Rama tak pernah main-main dengan ucapannya. Kini ia pun sudah berada di depan rumah mantan kekasihnya, yaitu Gina. Hubungan keduanya sudah berakhir lama, lantaran Gina yang bosan harus mengerti semua kesibukan kekasihnya pada saat itu.
Seolah tak terima begitu saja, Rama pun mencari cara agar tetap berhubungan kembali dengan perempuan tersebut.
Ya, seperti saat ini.
Rama berpura-pura untuk menagih uang yang telah di keluarkan selama berpacaran dengan Gina. Ia memancing mantan kekasihnya agar mau bertemu dengannya malam ini dengan cara seperti itu. Gina yang kesal pun akhirnya menuruti kemauan mantan kekasihnya.
"Jadi berapa?" tanya Gina ketus begitu ia tiba di dalam mobil Rama.
"Baru juga masuk, Gin. Sabar dong." jawab Ra yang justru malah menyalakan mesin mobilnya.
Gina pun lantas menatap tajam lelaki itu.
"Ini mau kemana njir? Udah malem gini." protes perempuan itu dengan matanya yang nampak curiga dengan lelaki di sampingnya.
"Apart gue, Gin. Kan catetan gue ada disana."
"Kenapa enggak lo bawa aja si?"
"Sengaja. Biar gue bisa lihat lo lebih lama."
Selama di perjalanan hanya ada sebuah alunan lagu dari Green Days yang mengalun di dalam mobil Rama. Tak ada suara dari keduanya karena Gina merasa salah tingkah dengan ucapan lelaki di sampingnya.
"Gin, inget! Dia itu cowok perhitungan. Dia jemput lo kan karena mau nagih hutang. Ayo jangan luluh lagi." gemuruh Gina di dalam hatinya.
Jalanan di sekelilingnya begitu sepi, tapi entah mengapa laju mobil Rama justru semakin pelan saat ini.
Tekkk
Tekkk
Tekkk
"Yah, anjir kok mati?" kata Rama yang mencoba kembali menyalakan mesin mobilnya.
"Ram, lo ngerjain gue, ya? Ini jalanan sepi banget gila." wajah Gina terlihat panik saat ini.
"Serius, Gin. Nih kalau lo enggak percaya."
Rama pun melepaskan seat bealt, kemudian ia keluar dari dalam mobilnya agar Gina percaya dengan ucapannya.
Gina pun mencoba menyalakan mobil lelaki di sampingnya saat ini. Tapi nyatanya tak kunjung berhasil.
"Gue telepon Michael buat kesini deh. Kayaknya aki mobil gue habis, deh." kata Rama yang kini meletakkan ponsel pada telingnya.
"Jalanan ini aman kan? I mean, enggak ada begal atau apalah gitu?"
"Tuh, di depan ada cctv komplek, Gin. Jadi santai aja, ya?"
Melihat Gina mengigit bibirnya, otak Rama pun seperti tersengat lebah saat ini. Bagaimana wajah Gina begitu mengigit bibirnya membuat atmosfer pada tubuh Rama meningkat. Belum lagi suasana begitu sepi, seolah mendukung apa yang ada di dalam pikiran Rama saat ini.
Rama pun meletakkan tangannya di atas paha Gina, meremas sedikit paha tersebut sampai sang empunya merasa gelisah saat ini.
"Tangan." tegur Gina begitu merasakan bahwa jari-jari tangan Rama menjelajahi tubuhnya.
"Gin, gue lagi pengen banget nih." wajah sayu Rama seolah meminta perempuan di sampingnya untuk mengizinkan.
"Emang lo enggak mau, ya?"
"Enggak! Nanti cowok gue ngamuk kalau tahu." kilah Gina, mencari cara agar Rama menghentikan tangannya.
"Cowok lo siapa, Gin? Kok cepet banget udah punya aja."
Gina tak menjawab, melainkan ia meremas pergelangan tangan Rama yang saat ini sudah berada di depan kewanitaannya.
Gina mengalihkan wajahnya karena jari tangan Rama bergesekan dengan miliknya di dalam saja. Dari pantulan kaca, Rama bisa melihat bahwa Gina resah saat ini. Rama pun justru semakin memainkan milik Gina dengan usapan-usapan yang semakin lama, semakin lembut.
Perempuan itu hanya melampiaskan rasa nikmatnya dengan meremat seat bealt yang ada di sampingnya. Ia tak mau mengeluarkan suara laknat dalam bibirnya kali ini.
"Gin, jangan di tahan." kata Rama dengan lembut.
Gina pun menoleh ke arah lelaki itu.
"Ssshh....stop, Ram." jawab Gina dengan nafasnya yang terputus-putus.
Rama tak peduli, ia bahkan mengambil tangan Gina dan meletakkannya di atas kejantanannya yang masih di balut jeans berwarna hitam.
Gina begitu terkejut karena merasakan milik Rama yang cukup besar di genggamannya.
"Ram?"
"Mau, ya?" mohon lelaki itu dengan tangan yang sudah mulai mengendurkan ikat pinggangnya.
"Kalau Michael ngeliat, gimana?" tanya Gina.
"Mobil gue pakai kaca film kalau lo lupa."
Tak mau menunggu jawaban dari perempuan tersebut, Rama pun menarik wajah sang puan dan melumat habis bibir plum tersebut.
Posisinya masih sama, Gina masih duduk di tempat pengemudi, sedangkan Rama duduk di kursi penumpang.
Rama pun melepaskan sebentar cumbuannya.
"Sini. Duduk sini." tepuk lelaki itu pada pahanya dan Gina pun seperti anak kucing yang menurut dengan tuannya.
Ia mengalungkan leher lelaki tersebut, membalas lumatan bibir sang lelaki dengan libido yang kini meningkat. Tak munafik, Gina juga merindukan masa-masa ini. Dimana Rama akan memuaskannya Gina yang akan memasuki masa menstruasi.
Setelah keduanya berpisah, Gina hanya bisa bermain dengan sex toys yang sebelumnya di berikan oleh Rama, sebagai hadiah ulang tahunnya.
Kalau kata Rama "Yang penting jangan pakai jari sendiri."
Tapi jelas saja berbeda antara sex toys dan juga milik Rama yang kini tengah di remas kencang oleh Gina.
Lanjutannya ada di privatter, ya: https://privatter.net/p/9200066
Akses passwordnya disini: https://trakteer.id/icedchocomilk/showcase/jatah-mantan-mv6EG
Guys, tolong vote and comment ya. Terima kasih sebelumnya 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT 21+
Fanfictiona part of mature content 🔞 harap yang masih di bawah 21 tahun untuk tidak mampir. full content on trakteer