#56

839 35 0
                                    

"terima kasih atas cinta yang terlihat jelas di kedua bola matamu"

~muhammad Rafka Ibnu ar-Razi.

Masih ditempat yang sama . Semua santri berlalu lalang dengan baju putih mereka. Pengajian dan tausiyah masih terdengar hangat dilingkungan sekitarnya. Semuanya ramai saat santri putra bersiul jahil pada santri putri dihalaman mereka.  Hanya tinggal satu pemuda yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya.

Hening.

Rafka terbangun. Sudah tiga hari dia tertidur di ranjangnya karena sakit. Rafka terkejut saat melihat seorang gadis kecil disebelah tempat tidurnya.

"Bibah...."lirih Rafka membuat gadis itu terkejut sampai jatuh dari kursinya. Gadis itu gugup dan langsung menundukkan kepalanya." Emmm...kamu sudah bangun?'

"Kenapa tidur disini?"

Labibah terdiam membuat pria lain disampingnya itu langsung menatapnya," ya jaga Lo lah masak jaga gue?" Cetusnya karena selama tiga hari itu ia dipaksa labibah untuk menemani Rafka di kamarnya.

"Emm...anu bang aku pergi dulu"ucap labibah lalu pergi. Rafka yang melihat pemandangan tidak biasa itu dibuat bingung sampai sakit kepala.

"Labibah ketahuan banget kalau sedang jatuh cinta"ucap Ardhan Hamasy Nugroho,teman asrama Rafka sejak kecil.

"Kenapa dia bisa ada di kamarku?"

Ardhan mengedikan bahunya," dia menjagamu sejak sakit waktu itu, Abah marah² karena kamu yang tiba-tiba sakit di acara waktu itu.....lain kalau kalau kerja itu  di forsir raf....jangan terlalu bersemangat sampai sakit di hati jadinya " omelnya mengingat Rafka yang terlalu bersemangat menyiapkan acara besar asramanya sebelum tiga hari yang lalu. Memang, kalau dirinya selalu aktif menjadi panitia di semua acara asramanya. Bakatnya lebih mengarah pada menteri perlengkapan dan penyusunan rangkaian di sebuah acara.

"Lain kali jangan sampai dia masuk kamar cowok seperti ini"

Hening.

"Raf .. beri dia kepastian, halalkan semua perhatian yang dia berikan kepadamu, dari cara dia memaksaku menemani nya dan menjagamu semalaman...itu sudah menunjukkan kalau dia mencintaimu "

Rafka terdiam.

"Dia itu hanya seorang mualaf yang membutuhkan orang ahli agama sepertimu.... melarangnya untuk tidak dekat itu percuma raf, lebih baik langsung diberi penjelasan " tutur ardhan lalu pergi membuat Rafka terdiam lama.

Tanpa berfikir panjang,Rafka langsung mengambil baju nya dan pergi ke rumah abahnya. Abahnya itu terkejut saat melihat Rafka datang dengan wajah setengah pucat nya.

"Rafka,kenapa kesini nak?kenapa gak istirahat dulu?"

"Gak papa bah, cuma mau ngomong sesuatu sama yai Huda "ucap Rafka sambil melirik pada seorang pria tua yang duduk disamping abahnya. Dia itu adalah yai Huda, saudara abahnya yang mengangkat labibah sang mualaf menjadi anak angkatnya. Sikap keras dan dinginnya sudah terdengar akrab di telinga nya. Huda tidak bisa mempunyai anak karena itulah kehadiran labibah benar² membuat kehidupan Huda dan istrinya terasa lebih lengkap.

"Ada apa?"

Rafka terdiam. Hatinya gugup, pikirannya berantakan. Apakah kedatangan nya kali ini benar² sudah tepat untuk masa depannya.

"Ini tentang labibah"ucap Rafka membuat Huda langsung membulatkan matanya.

"Kenapa labibah?"

"......saya ingin meminangnya"jawab Rafka memberanikan diri lalu menundukkan kepalanya. Abah dan yai Huda benar² terkejut mendengar keputusan Rafka yang tiba².

Huda langsung pergi tanpa mengatakan apa². Rafka memaklumi kasih sayang itu apalagi saat tahu kalau Huda sudah bertahun-tahun menantikan kehadiran anaknya. Rafka pamit keluar dengan perasaan bimbang di hatinya. Dalam perjalanan nya ia tersenyum saat melihat labibah yang sedang menangis sambil menenggelamkan kepalanya di depan musholla.

Rafka tersenyum saat melihat sikap labibah begitu manis di matanya. Saat belajar, menangis, tertawa, atau bahkan sedang marah, labibah selalu terlihat menggemaskan di hati Rafka.

"Sandalmu hilang lagi?"

Labibah menggeleng. Rafka ingat kalau pertemuan nya bersama labibah dimulai dari hilangnya sepasang sandal milik labibah.  Pengalaman yang manis dan lucu di kehidupan Rafka  saat tahu ardhan lah yang mengambil sandal milik labibah.

"Abang gak sakit lagi?"tanya labibah sambil menatap Rafka di depannya.

"Enggak kenapa?"

"Gak papa sih cuman tanya doang,soalnya ibunya Santi sakit terus meninggal"jawabnya sedih. Santi adalah santri disana yang masih berumur 10 tahun.ibunya baru saja meninggal karena penyakit yang sudah lama di deritanya. Namun, walaupun begitu Santi sang hafid kecil tak pernah putus asa untuk menghafal Alquran nya. Katanya ia ingin memberikan mahkota berlian untuk ibunya di Surga.

"Jadi nangis gara² ini?"tanya Rafka mendapat anggukan cepat dari labibah. Rafka yang merasa gemas langsung mengacak-acak hijabnya.

"Ih bang tadi Santi bilang dia gak boleh nangis lalu pergi ke masjid untuk melanjutkan hafalannya....dia kok bisa gitu ya bang padahal aku yang dengerin kabarnya doang langsung ikut nangis"

"Berarti dia udah dewasa dan paham kalau semua orang itu pasti mati...mereka yang udah mati itu butuh dia bukannya tangisan yang malah melukai mereka"tutur Rafka di dengar baik oleh labibah," boleh nangis tapi sewajarnya aja bibah"tambahnya yang tak sadar ada kyai Huda yang kebetulan lewat di belakangnya.

"Udah jangan nangis lagi"ucap Rafka singkat mendapat senyuman kecil dari labibah.

Tap.tap.

"Raf, dipanggil yai Huda"ucap salah satu temannya dan mendapat anggukan kepala dari Rafka yang mulai berjalan ke rumahnya. Sesampainya, Huda langsung to the point saat kaki Rafka baru saja melewati pintu rumahnya.

"Langsung saja,kalau kamu mau menimang labibah...aku sebagai ayahnya masih punya syarat"

Rafka hanya mengangguk sambil menatap punggung belakang calon mertuanya," apa saja" jawabnya menciptakan senyuman serius dari Huda.

"Aku ingin kamu shalat berjamaah di belakang imam Masjidil haram selama satu bulan penuh"ucap Huda mantap membuat Rafka langsung terdiam. Huda tahu, kalau pria di depannya itu tidak akan sanggup untuk melakukannya. Hanya orang pilihan saja yang mampu melakukan derajat di luar batas orang awam seperti biasa nya. "Aku akan memberi mu waktu untuk menjawab itu" ucapnya yang tak mendengar respon apapun dari Rafka.

"Say pergi"ucap Rafka lalu keluar. Jujur menjalankan hal seperti itu bukanlah dirinya. Dia hanya lah seorang pria biasa yang ingin teman dan lingkungan ramai di sekitarnya. Bagi nya, itu terlalu berat saat asrama hanya ia jadikan sebagai pelarian untuk mencari banyak perhatian.

🌿🌿🌿🌿🌿


0,001 Detik Bersamamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang