
"Bagaimana sidangnya?"tanya Rizal sambil membawa dua kresek belanjaan nya.
"Di tunda"jawab Rasya singkat.
Rizal menggelengkan kepalanya melihat Rasya yang masih bisa memakan biskuit saat tuntutan pengadilan sudah ada di hadapannya,"gue baru lihat orang seperti mu yang akan mati besok tapi masih bisa santai seperti sekarang"
"Gak usah dipikir"
"Lo udah punya bukti?"
Rasya mengangguk.
"Apa?"
"Hasil ronsen penyakit lamanya"
"Apa?"
"Jantung stadium akhir"
"Hanya itu?"
Rasya menggeleng,"CCTV dan rekaman dari monitor detak jantungnya "
Rizal tersenyum,"bukti itu sudah terlalu kuat,kenapa masih memanggil pengacara mahal?"
"Gue gak mau ribet"
Cling.cling.
Notif WA datang dari ponsel Rizal membuat pria itu kesal dan malas,"Dasar wanita?"lirih nya kesal lalu melihat Rasya yang masih santai dengan posisinya.
"Eh sya,gue mau nanya,kalau seandainya ada dua cewek yang nilainya sama di hati Lo,Lo milih yang mana?"
Rasya terdiam,"tidak keduanya"
"Gue udah ngira kalau itu jawaban Lo"ucap Rizal,"kalo gue jadi Lo gue bakal milih cewek yang bisa muncul saat gue menutup mata"ucap Rizal penuh perasaan sambil menyeruput kopi yang baru saja ia buat.
Rasya terdiam.
Hening.
"Eh iya gue lupa ,Lo berantem sama nona Nur?tadi dia datang terus curhat kalau Lo udah usir dia"ucap Rizal,"mas bro kalau Lo gini terus siapa cewek yang berani deket sama Lo?"
Rasya terdiam sambil membaca berkas di tangannya.
"Oh iya gue tadi Nerima nur buat magang sama gue"
"Dia gak bakal maju kalau magangnya sama Lo"
"Hhh itu kan menurut Lo tapi kalau nona nur gue itu keren"ucap Rizal percaya diri,"eh Sya kalau Lo mau ambil alih gue pikir pikir dulu"
Rasya meletakkan cangkir nya ke atas meja,"tunggu keadaan ini membaik,aku akan menemuinya"ucap Rasya mantap..
#darderdor
#gimana?masihsabarkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fanfiction"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...