Rapat BEM [Part 1] (Lmk)

6.8K 20 0
                                    

tw // toxic reltionship
tw // abbusive
tw // suicide

Memiliki kekasih yang friendly memang cukup memakan hati bagi Zahra. Pasalnya, Zahra sering kali menjadi emosi karena melihat kebersamaan kekasihnya ketika sudah berada di lingkup organisasi kemahasiswaan.

Tak jarang perdebatan ini pun menjadi bahan perbincangan Zahra setiap kali Mahesa sulit untuk di ajak berbicara.

Sedangkan itu, Mahesa tak mengganggap teman-teman perempuannya sebagai seorang "teman". Justru, Mahesa hanya menganggap mereka sebagai rekan kerja yang memiliki ikatan kerja sama dengannya dan tentunya memiliki feeback.

Kalau tidak, Mahesa enggan untuk berbicara dengan teman perempuannya.

Lihat, bahkan Zahra kini menekuk kedua tangannya begitu melihat kekasihnya yang tengah berbicara dengan seorang perempuan di tangga, membuat Zahra bergegas pergi seolah menghiraukan Mahesa disana.

Mahesa yang sadar pun menghentikan pembicarannya dengan lawan jenisnya, bergegas mengejar kekasihnya yang sudah berada di lantai dasar dengan wajahnya yang menahan amarah.

"Azzahra." tahan Mahesa pada tangan kekasihnya. Membuat perempuan itu pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kekasihnya.

"Masih mau ngobrol sama cewek-cewek? Sana gih." tegas Azzahra yang memang memiliki sifat pencemburu.

"Kamu enggak capek kah? Kita harus memperdebatkan kayak gini tuh enggak sekali dua kali loh."

Pada akhirnya Mahesa merasa lelah, memperdebatkan hal yang tak berujung setiap kali dirinya hendak berbicara dengan seorang perempuan.

Azzahra sendiri hanya takut kekasihnya akan tertarik dengan lawan jenisnya selain dia. Apalagi Mahesa cukup pintar dan berwibawa jika sudah memegang sebuah microfon. Lantas, tapi apakah Azzahra harus melakukan hal seperti ini?

Mahesa pun sadar jika hubungannya memiliki sebuah racun di dalamnya. Namun, ia pun berat hati untuk meninggalkan Azzahra karena Mahesa juga mencintai sang puan.

"Yaudah kita udahan aja ya, Sa. Aku juga capek kita harus begini terus." putus Azzahra yang memutuskan untuk meninggalkan Mahesa seorang diri.

Mahesa hanya meremat tangannya sendiri karena kini tak lagi mengenggam tangan milik kekasihnya. Mahesa mengusap wajahnya kasar, lelah akan kemauan kekasihnya yang tak berujung.

Padahal teman-temannya sudah menyarankan dirinya untuk mengakhiri hubungannya. Namun orang yang tengah jatuh cinta pun seolah tuli begitu diberikan nasihat oleh seseorang.

Alhasil teman-teman Mahesa pun malas untuk memberitahunya lagi.

Pada akhirnya Mahesa berlari mengejar kekasihnya, melihat langit sore yang redup karena akan mengeluarkan bulir-bulir air nantinya. Mahesa menuju parkiran motor, membawa motor harley miliknya dan mencari keberadaan Azzahra yang ia yakini sudah keluar dari area kampus.

Mahesa memakai helmnya, membiarkan jaketnya tak terkancing kala dirinya sudah menyalakan mesin motornya. Ia pun segera keluar dari lingkungan ini dengan senyum ramah yang ia berikan kepada satpam di depannya.

"Neng Zahra jalan kaki, Sa. Kayaknya ke arah gedung B deh." ujar satpam tersebut seolah tahu jika Mahesa tengah mencari kekasihnya.

"Ahhh iya, pak. Terima kasih ya." jawab Mahesa yang segera menuju lokasi tersebut.


Benar saja. Azzahra berada disana, seolah menunggu keberadaan seseorang untuk pulang bersama dengan dirinya.

Azzahra sendiri tak pernah pergi menggunakan transportasi umum karena suatu alasan. Faktanya, sebuah rasa trauma yang masih ada membuat Azzahra enggan untuk menaiki transportasi umum selama ini.

ONESHOOT 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang