Lanjutan dari Cheat (Jhn)
Tepat pukul 19.00 WIB, Julian menuju rumah sakit untuk menemani kekasihnya. Ya, kekasihnya yang kini sudah yang mengkhianatinya.
Dengan mengendarai F12 Berlineta, Julian membelah kawasan Bekasi dengan mobil mewahnya malam ini. Kawasan yang panas di kala siang, dan panas juga di kala malam.
Tak henti-hentinya Julian kalut dengan perasaannya saat ini, ia panik begitu mengetahui wanita yang selama ini bersama dengannya sejak 7 tahun terakhir, tiba-tiba saja mengucapkan kata hamil. Pelakunya sendiri sudah pasti bukan dirinya, karena Julian selama ini bekerja di Kalimantan.
Seharusnya mudah saja bagi Julian untuk meninggalkan kekasihnya itu, tapi itu semua tak mungkin karena tahun depan mereka akan melangsungkan pernikahannya secara besar-besaran. Patrick, yaitu papinya Julian sudah terlanjur mengumumkan kepada kerabat kerjanya bahwa sang anak semata wayangnya akan menikah di usianya yang ke 29.
Disisi lain, Vindra sudah menemui dokter kandungannya karena tiba-tiba saja dokternya memajukkan jadwal pertemuannya pada pukul 18.30 WIB.
Wanita itu berbaring di atas kasur begitu sang dokter memberikan perintah kepadanya."Kamu kurusan, Vin. Belum lama kamu konsultasi ke saya badannya enggak se kurus ini." Ujar sang dokter, tak lain tak bukan adalah temannya SMAnya sendiri.
"Kamu jangan stress-stress, ya? Hamil itu berat kan?"
Vindra turun dari kasur dan duduk di hadapan Herlina yang tengah menuliskan sesuatu di meja kerjanya, entah sesuatu seperti kondisi tubuhnya atau sesuatu yang berkaitan dengan hal lainnya.
Herliana memang tahu bahwa Vindra hamil, karena sebelum perempuan itu menghampiri dirinya, Vindralah yang meneleponnya terlebih dahulu.
Sangat di sayangkan begitu ia tahu bahwa teman SMAnya itu hamil sebelum ada kata sah di buku pernikahan. Padahal ketika SMA, Vindra merupakan seorang wanita yang pendiam dan populer di sekolahnya. Siapapun sudah pasti mengetahui dirinya karena memang Vindra salah satu anggota OSIS.
"Terus kerjaan lo gimana kalau udah begini?" Herlina melepaskan jubahnya yang berwarna putih, pertanda bahwa ia telah menyelesaikan jam kerjanya.
Vindra menggeleng lemah. "Gue enggak tahu, Her. Dari siang gue kepikiran buat gugurin anak ini aja rasanya." Ia menarik nafasnya. "Tbh, gue masih mau kerja sama kru yang lainnya, but impossible banget kan?"
"Udah jalan tiga minggu loh usia kandungan lo, bahaya juga buat lo dan dia." Wajah Herliana mengarah kepada perut buncit Vindra yang kini tertutup oleh dress panjang.
"Nanti gue—
Drrrrt
Suara ponsel dari dalam tas Vindra membuat ia menghentikan ucapannya sejenak. Wanita itu segera mengangkat telepon dari lelaki yang bernama Julian.
Dengan segera, Vindra pamit dan keluar dari dalam ruangan dokter kandungan. Ia lantas menjawab telepon dari kekasihnya sembari berjalan keluar menuju parkiran mobil.
"Ha—hallo, Jul. Kamu dimana?"
"Tengok sebelah barat, Ferrari merah platnya SBB." Ujar lelaki diseberang sana.
Vindra mengedarkan matanya dan mencari keberadaan sang kekasih, tak membutuhkan waktu lama untuk ketemu dengan mobil tersebut karena Julian menurunkan kacanya dan melambai dari dalam mobilnya.
Wanita itu berlari kecil untuk menghampiri lelaki yang tak ia temui selama 3 bulan terakhir.
"Jangan lari-lari, Vin. Kamu sedang hamil sekarang."
Ucapan Julian membuat Vindra sadar bahwa saat ini ia membawa dua nyawa sekaligus di dalam tubuhnya, kemudian ia mengganti langkahnya menjadi berjalan untuk menghampiri sang kekasih.
Vindra masuk ke dalam mobil tersebut dan mendaratkan pantatnya di kursi sebelah pengemudi. Sedangkan sang pengemudi, mengunci pintu mobilnya dan segera meninggalkan rumah sakit tersebut.
Tak banyak bicara dari keduanya karena Vindra sadar diri bahwa ia yang memperkeruh suasana dengan cara mengkhianati kekasihnya.
Satu jam setengah telah dihabiskan oleh mereka, jalanan malam yang cukup padat membuat Julian tak bisa membawa mobilnya dengan cepat.
"Istirahat dulu babe, kamu pasti capek kan?" bujuk Vindra begitu telah sampai di hotel yang telah di pesan oleh kekasihnya.
"Lebih capek semalem si, literally lagi capek banget dan mau ketemu kamu untuk ngilangin itu semua. Eh malah berduaan sama cowok lain di depan pintu rumahnya ujan-ujan." Julian mengambil remot AC dan memencet tombol yang tertera. Ia mendaratkan tubuhnya di atas kasur yang berukuran king size.
Lelaki itu menatap lekat wanitanya yang kini akan menghampiri dirinya. "Udah berapa lama main dibelakang aku?" tanya Julian.
Vindra menarik nafasnya dan menceritakan semuanya kepada kekasihnya, semua di ceritakan olehnya dari mulai awal pertemuannya di dalam pesawat, pertemuannya selama bukan jam kerja, dan juga pertemuannya kala dirinya mendesahkan nama lelaki lain selain kekasihnya.
Marah? Tentu saja.
Julian benar-benar kalut rasanya saat ini, bagaimana bisa ia menceritakan semuanya kepada kedua orangtuanya nanti. Apakah ia akan jujur bahwa Vindra mempunyai anak dari orang lain? Atau justru Julian akan berbohong dan mengatakan bahwa ini adalah anaknya?
Entahlah....
Memikirkannya saja sudah pusing bagi Julian.
"Kamu kenapa nangis? Semuanya udah terjadi, udah enggak ada kata menyesal sekarang." Julian memajukkan tubuhnya dan menghapus air mata kekasihnya.
"Hiks—aku mau putus, Jul. Aku akan bilang semuanya sama orangtua kamu besok pagi, dan aku juga akan membuat surat pengunduran diri kepada atasan aku besok."
Semakin menangis Vindra karena ia benar-benar merasakan dampaknya saat ini, dampak dimana Bara tak membalas satupun pesan darinya, dampak bahwa ia akan kehilangan pekerjaan impiannya, dan juga dampak di buang oleh keluarga Julian begitu dirinya berterus terang.
"I swear, semua akan baik-baik aja." Ucap Julian menenangkan. "You trust me?" Lagi-lagi Julian menenangkan kekasihnya dan memeluk wanita itu ke dalam dekapannya.
Julian tak peduli jikalau wanita ini pernah mengkhianatinya, ia yakin bahwa setelah ini wanitanya akan berubah dan tak akan bermain dibelakang dengannya. Ya, Julian memutuskan untuk mengakui bahwa anak itu adalah anaknya.
Lelaki itu melepaskan pelukannya dan mencium bibir sang wanita, ia sangat mengetahui cara menenangkan wanitanya paling ampuh dalam permasalahan apapun.
Sex
Itulah yang selalu Julian lakukan kala wanitanya memiliki segala bentuk permasalahannya. Jika sebotol wine akan memabukkan, bagi Julian tentu saja tidak. Sex adalah yang memabukkan dirinya.
"Ngghhhh." Vindra melengguh kala tangan Julian bermain di kedua payudaranya, memutar dan memijitnya dan gerakan sensual.
Tak menyiakan kesempatan itu, tangan Vindra yang hanya bergelayut pada leher sang kekasih
Full content bisa ke privatter aku: https://privatter.net/p/8840163
Atau ke karyakarsa untuk aksess konten tanpa password: https://karyakarsa.com/icedchocomilk/im-sorry?ref=346705
Untuk akses password privatter, kalian bisa ke:
https://trakteer.id/icedchocomilk/showcase/im-sorry-YXkWBGive me a feedback guys 🙏🏻🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT 21+
Fanfica part of mature content 🔞 harap yang masih di bawah 21 tahun untuk tidak mampir. full content on trakteer