"Apapun boleh asal jangan menyerah,dari ribuan penduduk kamu masih punya banyak celah untuk menciptakan kesempatan"
~Sayidah nur Kamila
Universitas kedokteran Bandung.
Pagi pukul 06.15, gedung aula sudah diramaikan dengan ratusan lampu putih di atas ruangan hingga sudut² ruangannya. Beberapa sofa lembut sudah berjajaran rapi sambil menunggu para dokter untuk duduk di atasnya. Mila tersenyum menatap dirinya yang sudah memakai satu set seragam dokter pemberian Rafka malam itu. Ia terlihat sangat cantik namun senyuman yang hilang karena Rasya yang sungguh tidak datang di acara wisudanya.Mila berdiri di absen terakhir saat mengingat dirinya adalah mahasiswi baru di bawah seniornya.
Suasana langsung genting saat langkah prof. Irawan Farma berhenti tepat di hadapan Mila . Semua berbisik ramai kesana kemari saat melihat tidak ada satupun medali yang tersisa untuk diberikan kepada mahasiswa termuda di depannya.
"Kurang 1?"ucap Dr Irawan membuat jantung Mila berdegup sangat kencang. Bertahun tahun lamanya bukankah ini yang sangat di nantikan oleh ibunya.
"Maaf prof. Tidak ada yang tersisa lagi"
Mila menunduk dengan pikiran kalau dirinya memang tidak ditakdirkan untuk acara wisuda hari ini. Usia muda yang menerima banyak hujatan membuat Mila tidak yakin untuk menjadi dokter hebat seperti suaminya. Tiba ² suasana langsung hening saat sebuah pintu aula terbuka lebar tepat saat Mila lolos menjatuhkan setetes air matanya.
Semuanya langsung menatap ke arah Pintu aula saat bayangan pria berbaju putih keluar dengan cahaya penuh yang terus mengikutinya untuk sampai ke atas panggung .
"Maaf"lirih Mila sambil menunduk saat Rasya sudah tiba tepat di depannya. Rasya tersenyum. Ia mengangkat dagu wanita itu untuk melihat sendiri bagaimana perasaan wanita itu sekarang.
Tag.
"Apa yang kamu pikirkan?"ucap Rasya setelah menyentil pelan dahi istrinya.
"Benda itu hilang"
"Lalu?"
"Sepertinya bukan kesempatan ku untuk berjuang bersamamu"ucap Mila kembali menunduk, "apa aku sudah memalukan mu dan keluarga kita? Apa aku sungguh akan turun tanpa medali dan mengucap sumpah?"
Rasya tersenyum ," apa menurutmu medali itu penting?"
"Bukan seperti itu,aku akan tetap bekerja keras walaupun tanpa jabatan apapun"ucap Mila menyakinkan Rasya kalau selama ini perjuangan nya tulus untuk lebih mencintai proses daripada hasil apapun itu.
"Kalau begitu aku mau mendengar sumpahmu itu" ucap Rasya tegas membuat mila menatapnya.
Mila terdiam . Ada sekitar 12 poin untuk mengikrarkan sumpah nya sebagai dokter. Ia mendadak gugup saat atensi semua orang langsung tertuju padanya. Ia menutup matanya kuat, mengumpulkan energi lalu belajar untuk menunjukan keberanian dan ketegasan nya pada kewajiban.
"Dengan ini saya bersumpah bahwa , saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan,saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya.saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan dan keilmuan saya sebagai dokter. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien .saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian, atau Kedudukan Sosial, dalam menunaikan kewajiban saya terhadap penderita.saya akan memberikan kepada Guru-Guru saya, Penghormatan dan Pernyataan Terima Kasih yang selayaknya.saya akan memperlakukan Teman Sejawat saya sebagai saudara kandung.Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan Hukum Perikemanusiaan, sekalipun saya diancam.Saya ikrarkan Sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya".
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fanfiction"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...