#29

1.4K 70 2
                                    

Mila tersenyum lega saat keluar dari ruang operasi bersama Rasya. Setelah beberapa lama akhirnya gadis itu bisa melawan rasa takutnya dari hawa ruang operasi yang merenggut nyawa ayahnya. Mila menatap Rasya sambil berdehem untuk memulai pembicaraannya. Rasya menoleh ,menatap gadis itu yang ingin berbicara padanya.

"Katakan"ucap Rasya mengagetkan Mila yang asyik menggigit bibir bawahnya.

"Emm bapak hebat ya bisa menanganinya hanya dalam waktu 5 menit 22 detik"

"Saya sudah sering menemui situasi ini di Lumajang"

Mila hanya ber"o"ria mendengarkan pembicaraan Rasya padanya. Tidak,betapa canggungnya saat ini.

"Kamu sudah tidak takut lagi sama ruang operasi?"

"Ada bapak,apa yang bisa saya takutkan?"ucap Mila to the point membuat Rasya tersenyum.

"Kenapa melihatku seperti itu?"tanya Rasya yang melihat Mila terus menatapnya.

Mila menggeleng sambil berusaha mengontrol detak jantungnya,"bapak tampan saat tersenyum seperti tadi"ucap Mila sambil mengekspresikan wajah Rasya yang tersenyum tadi,"Betapa Bagus nya kalau bapak bisa selalu tersenyum setiap hari"

"Kalau kamu suka saya bisa tersenyum terus untukmu"

"Hehehe gak berani gak berani,terakhir kali dokter Qiana udah sangat kesal sama saya,lain kali bapak jangan ikat tali saya lagi ya di depan dokter Qiana"

"Saya tidak ada hubungan apapun sama dokter Qiana"

Mila tertawa sambil menaikkan alis untuk menyelidik kebenaran tuan nya,"emang hati bapak beneran gak pernah tergerak sedikitpun sama dr Qiana?"

Rasya mendekatkan wajah nya membuat gadis itu terkejut bukan main. Pipi nya memerah,jantung nya berdetak cepat dengan intonasi yang sulit di hentikan. Rasya tersenyum lalu menyentil pelan dahi mila,"hati saya tidak pernah tergerak oleh siapapun kecuali satu orang"ucap Rasya tetap dengan nada datarnya membuat Mila lagi lagi hanya bisa terdiam  membeku di tempatnya,"ayo kita makan"ajak Rasya membuat Mila yang masih shock mengangguk cepat.

Bagai pelangi di musim kemarau semuanya terkejut saat melihat Rasya yang tak pernah menginjakkan kaki di kantin tiba tiba datang bergabung bersama mereka. Mila hanya menunduk saat semua pandangan jatuh ke arahnya. Bagaimana tidak?berjalan bersama dokter dingin adalah pengalaman legendaris buang pernah ada.

Kemudian mereka mengambil kursi bersama sambil membawa nampan yang berisikan makanan sehat khas rumah sakit.

"Oh iya, kemarin saya mau minta maaf kalau saya sudah membawamu ke rumah sa..."

"..gak papa pak,saya paham dan terima kasih banyak"

Rasya mengangguk. Dia berfikir Mila di antar sopirnya Sampai pulang ke rumah dengan selamat. Andai saja Rasya tidak sibuk waktu itu dan buru buru ke rumah sakit,mungkin dialah yang akan mengantar Mila sampai rumah nya.

"Setelah ini mau kemana?"

"Markas"

"Saya antar sekalian menyapa mereka"

Mila mengangguk lalu pergi ke markas nya yang terletak di ujung ibu kota.

Disisi lain Rizal pergi ke ruangan Rasya dan terkejut saat mendapati sosok Nabila yang berdiri sendirian di dalamnya. Gadis cantik dengan kulit salju itu sempat membuat hati Rizal membeku ngilu.

"Mana Dokter Rasya?"tanya Rizal sambil meneguk ludah nya saat melihat leher ramping nan mulus milik Nabila.

Nabila menggeleng dengan jari  jari panjang  memegang berkas,"nggak tahu,sejam yang lalu dia pergi untuk menemui orang penting"jawab Nabila  bingung saat melihat Rizal yang menutup wajah dari nya,"dokter kenapa?"

0,001 Detik Bersamamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang