Bukan perkara mudah mengurus anak seorang diri tanpa bantuan kedua orangtuanya. Sergio merupakan seorang ayah tunggal bagi Mahesa pasca perceraian dirinya dengan mantan istrinya pada lima tahun silam. Putusan mengadilan mengatakan jika Sergio berhak mendapatkan hak asuh karena lelaki itu jelas memiliki pekerjaan untuk menafkahi putra kandungnya.
Sementara Cika, dirinya tak dapat memenangkan putusan pengadilan karena ia tak memiliki pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhan putranya.
Jangankan untuk putranya, untuk dirinya saja, Cika mendapatkan uang dari hasil kerja keras Sergio setiap bulannya. Sergio yang memberikan hampir seluruh gajinya kepada Cika agar perempuan itu dapat mengatur urusan rumah tangganya selama sebulan penuh.
Namun pada kenyataannya, Cika justru memfoya-foyakan nafkah pemberian Sergio untuk urusan yang bisa dikatakan tak cukup penting bagi Sergio. Seperti arisan, makan-makan bersama teman sebayanya, atau bahkan mengikuti kegiatan olahraga berkelas dalam kurun waktu sekali dalam seminggu.
Ya, sebenarnya tak apa asal Cika bisa membagi waktunya dengan keluarga kecilnya. Tapi pada kenyataannya, Sergio lah yang harus mengatur urusan rumah tangganya.
Dimulai dengan mencuci pakaian ke dalam mesin cuci, mencuci piring bekas makan, atau bahkan membuat menu makanan untuk Mahesa agar putranya dapat mengenal berbagai jenis makanan tanpa harus memilah dan memilih berdasarkan kesukaannya.
Dan akhirnya Sergio yang lelah pun melayangkan surat perceraian kepada Cika agar dirinya tak perlu lagi memperdebatkan urusan rumah tangganya dengan perempuan tersebut.
Sergio
Sa, papa pulang telat hari ini, ya? Esa mau apa? Nanti papa bawakan begitu pulang.
Lima menit tak kunjung mendapatkan pesan dari sang putra, Sergio pun menghubungi putranya melalui panggilan telepon. Meminta izin untuk pulang lebih lambat karena dirinya merasa cukup lelah belakangan ini.
"Papa mau main sama teman-teman papa, ya?" ucap seorang anak lelaki berusia dua belas tahun dari seberang sana. Sepertinya Mahesa tak menunjukkan nada kekecewaan kala mengetahui ayahnya yang akan pulang lebih lambat pada kali ini.
"Iya sayang. Boleh kah? Kalau boleh, papa mau main sebentar, ya?" izin Sergio yang mengharapkan izin dari putranya.
"Boleh, pa. Aku ke rumah Zidan, ya? Tadi mamanya ajak aku untuk menginap disana."
Sergio tentunya melirik lelaki di sampingnya, menanyakan kebenaran atas ucapan istrinya yang mengajak Mahesa untuk menginap di rumahnya pada malam ini.
Tentu saja Dito mengangguk, mengiyakan kebenaran atas apa yang Mahesa katakan pada beberapa saat yang lalu. Dito jelas sengaja meminta istrinya untuk mengajak Mahesa menginap, dirinya berencana untuk mencari kesenangan dengan Sergio di tempat yang akan mereka tuju nantinya.
Kalau Dito jelas sudah sering memakai jasa pijat kala dirinya merasa suntuk dengan pekerjannya. Bahkan Dito pernah tak pulang karena terlalu asik bermain-main dengan perempuan dari panti pijat.
Ya, bukan hanya pijat biasa yang dilakukan oleh perempuan tersebut, melainkan sang puan mencuri-curi pandang untuk dapat memuaskan pelanggannya agar senantiasa dapat kembali ke tempat tersebut.
Sergio menggeleng tak percaya melihat bangunan di depannya. Bangunan yang nampak normal seolah membuatnya tak yakin jika tempat yang ia kunjungi merupakan tempat untuk melakukan hal yang cukup senonoh.
Padahal, sudah rahasia umum jika jasa pijat pun memiliki service lainnya dari jasa layanan yang mereka tawarkan.
"Bawa kondom kan? Buat jaga-jaga aja." ujar Dito yang diangguki oleh Sergio.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT 21+
Fiksi Penggemara part of mature content 🔞 harap yang masih di bawah 21 tahun untuk tidak mampir. full content on trakteer