Aceh, Sumatra Utara.
Keadaan sangat genting saat bencana tsunami melahap habis seluruh warga Aceh. Bangunan² sudah bercampur dengan tanah. Penampakan masjid sudah hilang tanpa kubah. Pecahan² kaca rata di atas tanah perut lautan.banyak korban meninggal dan luka parah yang berhasil di amankan. Bukan musik dangdut, jazz, ataupun lagu rock lagi yang terdengar. Akan tetapi rintihan tangis para warga yang sibuk meramaikan dan meratapi nasib buruknya. Tuhan sudah marah saat tanaman² ganja sudah hilang di atas tanah air mereka. Hanya beberapa tanaman bakau yang masih kokoh untuk menahan daya ombak yang menerjang bagian pesisir pantai.
Kriing....
Suara dering telepon lagi² datang di tas seorang wanita bernama Mila. Ia tidak tahu kenapa anggota sukarelawan masih menelfon ya setelah 5 bulan tak bergabung lagi bersama mereka. Jadwal padat rumah sakit membuat ia lupa dengan impian awalnya. Pasien demi pasien di ruang spesialis jantung membuat dirinya benar² lupa dengan impian seperti ayahnya
Kemudian Mila mengangkat telfonnya dengan satu tangan yang masih memegang berkas penting di tangan kanan nya.
"Nur, kamu sibuk?"
"Nggak biasa saja ,ada apa kak?" Bohong Mila yang masih disibukkan dengan tumpukan berkas di atas meja. Tumpukan 12 berkas tak membuat dia mengatakan sibuk. Padahal menjadi dokter spesialis jantung itu tak mudah baginya untuk mencari jam tidur. Mungkin saja sikap Mila hanya tidak dingin menyakiti hati orang yang sebenarnya memang sangat membutuhkan nya.
"Nur, to the point aja hari ini ada tsunami besar di Aceh, anak² masih di Manado karena gempa bumi Minggu lalu...aku sudah hubungi anak² di markas Jakarta tapi sampai sekarang masih belum ada jawaban..."jelas Laila panik," nur kamu bisa bantu gak?kalau iya kita bisa langsung berangkat besok sama anak² yang ada"
"Kak, jangan khawatir aku akan bicara sama suamiku, barangkali ada bantuan dari rumah sakit untuk di berangkat kan kesana"
"Baik nur terima kasih,aku tunggu kabar darimu sampai nanti malam"ucap Laila langsung menutup telepon nya. Mila meletakkan ponselnya lalu melihat ke arah suster yang sedari tadi menunggu tanda tangan dari nya.
"Dr Rasya ada dimana?"
" Diruang operasi dok, bentar lagi akan melakukan rapat bersama staf dokter"jawab suster bernama Diana itu," apa ada sesuatu yang bisa saya sampaika. Ke dr Rasya,dok?"
Mila menggeleng lalu memberikan berkas yang sudah ia tanda tangani ke tangan Diana. Kemudian dia pergi setelah mendengar suara ramai dari brankar rumah sakit di luar ruangannya. Ternyata korban pencurian dengan tembakan peluru di bagian jantung nya.
🌿🌿🌿🌿🌿
Teriakan untuk menekan 20 Joule di dada pasien masih terus terdengar di ruang darurat tempat Rasya bekerja. Suasana menjadi tak terkendali saat garis lurus tergambar jelas di layar komputer . Gadis kecil berusia 12 tahun itu tak lagi selamat hingga membuat seorang pria dewas berbaju putih kesal menatap Rasya di depannya.
"Dia sudah tidak" ungkap Rasya membuat pria itu marah besar dengan nya. Dia tahu kalau gadis itu adalah putri pekerjanya. Hasil pembuahan diusia tuan membuat gadis kecil itu mempunya banyak komplikasi di semua tubuhnya.
"Anda bilang bisa menyelamatkan nya?lalu kenapa putriku bisa meninggal seperti ini?"teriaknya kesal sambil membanting nampan operasi di dekatnya.
Rasya masih terus terdiam walaupun pria bernama Bayu itu sudah menarik kasar kerah jas putihnya.
"Kendalikan sikapmu pada ketua!!"bentak Rizal melempar kasar tangan Bayu ," rahim istrimu itu sudah bermasalah, membuatnya tanpa KB itu adalah kesalahan yang gatal,tindakanmu yang sebenarnya harus di pertanyakan,bukan hasil akhir Rasya terhadap keselamatan putrimu!!!"bentak nya lalu terdiam saat Rasya menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
0,001 Detik Bersamamu (END)
Fanfiction"Cinta kita seperti Bunga Aster, tersembunyi tapi indah" ~Kamila Rasya adalah dokter tampan yang dikenal dengan sifat cekatan nya dan profesional dalam kerjanya. Seorang dokter yang menganggap satu detik adalah berharga terpaksa harus menggantikan...