*****"Ketidakmungkinan kita telah terAminkan oleh Tuhan untuk menjadi mungkin"
~Sayyidah Nur kamila
*****
Di kantor sukarelawan Mila melihat orang-orang yang sudah ahli mengatasi korban bencana besar. Dirinya yang ramah membuat semua orang menyukainya. Mila merasa nyaman dan banyak belajar dari orang orang yang berpengalaman seperti dirinya yang belajar sewaktu masih bersama ayahnya.
Kejadian saat itu telah melekat di memory Mila yang tidak mungkin bisa hilang walaupun amnesia menyerang kehidupannya.
Bandung, Senin 12 April,bersama teman lama
Pagi pagi Mila sudah siap untuk pergi ke kampus barunya. Seperti biasanya segelas susu dan salad sayur sudah menjadi teman paginya.
Bibi Wati tersenyum melihat wajah Mila yang bahagia seperti cahaya merah yang sedang bersinar di ufuk timur sambil membawa aura yang begitu pekat dan elegan. Cantik. Batinnya.
Kota Bandung sudah tak asing lagi bagi sosok Mila karena dirinya yang pernah tinggal lama bersama keluarga sempurna nya.
Dulunya, Mila pernah tinggal di asrama karena ayah dan ibunya yang sibuk dengan pekerjaannya. Pak Agas mengirimnya agar dia bisa menyelesaikan tiga tahun penuh masa SMP nya. Bertemu bersama dengan teman lama membuat Mila tak penasaran siapa sosok suami barunya.
Asrama cahaya,dua gadis masih stay dengan semua tugas kuliahnya. Tugas dadakan yang masih bisa membuat mereka bersenda gurau sambil memakan makanan enak. Mungkin itulah definisi bahwa kehidupan bukanlah beban yang bisa menyita habis senyum mereka.
Braaakkk....
"Stats Lo tau siapa yang bakal datang kemari sekarang"ucap gadis dengan rambut panjang yang ia kuncir dua.
Namanya Adara zaffa Septia Ningsih,gadis berdarah biru yang kabur dari istana keraton nya karena perjodohan keluarga nya. Gadis itu memutuskan menjadi dokter hewan agar tidak pernah melihat kakak nya yang menangis karena hewan yang terluka.
"Gak tau"jawab gadis yang masih sibuk di depan laptopnya dengan rambut yang ia Gelung ke atas.
Namanya Hujan,penulis kurang berbakat dengan cerita kisah cinta yang rumit. Sebuah kisah cinta yang tak pernah punya titik awal ataupun akhir seperti hal nya butiran debu yang mencintai angin. Sakit memang tapi itu adalah cerita.
Cekrek!!!
"Mila!"teriak kedua nya saat mendapati wajah Mila di depannya,"gue kangen banget sama Lo"ucap dara memeluk erat tubuh Mila.
"Alay banget padahal cuma empat tahun gue pergi"
Dara melepas pelukannya,"Salfa gak ikut?"
"Kalau Salfa ikut entar kalian pada ribut"
Dara beranjak ke kasurnya sambil memakan sisa keripik singkongnya,"bener juga ya,untung Lo tinggal"
Satu menit
Dua menit.
"Gue denger Lo udah nikah ya mil"
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fanfiction"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...