Abang Villa (Hdr)

1.6K 11 0
                                    

Disclaimer; kejadian ini memakai latar masa lampau alias tahun 90 an.
ya, mau coba aja si bakal ngefeel atau enggak 🙏🏻

Masa-masa remaja sering kali dihabiskan hanya untuk belajar dan membantu orangtua di kala pekerjaan sekolah telah selesai. Tapi bagi mereka yang lahir di golongan berada tentunya mereka hanya fokus untuk belajar demi keberlangsungan masa depannya saat ini.

Sebagai perempuan yang lahir dari keluarga harmonis, serta memiliki ekonomi yang cukup, Titi sering kali dimanjakan oleh sang ayah untuk melakukan kegiatan kesukaannya. Bahkan, Titi juga sering kali diizinkan untuk berlibur keluar kota bersama teman-temannya agar tetap dapat menikmati masa-masa mudanya.

Untuk biaya, tak perlu diragukan lagi karena orangtua Titi tentunya akan membiayai kepergian putrinya bersama beberapa temannya.

Ya, asalkan mereka tidak melakukan hal yang tidak-tidak kepada Titi (bullying).

Maka itu tentu saja Titi terkadang sulit membedakan teman yang tulus atau pun tidak untuk dirinya. Karena bagi Titi semua terlihat sama jika dihadapkan dengan uang.

"Ti, besok kita otw ke villa pakai mobil aku aja, yuk? Aku mau coba test drive nih." ujar salah satu teman Titi yang bernama Riko.

"Ohh berarti enggak perlu pakai mobil aku kan?" tanya Titi seraya memastikan ucapan Riko saat ini.

"Enggak usah, Ti. Kita kan sudah dibayarin sama orangtua kamu untuk penginapan dan juga barbaque, masa kita mau ngerepotin kamu lagi dengan kendaraan si." sahur yang lainnya karena merasa jika Titi sudah mengeluarkan uangnya cukup banyak saat ini.

"Oke deh kalau begitu. Besok pagi jemput aku, ya? Kita jalannya pagi aja biar siangnya bisa istirahat."

Baik Riko, Salsa, Naufal, dan lainnya pun hanya menyetujui ucapan Titi karena memang tak enak juga jika melakukan perjalanan ke kota orang pada malam hari.

Selain jalannya yang berkelok-kelok, pencahayaan pun juga terasa terganggu jika kita melakukan perjalanan pada malam hari.

Setelah berbincang-bincang dengan singkat, Titi pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu untuk menyiapkan barang-barang perlengkapannya. Dari mulai snack, obat-obatan pribadi, dua buah pakaian pun juga di bawa oleh Titi sebagai baju ganti nantinya.

Gaun tidur berwarna hitam tipis pun kini diangkat tinggi-tinggi oleh Titi. Ia ingin mencoba gaun tidurnya karena selama di rumah ia tak dapat menggunakan pakaian tersebut. Bukan karena tidak boleh, hanya saja ia tak nyaman jika harus memakai pakaian itu dan dilihat oleh ayahnya.

Titi pun memejamkan matanya, membayangkan jika dirinya memakai gaun tidur ini di depan kekasihnya nanti, yaitu Riko.

"Kira-kira Riko bakal cium aku kayak waktu itu enggak, ya?" batin Titi dengan wajah yang bersemu merah merona.


Keesokan harinya pun mereka berangkat menuju puncak Bogor pada pukul tujuh pagi. Titi berpamitan pada ibu dan ayahnya sebelum dirinya akan pergi. Ia juga mencium ibunya dan meyakinkan jika liburan kali ini pasti akan menyenangkan.

Hidup sebagai mahasiswa tentunya membuat Titi masih membutuhkan hiburan walau hanya sesekali. Apalagi sehari-harinya mahasiswa sudah dihadapkan dengan tugas-tugas dan juga kelas pengganti yang tidak lah masuk akal untuk dicerna.

Jadi jelas saja jika Titi sangat membutuhkan sebuah liburan.

"Ti, kalau acnya panas di buka aja jaketnya." Riko dengan tangan nakalnya mengusap bahu kanan Titi yang masih terbalut oleh sebuah jaket jeans.

"Ahh iya. Kamu tahu aja kalau aku agak gerah." tangan Titi lantas segera membuka jaket jeans tersebut dan meletakkannya di kedua pahanya.

"Hmmmm.....Masih di mobil kali, Ko. Tahan sedikit lah." sahur Naufal yang sejak tadi tangannya sudah menjelajah bagian paha kekasihnya.

ONESHOOT 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang