Empat jam lebih Mila sampai ke kota Bandung. Bukannya beristirahat di asrama ataupun rumahnya,Mila memilih pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter Rasya dan Rizal sahabatnya.
"Wah kamu sudah datang"Sapa hangat Rizal yang baru saja keluar dari ruangan pasien.
Mila mengangguk sambil mencari keberadaan Rasya yang belum di tangkap oleh panca inderanya. Rizal yang menyadari sikap Mila yang merindukan tuan nya hanya bisa menggeleng sambil menghembus nafas pelan,"Rasya belum datang,dia masih ada di Lumajang"
"Separah itu?"
"Hhhh nona nur itu gunung meletus bukan ledakan elpiji tetangga"
"Lalu kapan datangnya?"
Rizal menggeleng,"tidak tahu,biarkan dokter Qiana menikmatinya "
Tap.
Tap.Seorang pria berpakaian putih tiba-tiba datang bersama dengan tas hitamnya. Dia sudah menyiapkan catatan penting untuk penelitiannya tentang menangani gangguan jalan nafas dalam waktu yang relatif singkat. Kedatangan nya yang tiba tiba dengan raut wajah datarnya membuat Rizal benar benar-benar terkejut melihatnya.
"Sya,Lo udah dat...."ucap Rizal menggantung saat melihat Rasya datang di depannya. Tak hanya Rizal,Mila pun juga terkejut melihatnya.
"Hubungi prof Hamka,aku akan menemuinya"ucap Rasya yang menatap dingin keduanya.
"Baik"jawab Rizal sambil mengeluarkan ponsel di saku celananya.
"Kenapa dia dingin padaku?"lirih Mila yang terdengar jelas di telinga Rizal.
"Bagaimana tidak dingin?dia meminta tugas khusus untuk pergi ke Lumajang karena dia berfikir kamu juga akan pergi ke sana"
"A...aku?"
"Iya kamu malah pergi mendadak ke Cilacap "kesal Rizal membuat Mila merasa bingung mendengarnya,"Benar benar takdir yang rumit"cetusnya lalu pergi meninggalkan nya.
"Sepertinya gue pergi tidur aja"lirih Mila yang tak mengerti dengan Rizal yang tiba-tiba ikut dingin padanya.
Ceklek....
Rizal menggeleng kepalanya heran saat melihat Rasya yang sudah sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak mengerti jika seperti ini terus bagaimana tuan nya bisa berpacaran dan menikah?. Apa Rasya masih pria normal yang punya hormon untuk mendekati wanita?. Rizal berjalan lalu berdiri di depan Rasya dengan tangan yang berkacak pinggang.
"Pulang² bawa beginian Lo gak puas sama profesi?"
"Gue ada solusi buat gangguan nafas parah,coba Lo cek"Rasya menyerahkan dokumennya ke tangan Rizal. Walaupun setengah malas Rizal masih penasaran dengan isinya dan menerimanya.
"Ini mudah dan cocok buat judul skripsi nya"
Rizal terdiam menatap Rasya yang melakukan ini semua demi nona Nur nya. Rasya yang di tatap merasa bingung melihatnya. Rizal tahu Rasya lelah tapi kenapa dia begitu bersemangat demi semua catatan² ini. Bahkan Rasya akan mengadakan rapat langsung dengan Professor nya.
"Lo paham gak sihh??"
Rizal mangangguk lalu melempar dokumen itu ke meja Rasya,"gue paham,Lo suka nona nur kan?"
"Kalau udah selesai,Lo boleh pergi"
"Ck,gue yang gak paham sama Lo...Lo jauh² dari Lumajang bukannya istirahat tapi malah sibuk disini buat bantu skripsinya...terus Lo dingin sama dia padahal diam² lo perhatian kan sama dia?sifat Lo kek gini bikin gadis salah paham tau gak?"
"Gue bantu dia kenapa salah paham?Lo terlalu berlebihan "
"Dia cewek bro jangan bikin dia baper entar karma"ucap Rizal menepuk pundak Rasya,"untung gue paham sama lo dan bantu lo buat ikut dingin padanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fanfiction"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...