#78

799 52 1
                                    

"tuhan percaya kalau senja tidak pernah lupa hadir di antara hambanya"

Hari ini arum sudah mulai bersiap dengan gaun selutut warna biru muda miliknya. Rambutnya ia gerai dengan jepit cantik di atasnya. Kalung putih yang sederhana namun menambah keindahan pada penampilan nya. Arum kesal saat temannya Reni masih belum datang untuk menjemput nya.

"Sorry ² rum Lo berangkat dulu ya gue pesenin taxi online...gue punya utang siaran sama Ruby... kemarin dia udah gantiin gue buat siaran dan sekarang gue harus ganti rugi"

"Hmm serah Lo deh"

"Ah jangan marah ya, Lo masih cantik kok walaupun bedak Lo sedikit luntur"

"Tuh Kan"kesal Mila yang akhirnya pergi sendiri dengan taxi online pesanan temannya.

Disisi lain,semua hal diluar seperti yang direncanakan. Jabatan nya kembali, operasi mulai berjalan membuat Rasya sibuk total hari ini. Sebelumnya, ia sudah berjanji untuk menjemput sekolah Azen. Akan tetapi pasien darurat membuat ia terpaksa harus melanggar janjinya. Ia mondar mandir kebingungan saat nomor telepon Rafka tidak bisa dihubungi sekarang. Ya, ia lupa kalau Rafka harus pergi ke acara tujuh bulanan gadis kesayangan nya.

Kriiing.

Rasya menekan tombol di mobilnya untuk menjawab ponsel Azen yang ingin melakukan video call dengannya.

"Azen"nampak Azen dengan wajah lelah selepas pulang sekolah. Wajahnya penuh di layar membuat Rasya ingin mencubit nya.

"Ayah tidak jadi datang?"

"Maaf"

"Aku harus pergi bersiap-siap ayah"

"Tunggu ayah sebentar disana Azen, ayah dalam perjalanan "

Tiiin....

Braak

"Azen?"teriak Rasya khawatir saat melihat ponsel itu sudah gelap dan tak bersuara. Ia benar² khawatir saat mendengar suara tabrakan sebelum panggilan di tutup. Ia langsung mempercepat laju mobilnya dengan pikirannya yang takut Azen dalam bahaya.

"Maafkan aku"lirih Arum yang langsung keluar dari mobil saat sopir taxi  tak sengaja hampir menabrak anak kecil di depannya

"Kamu baik2 saja kan?ada yang luka?"Azen terdiam. Ingin berbicara tapi tidak bisa. Lidahnya kelu saking terkejut nya. Di depannya sekarang sudah ada seorang wanita yang sangat dirindukannya.

Arum langsung memeluk erat Azen di depannya. Tidak tahu kenapa hatinya benar² sangat khawatir melihat nya. Ia menangis saat melihat luka kecil di lutut Azen. Ia tidak tahu kalau luka itu ada saat Azen bermain bersama teman² nya. Arum pikir luka itu datang karena tertabrak mobil pesanan nya.

"Ibu ....."lirih Azen dalam dalam. Ia takut ibunya itu masih kesal dan akan pergi lagi meninggalkan nya.

"Sakit?"

Azen mengangguk. Apapun itu yang penting ia bisa punya banyak waktu untuk melihat wajah ibunya.

Arum memeluk Azen erat. Ia mengelus punggung belakang nya seolah memberi tenaga kalau dirinya akan baik baik saja.

"Aku bawa ke rumah sakit"Azen hanya menurut dengan Arum yang sudah menggandeng tangan nya.

Sesampainya di rumah sakit Azen di dudukkan di atas sofa. Ia terus menatap wanita di depannya membuat wanita itu sedikit penasaran dengan nya.

"Kenapa menatap ku hmm?"

"Jangan pergi...aku rindu ibu"Arum berfikir kalau Anak sekecil ini sudah kehilangan ibunya. Arum tersenyum sambil mengelus puncak kepalanya membuat Azen tersenyum bahagia.

"Ibu tidak akan pergi"ucap arum alih2 membahagiakan Azen yang mungkin perih dengan lukanya. Arum langsung membulatkan matanya besar saat Azen tiba tiba mengecup pipi nya dan memeluk erat tubuhnya.

"Aku sayang ibu,ayah juga"

"Dimana ayahmu?aku akan menelpon nya kemari,aku harus pergi sekarang"tanya Arum lalu tergesa gesa saat telepon nya berdering di dalam sakunya.

"Rum, Lo dimana sih?gue udah Sampek dan acara nya udah mau dimulai....dengar ya penggiring pengantin wanitanya gak ada,jadi Lo cepat kesini buat gantiin dia sama gue"

Tiin....

Sambungan terputus saat pulsa Mila hanya tinggal 50 rupiah. Azen tersenyum sendiri saat melihat wajah menggemaskan ibunya yang sedang kesal di depan ponselnya.

"Ibu..."

"Emm...maaf pulsaku habis..bagaimana kalau alamat?aku bisa mengantarmu pulang"

Azen mengangguk mantap membuat Arum tersenyum padanya. Ia menunduk lalu menggendong badan kecil Azen untuk turun dari atas brankar nya.

"Dimana alamatmu nak?"

"Jl mawar Dahlia no 52"lirih Azen mencium aroma ibunya yang sangat menenangkan," lavender"batin nya saat menemukan bau yang melekat di badan ibunya. Mungkin aroma itu yang akan menjadi favorit nya sekarang.

"Baiklah, ayo kita pergi"ucap Arum melihat Azen yang tidak mau turun dari gendongannya. Biarlah, mungkin anak ini benar² menganggap dirinya sebagai ibunya. Ibunya pergi dan itu sangat melukai hati kecilnya. Anak semanis dan setampan ini bagaimana wanita itu bisa meninggalkannya seperti ini.

"Tidak dewasa"batin Arum yang tiba-tiba terfikir kalau ibunya Azen pasti sedang bertengkar dengan ayahnya sampai menjadi tidak dewasa untuk pergi meninggalkan nya.

"Apa kamu mau itu?"tanya Arum saat menangkap arah pandang Azen kepada paman penjual lolipop.

"Mau aku belikan?"tanya Arum sekali lagi saat melihat Azen langsung menunduk dan memeluk lehernya.

Azen menggeleng dan bersembunyi lagi di balik lehernya "nanti ayah marah"

"Kenapa marah?melarang kesukaan anak itu berdosa...aku belikan satu untukmu bagaimana?'

Azen tersenyum manis membuat Arum ingin membawanya pulang ke rumah. Wajah tampan Azen benar² menggemaskan apalagi saat tersenyum padanya.

Arum memegang dua lolipop di tangannya dengan ukuran yang berbeda. Satunya besar dan satunya kecil. Arum menatap Azen kembali membuat anak itu mengangkat alisnya penasaran.

"Ayahmu galak gak?"

Azen mengangguk "sangat galak"jawab Azen membuat Arum memberikan satu lolipop ukuran kecil di tangannya.

"Yang kecil saja, aku takut tidak bisa menangani nya"ucap Arum membuat Azen lagi² tersenyum padanya. Kenapa tuhan begitu baiknya membuat ia bisa bertemu dengan ibunya.

Azen menekuk wajahnya saat ibunya tidak ikut turun bersamanya.

"Ibu tidak mau pulang bersamaku?"tanyanya kecewa.

Arum gelagapan. Sampai sekarang pun anak itu masih terus menganggap diri nya sebagai ibunya.

"Aku harus bekerja, maafkan aku"ucap Arum yang mau tidak mau harus segera pergi sebelum Reni menyemburnya dengan kesal. Dalam hati ia jadi sedih saat melihat Azen yang masih berdiri  di tempat sambil menundukan kepalanya.

"Semoga ibumu tenang di alam sana nak...."lirih Arum dalam². Melihat wajah Azen yang begitu sangat merindukan ibunya membuat Arum tiba-tiba berfikir kalau ibu Azen sudah meninggal dunia.






0,001 Detik Bersamamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang