"jika kita membawanya ke pengungsian,dia hanya bisa mati!"
Rasya terdiam.
"Detak jantungnya hanya tersisa 0,001 menit"mata Mila berkaca kaca,"Kita bisa lakukan disini"ucap Rasya mengeluarkan alat bedah dari dalam tas nya,"bantu aku"ucapnya mendapat anggukan dari Mila.
Sesekali Mila menyeka keringat Rasya yang sibuk dengan pasien nya. Hanya desiran angin yang menemani dua insan tanpa ikatan itu yang akhirnya mencetak senyum yang merekah,"dia hidup!kita berhasil"refleks Mila memeluk Rasya erat dan membasahi kemeja Rasya dengan air matanya.
"Terima kasih"
"0,001 menit sudah cukup untuk membuat orang kembali hidup"ucap Rasya yang masih kaku di tempat karena Mila yang memeluknya.
"Ada korban lagi!"teriak petugas membuat Mila melepaskan pelukannya. Mila merasa malu akan sikapnya saat melihat Rasya yang masih terdiam membeku di tempatnya.
Lalu dirinya tersenyum saat melihat gadis kecil itu dibawa menuju tenda darurat dalam keadaan yang sudah terselamatkan.
"Apa dia sungguh baik baik saja?"
"Masih membutuhkan intubasi oksigen"
"Terima kasih dan....maaf" ucap Mila sedikit ragu melihat Rasya yang pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun.
Seismograf dalam hatinya membuat Mila merasakan kedatangan gempa yang hendak bertamu. Gawat!. Mila langsung menarik Rasya pergi dari bawah bangunan yang masih tersisa. Rasya yang di tarik oleh sang gadis hanya bisa mengikutinya dari belakang.
Dugaan Mila benar gempa susulan sudah datang namun untung saja skala yang diakibatkan nya tak sebesar gempa yang pertama. Huff masih aman. Pikirnya.
"Bagaimana kamu tahu gempa akan datang?"tanya Rasya menatap Mila dalam.
"Seperti hal nya kamu tau cara menyelamatkan orang"jawab Mila beranjak pergi dari samping Rasya.
"Mau kemana?"
"Masih dalam jawaban yang sama,0,001 detik masih bisa ku gunakan untuk menyelamatkan nyawa"
Rasya tersenyum menatap kepergian Mila. Dalam hatinya merasa Mila adalah satu satunya gadis yang tidak terpengaruh akan ketampanannya dan pergi dengan prinsip yang sama dengan nya.
Kriiiing...
"Mila besok lo nikah!"teriak Salfa dari sambungan telepon.
"Hah?besok?secepat ini"
"Intinya kamu harus pulang sekarang,ibumu sudah menyiapkan semuanya dari pagi,lo ada dimana?'
"Gue...ada di palu"
"Astoge kenapa main jauh jauh ke sana"
Took...took
"Nur ada yang mencari mu"
"Bentar"teriak Mila,",aku tutup dulu teleponnya"sambungan telepon Mila terputus membuat Salfa merasa kesal. Ralat sangat kesal.
Cekrek.
"Hasan?"
"Mil gadis yang Lo selamatin dan orang asing menunggu mu"
Mila mengangguk senang dan berlari mengikuti Hasan untuk menemui malaikat kecil yang selamat.
Sesampainya di sana Mila melihat gadis kecil yang cantik dengan rambut nya yang terurai panjang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Bagaimana keadaan mu?"sapa ramah Mila membuat gadis itu menambah senyum plus plusnya.
"Kamu cantik,kakak'
Satu detik
Dua detik
"Seperti peri"ucap gadis itu membuat Mila merasa gemas dan ingin membawanya pulang.
Hampir tiga jam sudah Mila menemani gadis kecil yang bernama AZZA itu. Dirinya merasa bingung untuk meninggalkan gadis yang masih membutuhkan dirinya sementara besok adalah hari pernikahan nya.
Disisi lain Mila juga sudah berjanji pada ayahnya bahwa dirinya tidak akan pernah membuat sedih ibunya.
🌼🌼🌼🌼🌼
"Rasya!pulang sekarang!"teriak Adi dari sambungan telepon.
"Tiba tiba?aku sedang bertugas di palu sekarang!"
"Pulanglah papa akan mengirim dokter pengganti untuk menggantikan kamu!"
Tiiiit.
Sambungan telepon terpaksa ditutup karena Rasya yang melihat 8 korban yang terluka parah. Semuanya menjadi kondisi yang tidak terkendali karena kapasitas korban yang jauh lebih banyak dari jumlah dokter yang ada.
Disisi lain ada dokter Adi yang bergerak ke ruang IGD untuk menyelamatkan sahabatnya yang terluka karena kecelakaan.
🌼🌼🌼🌼🌼
Tap.
Tap."Habis darimana kamu?"tanya Vina menyelidik melihat putrinya pulang pukul dua dini hari. Mila tersentak sambil menjatuhkan sepatu kets putih nya hingga mengeluarkan suara yang keras.
"Skripsi, sekalian nginep ke rumah Faza"
"Kamu tidak datang ke palu kan?"
Mila menggeleng pelan,"tidak,aku masih aktif dengan kuliah kedokteran seperti yang ibu harapkan"
Pukul empat shubuh Rasya datang dan terkejut melihat keluarga nya yang berkumpul di ruang tamu untuk menunggunya. Maira menyuruhnya duduk dan menceritakan semuanya mulai dari pertemuan nya dengan Vina, perjodohan Rafka dan kepergian Rafka.
Maira berharap bahwa hati itu Rasya sudah siap untuk menerima Mila sebagai pengganti kakaknya.
Rasya terdiam.
"Di dunia ini satu akad yang tidak bisa dibuat main main"ucap Rasya,"yaitu akad nikah,aku tidak akan lakukan"ucap Rasya pergi menuju kamarnya.
"Bagaimana jika semua ini tentang papamu?"langkah Rasya terhenti mendengar kata papa dari mulut Maira yang selalu ia anggap sebagai pahlawan nya.papanya?
"Papamu tidak akan hidup sekarang jika bukan karena ayah gadis itu,jika papamu tahu akan menjadi seperti ini dia akan mati"ucap Maira meneteskan air matanya.
🌼🌼🌼🌼
Keluarga Ar-Razi sudah rapi di rumah sang pengantin wanita. Namun sang wanita masih stay dengan baby doll pink di atas ranjang singgasana nya. Salfa sudah dilelahkan untuk membangunkan Mila dari tadi pagi.
"Mila bangun! hari ini Lo nikah Curut"
"Di pause bentar gue masih ngantuk"
"Ya kali ini game bisa Lo pause seenaknya kalo Lo gak turun hidup Lo bisa gan over"
"Gue ke kamar mandi dulu"
"Gausah,pake nih aja"ucap Salfa memakaikan Mila baju kebaya putihnya.
"Sikat gigi doang serius"
"Gausah, langsung turun aja kalo nungguin lo ke kamar mandi bukan pangeran berkuda yang akan menikahi Lo tapi pangeran berjamur"
Mila langsung turun ke bawah tanpa mandi,cuci wajah,gosok gigi apalagi berias. Rambutnya yang masih acak acakan dan mata panda yang terlihat jelas karena dirinya yang pulang larut malam. Ditambah dengan aroma mulut yang sulit didefinisikan. Sumpah,gue gak niat nikah tuhan.batinnya.
#3
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fiksi Penggemar"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...