Hari ini Nathaniel berulang tahun dan menginjak usianya yang ke dua puluh empat. Pertambahan tahun bagi Nathaniel merupakan hal yang buruk karena kerap kali ia selalu di tanya "kapan nikah?" oleh keluarganya ketika sedang ada acara besar seperti acara hari raya keagamaan. Bukannya Nathaniel tak ingin menjalin rumah tangga, hanya saja ia merasa bahwa uang yang ia miliki saat ini belum cukup untuk mengajak sang kekasih untuk duduk bersama di bangku pengantin.
Apakah orangtua Nathaniel mendesaknya? Tentu saja tidak. Justru orangtuanya mendukung keinginan Nathaniel untuk mencari nafkah yang di rasa sudah cukup untuk membiayai kehidupan rumah tangannya nanti.
Nathaniel tersenyum begitu melihat layar ponselnya, tertulis "my love" pada layar besar yang kini di genggamannya. Nathaniel memiliki kekasih yang merupakan rekan kerjanya yang merupakan sekretaris seorang CEO. Bisa di katakan Nathaniel sedikit minder karena pendapatannya yang merupakan seorang intern sangat berbeda dengan pendapatan sang kekasih. Tetapi Lala tak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting bersama siapa ia bahagia itu sudah lebih dari cukup.
My love
Hari ini maaf ya aku pulang enggak sama kamu. Soalnya aku mau siapin kado untuk kamu besok.
Im sorry babe, please?
Nathaniel
Its okay. Aku justru enggak enak kamu sampai nyiapin kado segala.
Padahal aku cuma suruh kamu untuk datang ke Haris Hottel.
Tak ada balasan lagi dari sana. Nathaniel fikir mungkin kekasihnya sedang menyiapkan kado untuknya. Lelaki itu lantas memasukkan ponselnya ke dalam saku celana yang berada di samping kirinya.
"Spa dulu kali ya? Capek banget akhir-akhir ini lembur." Pikir Nathaniel melihat papan nama di seberang kanannya.
Lelaki itu menuju tempat tersebut dan memarkirkan kendaraannya tepat di depan pintu masuk tempat spa yang tengah ia kunjungi. Ia mematikan mesin mobilnya dan keluar dari dalam sana. Tak lupa ia mengunci mobil putih miliknya, antisipasi jika ada hal-hal yang tak ia inginkan terjadi kedepannya.
Kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan bernuansa coklat putih tersebut. Matanya mengedarkan pandangan sekeliling karena spa yang ia kunjungi sangat sepi. Bahkan reseptionis yang berada di dekat pintu masukpun tak ada.
Seorang perempuan cantik memakai seragam berwarna putih keluar dari sana. Nathaniel tertegun dengan penampilan perempuan tersebut. Ya, lelaki itu memiliki fetish yang di katakan cukup aneh. Hanya melihat perempuan berdandan ala maid saja sudah membangkitkan gairahnya. Padahal baju yang di pakai perempuan itu cukup sopan.
"Maaf mas kita sudah tutup sejak lima belas menit yang lalu." Ujar Lula. Nathaniel melihat sebuah nametag yang berada di baju perempuan itu.
"Oh ya? Itu kok belum tertulis close di pintu?" Kepala Nathaniel berbalik menatap pintu yang ia yakin belum tertulis close di sana.
Lula menepuk kepalanya. Ia lupa bahwa pegawainya pasti belum membalik tulisan tersebut.
"Berarti masih bisa kan." Pertanyaan Nathaniel justru seperti sebuah pernyataan.
Perempuan itu mengangguk.
Lagipula tak enak dirinya menolak konsumen yang sudah datang entah dari mana asalnya. Ia berjalan menuju lantai satu, mengantarkan Nathaniel untuk berganti pakaian terlebih dahulu.
Tak lupa papan yang berada di pintu ia balik agar tak ada lagi pengunjung yang datang setelahnya.
Nathaniel masuk ke dalam sana, di sekelilingnya terdapat loker tempat ia bisa menaruh barang-barangnya yang tengah ia kenakan seperti jam tangan dan juga tas kerjanya. Ia menggantungkan pakaianya dan juga barang-barangnya ke dalam loker. Kini tubuh Nathaniel hanya berbalut bathrobe putih dengan list berwarna biru di pinggirnya. Dada bidangnya terlihat karena ia memang sengaja tak mengikat kain putih itu. Toh untuk apa? Nanti juga akan di buka lagi.
Begitu Nathaniel keluar Lula tertegun dengan penampilan lelaki di depannya. Tapi ia berusaha untuk rileks dan menepis fikiran liarnya saat ini. Melihat wajah Lula yang sedikit merah, Nathaniel tersenyum bangga dengan aset indah yang ia pamerkan saat ini.
Lelaki itu berbaring di atas tempat tidur kecil, bathrobenya ia gantung di depannya. Minyak licin kini membasahi punggung Nathaniel, tangan Lula mulai mengelus, serta memijat lelaki yang kini tengah tengkurap di hadapannya. Pijatan Lula kini perlahan-lahan turun menuju perut belakang Nathaniel.
Mmhhhh
Nathaniel menggeram kala merasakan tubuhnya di pijat dengan sedikit kencang.
"Ehhh maaf mas. Kekencengan ya?" Lula memelankan pijatannya, membalur minyak yang ada di sampingnya ke perut Nathaniel yang belum terkena minyak.
"No, terusin aja. Saya emang kayaknya lagi kecapean akhir-akhir ini, makanya saya nikmat begitu di pijat." Jelas Nathaniel.
Lula melanjutkan kegiatannya kembali, kini ia sudah turun menuju pangkal paha Nathaniel. Ia pijat dengan perlahan karena khawatir akan menyakiti pelanggannya. Tetapi pijatan Lula kali ini justru mengundang hawa nafsu bagi Nathaniel.
Tangan Lula mengelus paha bagian dalamnya. Tak bohong, Lula juga merasakan debaran aneh begitu tangannya berada di pangkal paha lelaki itu. Sepertinya ini efek dirinya yang sudah lama tak di sentuh oleh sang suami.
Ya, Lula sudah menikah dengan seorang lelaki kaya, tampan nan rupawan. Tetapi naas, sang suami sudah lebih dahulu berpulang ke yang maha kuasa beberapa bulan yang lalu. Hal itu membuat Lula merindukan sosok sang suami yang selalu menemaninya dalam hal apapun.
Posisinya kini berbalik. Nathaniel sudah berbaring hinga kini Lula bisa menatap wajah lelaki itu dengan leluasa. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang sedikit tipis pada bagian atasnya membuatnya sangat ingin merasakannya pada malam ini.
"La, enggak boleh. Dia pelanggan lo." Tepis Lula begitu pikiran kotornya terlintas.
"Mba maaf ya, bagian ini saya kayaknya sedikit sakit deh. Soalnya beberapa hari lalu saya di boncengin teman saya pakai motor, jok motornya lebar gitu mba." Tangan Nathaniel memegang paha bagian dalam miliknya sendiri. Lula yang melihatnya tertegun karena sebuah benda di depannya tegak berdiri dengan jelas.
"Ohhh.....apa motornya mas? Aerox kah?"
Nathaniel memejamkan matanya dan mengangguk.
Tangan Lula memijat bagian pangkal pahanya. Tangannya yang licin kini tak sengaja menyenggol twin balls lelaki itu.
Ahhhhhh
Ia terkejut. Lula tahu kalau kali ini yang di keluarkan oleh lelaki itu merupakan sebuah desahan. Desahan lelaki akan haus sentuhan seorang perempuan.
Lula tahu bahwa ia sudah gila, tetapi ia tak memperdulikan lagi. Tangannya kini gemar memainkan twin balls itu secara perlahan.
Full content on privatter: https://privatter.net/p/8834524
Atau
Kalian bisa akses juga ke karyakarsa: https://karyakarsa.com/icedchocomilk/appartement-and-drunk-text?ref=346705Untuk akses password privatter bisa langsung ke: https://trakteer.id/icedchocomilk/showcase/massage-rtH8n
Please support aku dengan cara like atau komen postingan ini dan juga yang di trakteer ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT 21+
Fanfictiona part of mature content 🔞 harap yang masih di bawah 21 tahun untuk tidak mampir. full content on trakteer