The Secret In Pool (Kdy)

3.6K 10 0
                                    

Tak lengkap rasanya jika kuliah tak mengikuti organisasi, baik itu menjadi anggota BEM, anggota kesetariat, maupun organisasi lainnya.

Hanna memilih untuk mengikuti anggota BEM, bahkan ia mencakonkan diri untuk menjadi ketua BEM di angkatannya untuk menggantikan kakak tingkatnya yang akan fokus semester akhir.

Malam ini, semua berkumpul di dalam villa yang terletak di daerah Jawa Barat. Mereka mengadakan sesi tanya jawab untuk kandidat yang kini mencalonkan dirinya sebagai anggota BEM.

"Jadi, apa tujuan anda mendaftarkan diri menjadi anggota BEM? Dan apa yang membuat anda tertarik mencalonkan diri sebagai ketua BEM untuk angkatan 2021/2022." tanya Bimantara kepada mahasiswi yang berdiri di depan dengan memegang sebuah microfon.

"Tujuan saya mendaftarkan diri menjadi anggota BEM itu karena saya akan membuat nama URH menjadi maju, dan di—"

Belum sempat Hanna melanjutkan ucapannya, Bimantara sudah menyelak.

"Gimana Han? Menjadi maju? Emang URH selama periode saya, periode sebelum saya tuh enggak maju apa gimana?"

"Bukan gitu kak Bima, saya belum kelar ngomong tapi kakak sudah potong omongan saya. Tolong ya kak kalau mau berkritik boleh kok, cuma etikanya di pakai." Tukas Hanna ketus.

Seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti kegiatan pemilihan anggota BEM tersebut cukup terkejut. Hanna sendiri jarang sekali mengeluarkan emosinya jika sedang berada di dalam ruang BEM begitu ada pembicaraan seserius apapun. Ia selalu berusaha untuk tenang agar yang lain juga tak menjadikan masalah sebagai beban.

Tapi, malam ini ia berbeda. Ia benar-benar melawan Bimantara dengan bibir manisnya.

"Maaf ya teman-teman. Karena situasinya agak sedikit enggak kondusif, kita lanjutin besok pagi lagi acaranya. Sekarang kalian bisa bebas ke kamar kalian masing-masing." Ucap Lola wakil BEM angkatan 2020/2021.

Semua benar-benar kembali ke kamar masing-masing. Di dalam kamar, Hanna merasa emosinya belum juga mereda sedari tadi. Kebiasaan dirinya adalah menyelupkan diri ke dalam bak mandi begitu pikirannya sedang kacau.

"Lo mau kemana, Han?" tanya teman sekamar Hanna begitu melihat Hanna keluar dengan membawa totebag berisi pakaian renang.

"Keluar sebentar, lo takut, ya? Ikut gue aja deh ayo."

Gievanny menggeleng

"Enggak deh, gue mau di kamar aja teleponan sama mas pacar."

"Haduhhh.... Dasar bucin." Hanna meledek teman sekamarnya.

"Makanya cari cowok, nanti lo akan merasakan rasanya jadi cewek bucin."

"Aduhh makasih deh. Kalau gue punya pacar, yang ada malah list gue akan rusak karena tentu aja bakal berubah begitu si dia masuk." Hanna membuka pintu kamarnya. "Yaudahlah, gue mau keluar dulu sebentar, pintu jangan di kunci."

Hanna akhirnya sampai menuju kolam renang, kolam renang yang sepi tanpa penghuni membuat dirinya berani mengganti pakaiannya menjadi pakaian renang. Karena saat ini, ia masih menggunakan jaket dan juga baju oversize.

Ia masuk ke dalam kolam renang dengan kedalaman 1.8M. Hanna benar-benar langsung menenggelamkan dirinya saat ini, berharap setelah berenang ia dapat tidur nyenyak di tempat asing yang tengah ia singgahi.

"Hahhhh."

Kepala Hanna keluar dari dalam air karena dirinya menahan nafas terlalu lama di dalam sana.

"Sendirian aja, Han. Temen sekamar lo mana?" tanya lelaki yang sedang bersantai di sofa yang letaknya sangat dekat dengan kolam renang.

"Shit, lo dari kapan di sini?" Hanna yang terkejut malah balik bertanya.

Lelaki itu mendekat ke pinggir kolam, menghampiri Hanna yang hanya mengeluarkan kepalanya dari dalam kolam.

"Baru banget sampe."

"Ohh gitu."

"Keluar dong sini, temenin gue ngobrol. Eh... apa enggak mau ngobrol? Secara kita kan saingan untuk jadi ketua BEM di angkatan selanjutnya?" Brian mengangkat alisnya seperti meledek perempuan di hadapannya ini.

"Gue? Nganggep lo saingan? Ya enggak lah haha. Tujuan gue ke sini kan mau berenang, bukan mau ngobrol sama lo. So, ya terserah gue dong mau keluar dari dalam sini atau enggak sama sekali."

Jujur, Hanna ingin keluar karena atmosfer di sekelilingnya mendadak menjadi dingin. Ia ingin cepat-cepat keluar dari kolam dan pergi ke dalam kamarnya, tetapi tak mungkin ia keluar begitu saja. Apalagi dengan pakaian yang tengah ia kenakan saat ini.

Perempuan itu tak mau membangunkan singa di dalam sana yang sepertinya sedang tertidur.

Byur.....

Brian tiba-tiba saja ikut bergabung ke dalam kolam renang. Lelaki itu masih memakai pakaiannya lengkap, hanya saja handphone yang sedari tadi ada di genggamannya ia letakkan di pinggir kolam

"Lo enggak mau keluar, karena enggak mau ngobrol sama gue." Brian mendekati Hanna. "Atau karena lo takut gue sange ngeliat baju yang lo pakai sekarang?"

Hanna bergidik ngeri melihat Brian di depannya senyum-senyum sendiri.

"Ya, kan tadi gue udah bilang, kalau gue ke sini mau berenang. Lo kenapa maksa banget gue buat ngobrol sama lo deh?"

"Oke, gue anggap jawaban lo yang kedua." Ujar Brian karena kakinya di bawah sana bergesekan dengan kaki lawan jenisnya.

"Rileks aja, Han. Gue janji bakal mundur jadi ketua BEM. Asal-"

Hanna diam, ia memang ingin maju menjadi ketua BEM tanpa bersaing dengan mantan kekasihnya itu.

"Asal apa?"

"Asal, lo biarin gue untuk ngasih kehangatan buat lo malam ini."

Plakkkk

"Brengsek, lo kira gue cewek apaan?"

"Eitsss santai aja dong, kan gue cuma bercanda. Ya, ngapain juga gue mundur buat jadi ketua BEM." Balas Brian sebelum ia menjauh dari tubuh Hanna.

Lelaki itu naik ke pinggir kolam renang untuk pergi meninggalkan perempuan di dalam sana yang masih mematung.

Hanna berfikir sejenak, tadi begitu debat ada insiden yang begitu menganggunya, yaitu Bimantara, alias ketua BEM yang saat ini tengah menjabat. Lelaki itu pasti memberikan Hanna nilai minus karena Hanna berani membuat Bimantara malu di depan banyak orang. Dan pastinya, kesempatan ia menjadi ketua BEM akan sedikit.

Perempuan itu buru-buru naik dan mengejar Brian yang sudah menjauh dari pandangannya.

"Buat malam ini aja kan?" Hanna memeluk Brian dari belakang dan menyembunyikan wajahnya karena malu.

"Hah? Apanya?" Brian pura-pura tak tahu.

"Gue mau kok di kasih kehangatan sama lo di sana, tapi cuma buat malam ini."

Brian kini melepas tangan Hanna yang masih melingkar di perutnya. Ia melumat habis mulut perempuan itu, tangannya melepaskan pakaian yang masih melekat di dalam dirinya. Setelah yang di bawah sana tak mengenakan apapun, Brian melepaskan bibirnya.

Hanna yang terbawa perasaan pun protes.

"Kenapa di lepas?" tanyanya.

Full content bisa ke privatter aku: https://privatter.net/p/8840075

Atau ke karyakarsa untuk aksess konten tanpa password: https://karyakarsa.com/icedchocomilk/the-secret-in-pool?ref=346705

Untuk akses password privatter, kalian bisa ke: https://trakteer.id/icedchocomilk/showcase/the-secret-in-pool-39puo

ONESHOOT 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang